Pola Interaksi antara Anggota Organisasi HMI dan Organisasi PMII

55 “Harus ada komitmen yang dibangun oleh masing-masing organisasi. Di ranah politik pun kami mengadakan bukan istilahnya perjanjian akan tetapi kesepakatan yang dibangun bersama-sama.” 4 Walaupun pembentukannya melalui kesepakatan atau musyawarah bersama, namun penerapannya ada saja yang tidak mengikuti aturan yang telah dibuat secara bersama-sama. Adapun observasi mengenai kerjasama antara anggota organisasi HMI dan PMII dalam OAK periode 2011 di Badan Esekutif Mahasiswa FISIP, sangat terlihat sekali adanya perbedaan itu, walaupun secara struktural Bem-F tidak memperdulikan perbedaan itu, namun secara personal tetap saja beberapa panitia yang berbeda partai masih enggan untuk bekerjasama. 5 Dan untuk mensiasati kejadian itu harus memiliki sikap profesional di dalam diri kepanitiaan. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Abrori, Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di dalam Institut News lembaga pers mahasiswa, yaitu: “Selain karena kewajiban dari pihak Rektorat, saya juga merasa kebijakan ini menjadi ajang harmonisasi antar organisasi atau partai. Bagi penyelenggara, yang penting kesolidan dan apapun background organisasi atau partai yang dimilikinya, selama menjadi panitia OAK harus mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Dalam kegiatan OAK ini, tidak perlu menonjolkan background organisasi atau partai.” 6 4 Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 17 Juni 2011. 5 Pengamatan observasi di dalam OAK Orientasi Akademik dan Kebangsaan, pada 10 September 2011. 6 April dan Ayu, “Harmonisasi Partai dalam Struktur OAK,” Lembaga Pers Mahasiswa Institut, September 2011 : h. 4. 56 c. Koalisi Terjadinya koalisi antara organisasi atau partai sering terjadi pada saat mendekati pemilu raya kampus pemira. Setiap masing-masing organisasi berjuang untuk kepentingan kelompoknya agar bisa berkuasa di kampus yang besar ini dan mempertahankan eksistensi kelompok tersebut, berbagai cara dilakukan untuk memenangkan kelompoknya. Dan apabila salah satu dari organisasi besar seperti HMI dan PMII diperkiraan suaranya kurang pada saat pemilihan, maka mereka mencari solusi dan kemungkinan koalisi dapat dilakukan dengan organisasi- organisasi lain yang masanya sedikit atau suaranya minoritas, untuk membantu organisasi besar di pemilihan nanti. Organisasi yang minoritas, tidak semena-mena untuk menerima koalisi tersebut, asalkan mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama, maka koalisi itu bisa terjadi. Seperti dituturkan oleh informan dari HMI “Koalisi tidak bisa dipastikan, karena disisi lain melihat situasi dan kondisi di dalam organisasi itu sendiri. Sehingga bisa diperkiraan untuk nantinya berkuasa dikampus, dan apabila koalisi itu terjadi maka ada keuntungan tersendiri antara yang berkoalisi dan dikoalisikan.” 7 Dan hal serupa pun juga terjadi pada organisasi PMII, seperti dituturkan oleh informan: “Koalisi itu terjadi pada saat organisasi besar mengalami kesulitan untuk berkuasa dikampus, maka mereka akan mencari organisasi yang ingin berkoalisi asalkan mempunyai kepentingan yang sama.” 8 7 Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 17 Juni 2011. 8 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 21 Juni 2011. 57 Karena kepentingan yang sama antara kedua organisasi yang memungkinkan untuk bergabung atau berkoalisi, asalkan ada kesepakatan yang di inginkan dari kedua belah-pihak supaya tidak adanya kecurangan yang merugikan dari salah satu organisasi tersebut. 2. Akomodasi a. Kompromi atau mencari solusi compromise Di setiap organisasi pasti memiliki permasalahan antara individu dengan individu di dalam organisasinya, bahkan antara individu dengan organisasi lain, dan juga antara organisasi dengan organisasi lain. Oleh sebab itu, permasalahan yang ada harus memiliki sifat transparansi serta memiliki hati yang tenang dan kepala yang dingin sehingga sebuah permasalahan dapat diselesaikan dengan kompromi atau mencari solusi bersama-sama dan berusaha jangan sampai diselesaikan lewat adu fisik. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Umum PMII, “... sebuah per- masalahan harus dirapatkan dan dimusyawarahkan, agar menghasilkan solusi yang baik dan secara diplomasi ...”. 9 Sebagai seorang mahasiwa harus memiliki intelektual yang tinggi dan ketenangan berfikir dalam menyikapi problema yang ada. Kompromi yang sehat, apabila terjadi sebuah permasalahan organisasi harus dimusyawarahkan agar menghasilkan solusi yang baik dan mengedepan- kan kepentingan bersama. Seperti yang dituturkan salah seorang Keluarga Alumni HMI KAHMI: 9 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 21 Juni 2011. 58 “Kompromi yang sehat ialah mengakomodir tiap-tiap aspirasi yang ada dan tidak ada pemaksaan untuk mengedepankan tujuan pribadi daripada kesepakatan bersama.” 10 Suatu ketika peneliti pernah melihat terjadinya suatu kesenjangan antara kedua anggota organisasi ini terhadap permasalahan kecil yang berakibat menjadi besar, yaitu berupa memakirkan motor. Pada saat itu, salah satu dari anggota organisasi A memakirkan motor di depan basecamp organisasi B yang sedang mengadakan suatu perkumpulan. Ketika itu salah satu anggota B tidak senang, karena tidak izin pada pihak tersebut. Pada akhirnya terjadinya kesenjangan antara anggota tersebut dan membawa nama organisasi yang berakibat ketua umum antara kedua organisasi mereka mencari solusi kompromi untuk meredamkan permaslahan yang ada. Dan apabila tidak menemui titik temu, maka terjadilah mediasi. 11 b. Mediasi atau pihak ketiga apabila terjadi konflik mediation Di dalam organisasi HMI memiliki problema atau konflik antar organisasi PMII dan organisasi lainnya, begitu pula sebaliknya. Bagaimana mereka menyikapinya problema itu dan mencari solusi selain bermusyawarah, dan ternyata mereka memilih mediasi untuk menanggapi permasalahan itu saat permasalahan begitu sulit untuk menemukan titik temu dan tidak mau mengalah antara satu dan yang lainnya, maka mediasi itu harus dilakukan. Seperti yang dituturkan oleh Ketua bidang Pembinaan 10 Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI KAHMI, 17 Juni 2011. 11 Pengamatan observasi di dalam permasalahan anggota kedua organisasi, pada 23 Maret 2011. 59 Anggota HMI, “... Karena mediasi itu untuk mencari titik temu yang bisa diterima antara dua organisasi yang berkonflik itu ...”. 12 Adapun yang berhak menjadi pihak ketiga atau mediasi dari permasalahan atau konflik yang terjadi yaitu para senior dari masing- masing organisasi yang memiliki tingkat sosial yang tinggi terhadap organisasi manapun. Dan juga dari ketua cabang dan pengurus masing- masing organisasi yang berupaya untuk menenangkan permasalahan atau konflik tersebut. Seperti yang di ucapkan oleh Ketua Umum PMII: “sebelumnya kami melihat lebih dahulu tingkat permasalahan yang ada, apabila masalah itu berkelanjutan maka yang perlu menjadi mediasi adalah ketua dan pengurus cabang serta senior dari masing-masing organisasinya.” 13 Adapun observasi mengenai mediasi antara kedua organisasi ini, yaitu salah satu anggotanya pernah melakukan kesalahan kecil terhadap organisasi itu dan menimbulkan permasalahan yang besar membawa nama baik organisasinya. Pada akhirnya, melalui mediasi atau pihak ketiga yang bersifat netral mengurai permasalahan kedua organisasi itu dan apabila tidak bisa menemui solusi, maka dari masing-masing para senior organisasinyalah yang menenangkan suasana. Seperti saat PEMIRA yang selalui bertikai saat pengumuman hasil suara dalam pemilihan tersebut di masing-masing fakultas dan permasalahan yang kecil antara kedua organisasi di besar-besarkan. 14 12 Wawancara dengan Eko Arisandi, Ketua bidang Pembinaan Anggota Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 29 Juni 2011. 13 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 21 Juni 2011. 14 Pengamatan observasi di dalam Pemilu Raya Kampus PEMIRA, pada bulan Januari 2011. 60 3. Asimilasi bergaul dengan kelompok lain Suasana bergaulnya mahasiswa di kampus UIN sama perihalnya dengan kampus-kampus lainnya, mahasiswa harus pandai berbaur dan bersosialisasi dengan mahasiswa yang lainnya agar bisa bertukar pikiran dan mencari pengalaman dari masing-masing mahasiswa tersebut. Di lain itu juga, mahasiswa tidak ada paksaan untuk membatasi pertemanan dalam kehidupannya apalagi berbedanya organisasi. Di dalam organisasi ekstra di kampus UIN pun tidak ada paksaan bagi anggotanya untuk bergaul dengan orang lain maupun kelompok lain dan tidak ada paksaan pula untuk masuk di dalam organisasi mana pun. Karena bagi mereka bergaul sangat penting yang bisa mengubah kepribadiannya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, sehingga pengaruh pergaulan antara anggota organisasi HMI dan PMII sangat besar dan tidak terlalu dipentingkan asalkan anggotanya mengetahui etika di dalam organisasinya. Seperti yang dituturkan oleh informan organisasi HMI: “k’lo bergaul, kami tidak membatasi anggota organisasi kami asalkan mengetahui batasan toleransi dan saya akui tingkat sosial saya pula dipengaruhi oleh lingkungan disekitar saya”. 15 Hal serupa pun terjadi di dalam organisasi PMII, seperti dituturkan oleh informan: “kami memberikan kebebasan anggota kami untuk bersosialisasi dengan siapa saja dan kami tidak membatasi pergaulan anggota kami. Karena disitulah anggota kami dapat bertukar pikiran dengan organisasi lain dan bisa berbagai ilmu pengetahuan”. 16 15 Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 29 Juni 2011. 16 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 21 Juni 2011. 61 Adapun dari hasil observasi mengenai pergaulan antara anggota organisasi HMI dan PMII, sering dijumpai saat berada di kantin, taman kampus dan saat mengerjakan tugas kuliah. Mereka tidak menutup kemungkinan untuk bergabung dan bercanda sesama teman kelas ataupun dengan fakultas lain yang berbeda organisasi. Karena mereka lebih cenderung dengan nongkrong dan ngobrol ngawur-ngidul, serta mengerjakan tugas secara bersama-sama. Walaupun ada beberapa orang yang memisahkan diri atau tidak ingin bergabung, biasanya orang itu akan bergabung dengan teman- teman organisasinya yang memandang perbedaan itu, akan tetapi hanyalah orang-orang yang aktif di dalam organisasinya. 17 4. Persaingan Peneliti harus melihat manusia pada dasarnya mempunyai keinginan untuk pengakuan di lingkungan sekitarnya, dan pengakuan itu sendiri tidak mudah untuk dilakukan, karena harus bersaing dengan orang lain yang menginginkan pengakuannya juga. Persaingan yang terjadi antara anggota organisasi HMI dan PMII di dalam kampus, karena adanya dorongan yang membuat mereka untuk mempertahankan eksistensi organisasi. Apabila anggota tidak memiliki keberanian dan pemikiran yang kritis untuk bersaing maka organisasi itu akan ditindas oleh salah satu dari organisasi tersebut. Misalnya, persaingan dalam mendapatkan kedudukan di Badan Esekutif Mahasiswa Jurusan, Fakultas dan Universitas. Dalam setahun kepengurusan tersebut akan diadakan pergantian 17 Pengamatan observasi di dalam pergaulan kedua anggota organisasi HMI dan PMII. 62 yang diselenggarakan oleh pihak kampus dan KPU, oleh karenanya harus sesuai dengan Surat Keputusan SK Bersama dan Rektor yang berlaku pada Student Goverment SG atau Pemilihan Raya Kampus PEMIRA secara demokrasi. Dan adapun ungkapan dari Pengembangan Anggota HMI, “... Persaingan itu selalu ada, akan tetapi yang terpenting ialah mengedepankan serta menjaga etos etika persaingan yang baik dan fair ...” 18 Berbagai cara yang ditunjukkan oleh para calon dari anggota kedua organisasi ini sangat kelihatan dan blag-blagkan terbuka. Karena organisasi besar selalu ingin mempertahankan dan menonjolkan eksistensinya dan saling adu gengsi untuk mencapai kemenangan tertentu, seperti saat Pemilu Raya Kampus PEMIRA. Oleh sebab itu, mahasiswa yang mengikuti organisasi meningkatkan kemampuannya serta mementingkan kuantitas bukan kualitas di dalam organisasi tersebut. Dan ini pernyataan dari Departemen Kaderisasi PMII, “... Persaingan dalam arti sehat tidak ada masalah, makanya disini dituntut untuk lebih peka akan sadar politik dan mengerti demokrasi tentunya ...” 19 . Persaingan yang sehat, mahasiswa harus sadar atas komitmen yang dibangun untuk mewujudkan kepentingan bersama dan menjaga nilai-nilai yang berlaku di setiap organisasinya. Di dalam observasi di lapangan yang ditemui dalam persaingan ini ialah terlihat saat PEMIRA diselenggarakan, banyak hiasan dekoratif selama kampanye berlangsung seperti spanduk-spanduk besar, baliho, poster, pamflet yang memperlihatkan wajah-wajah kandidat tersebar di seluruh area kampus 18 Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 29 Juni 2011. 19 Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 21 Juni 2011. 63 dan bahkan sampai di luar kampus menjadi lahan kampanye. Sebuah seruan terdengar di seluruh ruang hingga sudut kampus UIN Syarif Hidayatullah, inilah sebuah realitas politik yang sangat mirip dengan sistem parlementer Negara. 20 5. Kontravensi a. Perbuatan penolakan, perlawanan dan lain-lain Perbuatan penolakan dan perlawanan di dalam organisasi memang sering terjadi. Karena setiap anggota organisasi mempunyai idealisme yang cukup tinggi terhadap kelompok atau organisasinya, maka tidak bisa dipungkiri lagi akan sebuah penolakan dan perlawanan itu terjadi antara organisasi HMI dengan PMII, begitupun sebaliknya. Dan apabila itu terjadi, karena salah satu dari organisasi ini merasa dirugikan, seperti mencela salah satu dari anggota masing-masing organisasi saat perbedaan pendapat di muka umum serta kepentingan yang tidak sesuai dengan harapan dan tidak memiliki kode etik secara umum. Contoh kasus kecil dari observasi yaitu dalam perkulihan pada saat makalah kelompok dan salah satunya adalah orang HMI atau PMII mempresentasikan kepada teman-teman kelasnya, pada saat itu juga ada pandangan yang berbeda dari orang-orang organisasi HMI atau PMII yang ingin menjatuhkan ataupun mengeksiskan dirinya dan organisasinya di dalam kelasnya. 21 Adapun “... Kalau keluar dari konstitusional pasti ada 20 Pengamatan observasi di dalam Pemilu Raya Kampus PEMIRA, pada bulan Januari 2011. 21 Pengamatan observasi di dalam pergaulan kedua anggota organisasi HMI dan PMII. 64 perlawanan, selama berada di garis konstitusional, maka akan berjalan sesuai dengan harapan bersama-sama ....” 22 Hal serupa juga terlihat pada organisasi PMII, seperti yang dituturkan oleh informan: “Kami melihat konteksnya dahulu, menyinggung dengan organisasi lain atau tidak. Dan apabila organisasi kami di injak- injak atau dirugikan oleh organisasi lain, maka kami akan melawan demi membela dan mempertahankan harga diri organisasi kami. Tentunya organisasi lain juga seperti itu juga.” 23 b. Menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum Perlu diketahui negara ini adalah negara yang menjunjung tinggi demokrasi, siapa saja bebas untuk mengemukakan pendapat. Maka, organisasi manapun harus memahami arti demokrasi itu sendiri. Dan adapun menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum sering sekali terjadi di dalam perkuliahan, seminar ataupun diskusi publik. Tidak heran akan hal tersebut apabila kedua organisasi HMI dan PMII selalu berdebat ataupun menyangkal antar anggotanya, karena mereka ingin menonjolkan eksistensi individu dan organisasinya dari pada mempertahankan per- tanyaan atau jawaban yang benar. Akan tetapi, mereka tidak mengabaikan etika sosial dan norma yang berlaku seperti menghargai hak-hak orang lain serta tidak mengganggu pertanyaan orang selagi itu baik. Adapun pernyataan dari sekertaris umum HMI, yaitu: “Kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kita punya hak dan orang lain pun juga punya hak. Maka, kita memakai aturan main yang berlaku di muka umum, asalkan jangan 22 Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 29 Juni 2011. 23 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 21 Juni 2011. 65 mengganggu pernyataan atau jawaban orang selagi itu baik dan bisa diterima oleh orang.” 24 Adapun kedua organisasi ini, mengharapkan anggota atau kadernya berani untuk berbicara dan mengemukakan pendapat agar bisa “ ...melatih mentalnya serta mengajak orang untuk berfikir akan permasalahan yang dibicarakan ...” 25 . Dan apabila terjadi perdebatan yang begitu panjang dan tidak ada yang mengalah, biasanya forum akan melakukan footing. Sebagai mahasiswa harus menyikapi permasalahan itu dengan baik dan bijak, jangan memakai ego untuk kelompoknya ataupun dirinya. c. Melakukan Penghasutan ProvokasiPropaganda Melakukan penghasutan atau provokasi kepada mahasiswa yang tidak mengikuti atau tidak bergabung di dalam organisasi netral, menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi organisasi manapun dan berlomba- lomba untuk mendapatkan suara di dalam pemilihan nanti, saat menjelang pemilu raya tiba. Setiap organisasi saling menjelek-jelekkan yang satu dengan yang lainnya atau memprovokasi sesama calon yang diusung. Memprovokasi sudah menjadi hal yang lumrah di dalam organisasi ekstra kampus UIN ini. Walaupun di setiap organisasi HMI dan PMII tidak membenarkan hal tersebut, seandainya ada maka “... itu oknum yang tidak bertanggungjawab dan mengatasnamakan gengsi ...”, 26 dan itu terjadi 24 Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 17 Juni 2011. 25 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 21 Juni 2011. 26 Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI KAHMI, 17 Juni 2011. 66 karena sebuah proses dinamika perpolitikan. Seperti yang diungkapkan oleh Sekertaris Umum HMI : “K’lo provokasi untuk mengarah kekonflik, kami tidak pernah. Dan k’lo momentum saat pemira bukan provokasi namanya tapi agitasi propaganda, yang dilakukan sebagai upaya pendewasaan ranah politik. Walaupun ada serangan-serangan akan tetapi harus ada data-data yang valid, sehingga orang lain bisa menerimanya. Saya pikir setiap organisasi melakukan itu semua”. 27 Adapun observasi mengenai provokasi antara kedua anggota organisasi ini, Biasanya dilakukan oleh para atau oknum dari masing- masing itu sendiri untuk melakukan provokasi. Seperti melalui SMS, selebaran kertas, pamplet dan melalui obrolan pergaulan. Dan yang paling sering terjadi yaitu lewat sms, seperti yang dilontarkan oleh Sekertaris Bidang I PMII : “Sebelum kami memenangkan Bem-F. Kita melakukan provokasi atau agitasi propaganda lewat sms sebelum pemira tiba kepada teman-teman fakultas saya. Karena sewaktu Bem-F dipegang oleh anak-anak HMI, duit propesa pada waktu itu dipakai dengan tidak wajar”. 28 Kedua organisasi ini seakan-akan bersifat tertutup apabila anggota organisasinya pernah melakukan provokasi kepada organisasi lain. Dan keduanya juga saling melempar kesalahan seperti yang dipaparkan oleh informan organisasi HMI, “... Kami tidak pernah melakukan provokasi itu, tapi kami sering di provokasi oleh organ lain ...”. 29 27 Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 17 Juni 2011. 28 Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 23 Juni 2011. 29 Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 29 Juni 2011. 67 Dan hal serupa dituturkan juga oleh informan organisasi PMII: “Tidak dibenarkan melakukan provokasi di tubuh organisasi kami dan organisasi lain. Justru salah satu dari kami pernah terkena provokasi dari organisasi lain melalui sms”. 30 Organisasi HMI dan PMII memang dikenal sebagai organisasi yang selalu bersitegang saat PEMIRA, banyak SMS-SMS aneh yang sering diterima oleh mahasiswa setelah lewat jam 12 malam dan masih banyak SMS nyeleneh lainnya dari berbagai organisasi. Dan peneliti salah satu korban provokasi itu, adapun contoh dari sebuah pesan singkat ini: “Salam reformasi kawan-kawan mahasiswa tentunya sudah tahu siapa yang layak menjadi pemimpin kampus kita ini. Jangan sembarang pilih kawan-kawan Siapa itu Isbat? Kuliah jarang masuk, baju ngga pernah rapi, ngga pernah ngerjain tugas. Siapa itu Nafiz? Sama aja kuliah jarang masuk”. 31 Sebegitu berharganya tahta kekuasaan politik hingga SMS seperti ini seringkali diterima oleh mahasiswa, sebuah black campaign. Setelah ditelusuri nama-nama yang ada dalam SMS, itu adalah Capres dan Cawapres dari Partai Persatuan Mahasiswa PPM yaitu organisasi PMII. Terlihat sedikit santai, PPM yang tahu tentang tersebarnya SMS gelap itu ke beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan komunikasi membalas dengan sebuah pesan singkat berisikan “... Untuk perubahan yang lebih baik, hari Kamis pilih yang Jitu.. No.1 PPM ...”. Dan Partai Reformasi Mahasiswa Parma yaitu HMI kembali membalasnya “... Jurnalistik satu suara, demi kepentingan kita semua. Ayo..satukan suara, pilih Ncex BEMJ, Sabir BEMF dan Otoy BEMU, kita melangkah maju 30 Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 22 Juni 2011. 31 Pengamatan observasi yang di dapati dalam SMS kedua anggota organisasi HMI dan PMII. 68 bersama… dengan pemikiran-pemikiran bersama, setuju? Bales.. bhotel, tolong sebarkan ke yang lain ya minimal 5 atau 10 mahasiswa ...”. Belum lagi kampanye melalui jejaring sosial facebook yang merajalela di seluruh mahasiswa. Ini menunjukan sedang zamannya manusia addicted dengan facebook dan memanfaatkannya sebagai alternatif yang sangat berpengaruh sebagai media persuasif terhadap publik. 32 6. Pertentangan atau Konflik Pertentangan antar sesama organisasi kelak terjadi, apabila tidak sesuai dengan keinginannya dan melakukan kecurangan-kecurangan yang merugikan organisasi tersebut. Dilihat dari situ, ada kecenderungan mahasiswa dihadap- kan dengan sebuah kepentingan yang berorientasi pada kepentingan suatu golongan tertentu saja, karena di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta budaya politik yang dibangun berdasarkan sentimen ideologis yang lebih mementingkan dan mempertahankan organisasinya. Maka adanya pertentangan sangat memungkinkan terjadinya konflik antar individu atau antar kelompok karena peran permainan politik yang semakin kental. Apalagi, pada saat PEMIRA, organisasi ekstra bersiap-siap untuk berkampanye dengan partainya sendiri-sendiri seperti HMI dengan PARMAnya Partai Reformasi Mahasiswa dan PMII dengan PPMnya Partai Persatuan Mahasiswa. Dan mereka saling berselisih untuk mendapatkan siapa yang berkuasa di kampus ini ataupun karena sentimen organisasi. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan dari PMII, “... PARMA HMI yang 32 Pengamatan observasi yang di dapati dalam SMS kedua anggota organisasi HMI dan PMII. 69 paling sering berkonflik, pada saat PEMIRA dan moment yang terpenting. Karena organisasi sama-sama besar serta mencari eksistensi ...”. 33 Dan hal serupa disampaikan juga oleh informan organisasi HMI, “... PPM PMII berkonflik dengan kami, karena sentimen organisasi ...”. 34 Dan adapun observasi dari pertentangan atau konflik yang terjadi dalam organisasi HMI dengan PMII, pada saat penghitungan hasil suara dari masing-masing Jurusan, Fakultas dan Universitas yang merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh pihak kampus dalam pergantian kepengurusan yang biasanya disebut dengan PEMIRA. Seperti yang sering terjadi pertentangan atau konflik di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Tarbiyah. Dan itulah perbedaan interaksi sosial antara anggota organisasi HMI dengan anggota organisasi PMII dan pernyataan dari masing-masing pengurus organisasi.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pola Interaksi

Suatu proses interaksi yang mempengaruhi anggota organisasi HMI dan PMII di dasari pada berbagai faktor, diantaranya ialah ideologi atau sudut pandang, memprovokasi untuk mempertahankan eksistensi, mengkrekrut kader, dan memainkan peran dalam moment dan situasi. Adapun faktor-faktor tersebut, secara rinciannya dapat bergerak sendiri-sendiri ataupun secara terpisah, yaitu: 33 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 21 Juni 2011. 34 Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 29 Juni 2011. 70 1. Ideologi atau sudut pandang Sebuah organisasi salah satunya membuat seseorang untuk mempunyai peranan dan memahami nilai-nilai yang berlaku di tengah- tengah masyarakat. Dan setiap organisasi mempunyai sudut pandang atau ideologi yang berbeda-beda, terkadang menyimpang dari aturan yang tidak bisa diterima oleh masyarakat. Organisasi HMI dan PMII mempunyai sudut pandang yang berbeda, akan tetapi kedua organisasi ini bisa diterima oleh masyarakat. Adapun HMI berideologikan modernis yang mengikuti perkembangan zaman dari segi intelektual keIndonesiaan dan keIslaman. Sedangkan PMII yang berideologikan ahlussunnah wal jamaah aswaja yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW dan tidak lepas dari sejarah Islam pemikiran tradisional, seperti tahlilan dan bersholawat. Perbedaan sudut pandang atau ideologi tersebut memungkinkan adanya persaingan untuk mempertahankan dan mencari kader anggota dalam memperjuangkan organisasinya, sehingga tarik menarik antara anggota sering sekali terjadi di dalam kedua organisasi ini. Seperti yang diungkapkan oleh Sekertaris Bidang I, informan dari PMII yaitu: “k’lo seandainya seseorang sudah terikat dan mempunyai rasa memiliki organisasi itu, maka orangindividu itu tidak terpengaruh oleh organisasi lain. Akan tetapi, k’lo untuk mem- batasi adanya tarik-menarik kader itu sudah pasti terjadi di dalam organisasi manapun”. 35 Walaupun tarik-menarik di dalam kedua organisasi ini sering terjadi, dikarenakan seseorang memiliki pemahaman atau pemikiran yang sama dengan salah satu anggota kedua organisasi ini. Dan secara tidak 35 Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 2011-2012 PMII Cabang Ciputat, 23 Juni 2011. 71 langsung mempengaruhi sudut pandang atau ideologi seseorang untuk berubah dan bergabung di dalamnya. Oleh sebab itu, di dalam pergaulan individu anggota kedua organisasi tidak membatasi pergaulannya. Seperti yang dijelaskan oleh Sekertaris Umum HMI cabang Ciputat: “Pemikiran kami bersifat insklusif terbuka dengan siapa pun, kapan pun, dan dimana pun dalam konteks hubungan dengan orang lain atau pun organisasi lain, maka kami tidak membatasi. Pemikiran tersebut diterapkan pada anggota kami, karena berfikir dan karena bertindak”. 36 Oleh karena itu, faktor ini yang peneliti jelaskan di atas merupakan sebuah organisasi yang dimiliki anggota untuk menirukan suatu tindakan pada sudut pandang atau ideologi dalam organisasi tersebut. Maka, terjadinya suatu ketidakstabilan antara anggota kedua organisasi ini dalam menyikapi suatu tindakan yang memungkinkan untuk berkonflik karena ideologi. 2. Memprovokasi untuk mempertahankan eksistensi Faktor ini merupakan ajakan salah satu anggota organisasi untuk mempengaruhi tindakan atau sikap seseorang, apabila organisasinya merasa tertekan atau terdesak akan sebuah momentum untuk menunjukan suatu eksistensi dan kepentingan kelompok. Misalnya, di dalam momentum pemilihan umum yang setiap tahunnya pihak kampus menyelenggarakan pergantian kepengurusan dari jurusan, fakultas, dan bahkan universitas yang di sebut dengan sistem SG Student Government. Di situlah terjadinya persaingan antara anggota organisasi HMI dan PMII, 36 Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 17 Juni 2011. 72 yang berlomba-lomba untuk memprovokasi melakukan penghasutan seseorangmahasiswa yang tidak bergabung di organisasi mana pun untuk memilih calon yang di usung dari masing-masing kedua organisasi ini. Dan “... organisasi mana pun pasti melakukan penghasutan terhadap teman-teman yang netral ...”. 37 Adapun memprovokasi seseorang dari kedua anggota organisasi ini, sebenarnya di lakukan untuk melatar-belakangi kepentingan kelompok agar mencapai suatu tujuan atau misi yang diinginkan yaitu sebuah eksistensi. Akan tetapi memprovokasi harus mempunyai kejelasan atau data-data yang nyata riil, sehingga bisa diterima oleh pihak yang bersangkutan dan bisa diterima oleh mahasiswa atau orang lain yang merasakan kenyataan tersebut. maka, hal tersebut tidak mengarah kekonflik melainkan hanya wacana yang terjadi. Seperti yang di paparkan oleh Sekertaris Umum HMI cabang Ciputat: “K’lo untuk mengarah kekonflik, kami tidak pernah. Dan k’lo moment PEMIRA bukan provokasi yang kami sebut akan tetapi agitasi propaganda yang dilakukan sebagai upaya peng- edewasaan politik. Adapun, adanya serangan-serangan harus ada data-data yang valid sehingga orang lain bisa menerimanya. Dan saya pikir, setiap organisasi melakukan itu semua”. 38 Faktor kedua yang terjadi antara anggota organisasi HMI dan PMII bukan hanya untuk kepentingan kelompok saja, akan tetapi ada oknum- oknum yang ingin menguasai kekuasaan tersebut dan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Seperti mendapatkan kedudukan dan peran di 37 Wawancara dengan Muh. Syamsul Anwar, Wakil Sekertaris Umum periode 2011-2012 PMII cabang Ciputat, 09 Juni 2011. 38 Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 HMI Cabang Ciputat, 17 Juni 2011.