Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
Dari dalam diri pasien itu sendiri sering muncul masalah. Ada pasien yang tidak memiliki keluarga sehingga mereka sangat kekurangan motivasi. Tidak adanya
yang memberi motivasi menyebabkan pasien tidak semangat untuk berobat sehingga penyakitnya sulit untuk disembuhkan. Keluarga biasanya sangat berperan dalam
kesembuhan pasien, karena setiap pasien membutuhkan dukungan agar mereka bisa sembuh. Selain itu, banyak pasien yang telah sembuh tapi tidak memiliki keluarga
memutuskan untuk tetap tinggal di rumah sakit, karena mereka ditinggalkan oleh keluarganya dan tidak mempunyai tempat tinggal.
Adanya stigma atau anggapan negatif dan penolakan masyarakat terhadap individu yang berlatar belakang kejiwaan atau gangguan jiwa membuat mereka, para
penderita gangguan jiwa dikucilkan dari masyarakat. Sehingga setiap pasien yang berobat ke rumah sakit jiwa ada kesan negatif yang diberikan oleh masyarakat. Faktor
ekonomi para penderita gangguan jiwa juga menjadi salah satu penghambat dari kelancaran pelayanan dalam rumah sakit. Pasien yang berada di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara mempunyai persoalan ekonomi yang berbeda-beda, namun pada umumnya pasien jiwa yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara itu adalah pasien jiwa yang tidak mampu mengatasi tekanan ekonomi.
3.3.3 Subsidi Bagi Rumah Sakit dan Pasien
Dalam menjalankan pelayanan rumah sakit dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya tersebut tidak hanya digunakan untuk membiayai perawatan rumah sakit tetapi juga
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
pasien yang membutuhkan bantuan. Sejak berdirinya rumah sakit jiwa, pada tahun-tahun pertama, kebutuhan pasien ditanggung oleh keluarga masing-masing dan juga oleh
zending. Seiring berjalannya waktu bantuan keluarga berkurang bahkan akhirnya tidak ada lagi sama sekali, karena banyak pasien yang dirawat rata-rata orang yang tidak
mampu, dan itu juga menjadi salah satu latar belakang mereka menderita gangguan jiwa dimana mereka selalu menghadapi persoalan ekonomi. Untuk itu mereka hanya berharap
pada bantuan pemerintah dan masyarakat yang peduli dengan mereka.
Subsidi Pemerintah Subsidi pemerintah terutama pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit
menurut konsep negara kesejahteraan merupakan public goods yang harus dibiayai oleh pemerintah. Konsep ini membutuhkan masyarakat yang taat dan kuat membayar pajak
atau pemerintah yang mempunyai sumber daya ekonomi yang kuat seperti Brunei dan Kuwait. Di negara kaya ada model lain dimana bantuan pelayanan rumah sakit melalui
mekanisme pajak hanya diberikan untuk keluarga miskin, sedangkan bagi yang mampu diharapkanmembayar sendiri melalui mekanisme asuransi kesehatan ataupun membayar
langsung. Dengan model ini dikenal konsep Social Safety Net jaring Pengaman Sosial.
Konsep ini menekankan kepada mereka yang miskin akan tetap mendapat pelayaan dari ruamh sakit pemerintah ataupun rumah sakit swasta. Di Indonesia, jumlah dana subsidi
tidak cukup untuk memenuhi harapan berbagai pihak. Dana pembiayaan kesehatan yang diberikan pemerintah pusat terbagi menjadi dua yaitu:
1. Dana yang langsung dari pemerintah pusat dan dipergunakan di provinsi atau
kabupatenkota
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
2. Dana yang diberikan ke Pemerintah Daerah dan masuk sebagai APBD
Sumber dana yang diperoleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah dari APBD dan ASKES. Sumber dana itu digunakan untuk:
- Pasien umum non jiwa
- Pasien jiwa
- Pasien askes PNS
- Pasien Askeskin
Adapun rincian keuangan dapat kita lihat, dimana pada tahun 1981-1990 jumlah pendapatan rumah sakit dilihat dari pendapatan bruto maka rata-rata pertahunnya adalah
Rp.447.030.320, dan bantuan dari APBD sekitar Rp. 3.223.191.870 sedangkan biaya yang keluar pertahun Rp. 3.161.432.440. Di dalamnya termasuk untuk biaya operasional
dan obat-obatan serta fasilitas-fasilitas rumah sakit.
24
Pemberian layanan kessehatan tidak hanya dimaksudkan sebagai sarana pengobatan tetapi secara khusus diarahkan bagi terciptanya kondisi pendukung
Subsidi Non Pemerintah Untuk mendukung misi sosialnya di samping dana subsidi pemerintah,
rumah sakit menerima peluang untuk menerima sumbangan dari masyarakat. Dilihat dari perkembangan rumah sakit zending yang dimulai abad 19 saat mulai memberikan
pelayanan kesehatan kepada penduduk pribumi. Usaha tersebut dimulai oleh para utusan zending yang datang lebih awal dan dikenal dengan sebutan Zendeling Leerar utusan
Pekabar injil, serta zending onderwijser utusan guru. Kemudian,diikuti oleh zendeling Diacon utusan mantri perawat,dan Zendeling Arts utusan dokter.
24
Wawancara dengan Saridanur pada tanggal 3 November 2008 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
kesuksesan misi keagamaan. Dalam perkembangan selanjutnya, khususnya setelah Pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia, maka pengelolaan pelayanan
kesehatan dan rumah sakit di ambil alih oleh Pemerintah Indonesia dan lembaga-lembaga keagamaan pihak swasta. Dana untuk sebuah rumah sakit diperoleh dari sumbangan
kemanusiaan. Hal ini tidak mengherankan jika dilihat dari awal berdirinya rumah sakit di Indonesia khususnya para zending yang mengambil dana dari summbangan kemanusiaan.
3.4 Fasilitas rumah sakit jiwa