Berdirinya Rumah Sakit Jiwa di Indonesia

Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009 Dalam hal ini, maka jaminan pelayanan kesehatan oleh pemerintah merupakan hal yang sudah lama dipraktikkan. Akar sejarah jaminan pelayanan kesehatan oleh pemerintah berdasarkan pada pemikiran sederhana para pelaut, serdadu, pedagang, dan birokrat layak mendapat pelayanan dari pemerintah karena jauh dari keluarga.

2.2 Berdirinya Rumah Sakit Jiwa di Indonesia

Sejak masa penjajahan Belanda, penderita gangguan jiwa sudah ada. Tidak hanya di kalangan pribumi sendiri tetapi orang-orang Belanda juga banyak yang mengalami gangguan jiwa. Rumah sakit jiwa belum berdiri pada waktu itu. Namun, para penderita tetap dapat dirawat di rumah sakit militer. Pada tahun 1819 Rumah sakit militer didirikan di Batavia yang memiliki 400 tempat tidur dan pada 1830 jumlah penderita bertambah demikian banyak sehingga meskipun sudah menampung 500 penderita dirasakan tempat belum mencukupi. Kemudian dibangun bangsal tambahan yang terbuat dari bambu seluas 190 kaki kali 22 kaki dengan emperen selebar 6 kaki. Suatu perubahan besar sebagai tindak lanjut usul Chef van de Staf adalah keputusan untuk mendirikan bangunan tambahan di rumah sakit militer besar di Batavia, Semarang, dan Surabaya yang terdiri atas 3-4 kamar, khusus untuk merawat penderita penyakit jiwa yang berasal dari Eropa. Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah mengeluarkan keputusan untuk membangun benteng di lokasi Militaire Hospitaal. Dengan keputusan Kabinet No. 54 Geheim Rahasia, 13 Januari 1832, dibangun Fort Prins Frederik di lokasi Militaire Hospitaal. Militaire Hospitaal dipindahkan ke tempat rumah lama Generaal dekat tangsi yang daerahnya oleh masyarakat dikenal sebagai de Tuin van Weltevreden taman Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009 Weltevreden. Dengan demikian, berakhirlah riwayat rumah sakit militer yang didirikan sebagai Buiten Hospitaal oleh Gouverneur-Generaal van Imhoff pada 1744. Rumah sakit militer baru dirancang supaya dapat merawat 430 militer dan 24 perwira. Dengan menggunakan anggaran terbatas 62622 gulden dan dengan mendayagunakan gedung-gedung lama, berhasil dibangun antara lain : 1. Enam bangsal perawatan. Panjang keenam bangsal adalah 837 kaki dengan memperhitungkan tempat 2.25 kaki untuk setiap penderita. 2. Tempat penampungan penderita sakit jiwa. 3. Bangsal perawatan untuk perwira sepanjang 112 kaki bersambungan dengan tempat penjagaan dan kantor sepanjang 30 kaki. 4. Apotek dengan rumah apoteker. 5. Badhuis rumah mandi dengan rumah Badmeester pengatur rumah mandi. 6. Kamar jenazah dan otopsi. 7. Dapur dengan rumah koki, gudang pakaian, rumah penjaga gerbang, dan gardu penjagaan, garasi kereta dengan kandang kuda. 8. Dua bangunan lain, satu untuk kettinggangers dan yang kedua untuk pembawa perahu dan para boejangs tenaga kerja kasar. 9. Generaals-woning rumah jenderal lama dibagi dua untuk Direktur dan chirurgijn- majoor. Di halaman rumah sakit juga dibangun rumah tinggal untuk dirigeerende- officier van gezondheid, 4 chirurgijnen, ziekenvaders perawat, dan 35 oppassers penjaga penderita. Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009 Masyarakat pribumi tidak bisa menikmati rumah sakit tersebut. Bagi pasien pribumi hanya bisa berobat di rumah sakit Chineesch Hospitaal. Rumah sakit yang sangat penting di Batavia ini dilayani oleh 2 dokter dan 2 perawat. Rumah sakit ini lebih tepat dikatakan sebagai penginapan daripada sebuah rumah sakit karena keadaannya yang buruk, tidak ada ketertiban dan pengelolaan yang baik serta kurangnya perhatian yang diberikan kepada para penderita. Chineesch Hospitaal didirikan pada 1640, anggaran biaya terutama berasal dari pajak khusus yang dibebankan kepada masyarakat Cina. Biaya perawatan penderita penyakit jiwa ditanggung oleh pemerintah dan dibangun bangsal dan kamar-kamar sehingga penderita penyakit jiwa dan penderita lepra dapat dirawat terpisah. Juga didirikan ijzeren traliewerken pagar-pagar besi di halaman tengah untuk menyediakan tempat jalan-jalan untuk penderita penyakit jiwa. Pada tahun 1824, penghuni Chineesch Hospitaal terdiri atas orang Cina yang sakit dan orang sakit dari andere onchristene natien bangsa non-kristen lainnya. Semua pengemis buta dan cacat yang ditemukan di pinggir jalan. Penderita lepra dan inheemsche bevolking rakyat setempat dengan penyakit jiwa semuanya dirawat dalam bangsal- bangsal dan kamar-kamar terpisah. Ditetapkan peraturan-peraturan baru ditetapkan yang mengatur keperawatan yang serba kacau, melarang masuk-keluar rumah sakit sesukanya dan menghentikan perjudian, serta amphioen schuiven merokok candu dengan pipa khusus dan perkelahian. Di gerbang ditempatkan penjagaan tetap dari schutterij tentara yang juga Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009 dikerahkan kalau terjadi keonaran di rumah sakit. Penempatan penjagaan tetap memang beralasan, karena di antara 150 penghuni terdapat banyak orang berbahaya. Penderita penyakit jiwa yang tidak membahayakan masyarakat sekitarnya biasanya dirawat keluarganya di kampung dan hanya yang berbahaya diantarkan ke rumah sakit. Pada 1835, kebanyakan penderita adalah pembunuh. Sesudah Indonesia menjadi koloni Belanda pada 1816, jumlah penderita lepra makin berkurang dan Chineesch Hospitaal lebih banyak lagi menjadi tempat perawatan penderita penyakit jiwa. Penderita penyakit jiwa pada awalnya hanya berasal dari Jawa, tetapi kemudian juga dikirim dari luar Jawa. Perkembangan tersebut menjadi awal sentralisasi perawatan penderita penyakit jiwa. Pada 1840, mulai terdengar banyak keluhan tentang letak rumah sakit yang kurang menguntungkan dan kekurangan tempat untuk perawatan penderita penyakit jiwa sehingga dipertimbangkan membangun rumah sakit baru di lokasi lain. Tetapi, yang terjadi hanya perbaikan gedung dan penambahan kamar-kamar. Namun demikian, masih tetap ada keinginan untuk membangun rumah sakit baru yang antara lain diperjuangkan oleh Resident van Batavia F. Butin Bik. Salah satu dari rumah sakit yang didirikan adalah rumah sakit jiwa yang didirikan di Sumatera Utara dengan nama Doorgangshuizen Voor Krankzinnigen.

2.3. Latar Belakang Historis