28 2
Mediation pada dasarnya hampir sama dengan arbitration. Pada mediation diundang pihak ketiga yang netral. Kedudukan pihak
ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang.
23
3 Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan yang
terdapat antara orang-perorangan atau kelompok manusia dan juga meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan
proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan ber- sama.
24
Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembang- an sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional dengan
tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran dan tindakan.
25
Adapun proses asimilasi akan timbul bila ada kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, orang-perorangan sebagai
warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan dari kelompok manusia
tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
26
Apabila seseorang mengadakan asimilasi, seseorang tidak lagi membedakan orang lain sebagai orang asing.
23
Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik., h. 26.
24
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998, h. 73.
25
Ibid., h. 74.
26
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta; CV. Rajawali, 1990, h. 89.
29 Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu
asimilasi berupa: toleransi, kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi, sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya,
sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, persamaan dalam unsur kebudayaan, perkawinan campuran, dan
adanya musuh bersama dari luar.
27
b. Proses Disosiatif oppositional process, yang merupakan oposisi. Karena
“... oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya
makanan, tempat tinggal, serta faktor lainnya telah melahirkan beberapa bentuk kerja sama dan oposisi. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga
sebagai perjuangan untuk tetap hidup struggle for existence ...”.
28
Maka proses disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:
1 Persaingan
Persaingan adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang
kehidupan yang menjadi perhatian umum. Cara-cara yang biasanya dilakukan dengan menarik perhatian publik atau membuat prasangka,
sehingga mempertajam prasangka tanpa melakukan kekerasan. Ada beberapa tipe persaingan, yaitu: persaingan ekonomi, persaingan
kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, persaingan ras.
29
27
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998, h. 75.
28
Ibid., h. 82.
29
Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik., h. 29-30.
30 2
Kontravensi Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses
sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian
mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap
kepribadian seseorang.
30
Adapun bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker yaitu perbuatan-perbuatan
seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang- halangi, gangguan, perbuatan kekerasan dan mengacaukan rencana
pihak lain. Menyangkal pertanyaan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat-surat selebaran, memfitnah, melemparkan
beban pembuktian kepada orang lain. Penghasutan yang menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain. Mengumumkan rahasia
orang lain. Dan mengejutkan lawan atau mengganggu pihak lain.
31
3 Pertentangan Pertikaian atau konflik
Kelompok maupun pribadi menyadari adanya perbedaan- perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur
kebudayaan, pola-pola perilaku dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu
pertentangan atau pertikaian conflict.
32
Dan pada umumnya, penyebab timbulnya pertentangan yaitu perbedaan antara individu,
30
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998, h. 87-88.
31
Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, h. 30- 31.
32
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 91.
31 perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial
yang melahirkan perbedaan sikap terhadap nilai-nilai yang ada.
33
Sedangkan bentuk-bentuk pertentangan yaitu: pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antarkelas, pertentangan politik, dan
pertentangan internasional.
34
B. Organisasi
Organisasi merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan kumpulan dari bagian-bagian yang saling berhubungan di dalam sistem. Maksudnya bahwa
dalam organisasi yang memiliki devisi, departemen dan unit-unit lainnya yang dipisah-pisah untuk menjalankan aktivitas yang berbeda dan khusus. Pada saat
yang sama, agar dapat memertahankan kesatuan di antara bagian-bagian yang dideferensiasi dan keseluruhan bentuk yang lengkap, setiap sistem memiliki
proses integrasi timbal-balik. Dalam organisasi, integrasi ini dicapai melalui perangkat seperti tingkat hierarki yang terkoordinasi, supervisi langsung dan
peraturan serta kebijakan. Sebelum kurang lebih tahun 1960, teori organisasi cenderung didominasi
oleh perspektif tertutup. Organisasi pada dasarnya dipandang berdiri sendiri dan tertutup dari lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960, teori organisasi
secara jelas mulai menerima perspektif sistem terbuka. Analisis-analisis yang semula hanya berfokus pada karakteristik intern dari organisasi, kemudian
33
Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik., h. 33-34.
34
Ibid., h. 34-35.
32 berubah menjadi pendekatan yang menekankan pentingnya organisasi
memperhatikan peristiwa dan proses yang terjadi di lingkungan ekstern.
35
Pada umumnya, kita dapat mengatakan bahwa organisasi dibentuk manusia untuk memenuhi aneka macam kebutuhannya, seperti kebutuhan
emosional, kebutuhan spiritual, kebutuhan intelektual, kebutuhan ekonomi dan kebutuhan politik.
1. Pengertian Organisasi
Organisasi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani “Organon”, yang berarti alat atau instrumen. Karena memang sebenarnya organisasi digunakan
oleh manusia untuk mencapai tujuan. Berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dapat diselesaikan dengan ikut menjadi anggota organisasi. Karena
kebutuhan manusia itu sangat banyak dan beraneka ragam, sehingga pada dasarnya manusia tidak dapat terlepas dari organisasi. Organisasi menjadi
saranaalat untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh manusia. Ungkapan Gibson dkk menarik untuk dikutip.
“Organisasi merupakan
wadah yang
memungkinkan masyarakat mencapai hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai
individu-individu secara sendiri.” Melalui organisasi manusia akan lebih mudah dalam pencapaian tujuan yang lebih besar. Sedangkan
Robbins berpendapat bahwa organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, dengan sebuah batasan yang
relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus- menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.
36
35
Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif, Malang; UIN-Malang Press, 2008, h. 63-64.
36
Ibid., h. 54-55.
33 Organisasi sebagai sebuah sistem terbuka yang selalu berinteraksi
dengan lingkungan di sekelilinginya.
37
Kebanyakan organisasi yang ber- interaksi dengan lingkungan mereka, melaksanakan kegiatan dengan jalan
bertukar informasi, menyerap sumber-sumber daya dan menyediakan barang- barang dan jasa bagi kepentingan lingkungan.
Organisasi memiliki dua sifat, yaitu bersifat statis apabila organisasi dipandang sebagai alat pencapaian tujuan, dan sebagai wadahtempat
sekelompok orang yang bekerjasama. Suatu organisasi yang bersifat statis juga mengandung maksud organisasi merupakan jaringan kerja yang bersifat
formal seperti dalam bagan struktur organisasi. Sedangkan yang bersifat dinamis memandang organisasi merupakan suatu organ yang hidup, tumbuh
dan berkembang. Hal ini mengandung maksud bahwa meninjau organisasi dari segi isinya.
38
2. Dasar Pembentukan Organisasi
Manusia memiliki banyak kebutuhan yang dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisik yang bersifat jasmani, kebutuhan yang bersifat rohani
atau psikologis dan kebutuhan yang bersifat sosial. Para ekonom sering berpendapat bahwa kebutuhan manusia itu tidak terbatas, sedangkan
ketersediaan alat pemuas yang berupa barang dan jasa itu terbatas. Kebutuhan yang bersifat jasmani dan fisik berupa makan dan minum,
pakaian serta tempat tinggal. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan primer manusia. Sedangkan kebutuhan yang bersifat rohani atau psikologis berupa
kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, kasih sayang, perhatian, prestise,
37
J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, 2
th
ed. Jakarta: Kencana, 2007, h. 57.
38
Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif., h. 55.
34 kehormatan dan rasa aman. Adapun kebutuhan yang bersifat sosial meliputi
kebutuhan untuk berserikat dan berkelompok, kebutuhan untuk bekerjasama, kebutuhan untuk mendapatkan ketulusan persahabatan.
Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terhitung banyak tersebut manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia
membutuhkan orang lain atau pihak lain. Kebutuhan dengan pihak lain terwujud dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.
39
3. Tujuan Berorganisasi
Dalam pembahasan sebelumnya bahwa hampir semua manusia untuk memenuhi kebutuhan perlu hidup berkelompok atau berorganisasi. Secara
lebih terperinci tujuan seseorang masuk dalam organisasi menurut Wursanto, yaitu kelompok dapat memberikan perlindungan sehingga seseorang mem-
peroleh rasa aman, kelompok dapat membantu seseorang untuk menghadapi kesulitan, kelompok dapat memberikan prestige status sosial dan pengakuan,
kelompok dapat memberikan dorongan dan semangat, serta kelompok dapat memberikan bimbingan dan pengarahan dalam rangka meningkatkan prestasi
seseorang, dan kelompok dapat memberikan kepuasan yang bersifat psikologis dan kepuasan sosial.
40
Di dalam organisasi harus memiliki tujuan yang jelas, untuk membangun dan menghasilkan sesuatu pencapaian yang lebih baik, yang
sesuai dengan keinginan secara bersama-sama. Oleh sebab itu, organisasi perlu menyediakan bagi bakat tersebut, sumber daya yang sesuai dengan
kemampuannya.
39
Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif., h. 61.