Profil Sejarah HMI Cabang Ciputat

44

D. Profil Sejarah PMII

1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya PMII PMII dan NU merupakan dua organisasi yang mempunyai hubungan romantika historis yang spesial. Kita bisa katakan, NU adalah ibunya PMII, karena dialah yang melahirkan organisasi kemahasiswaan ini 50 tahun silam. Karena adanya “hubungan darah”, kedua organisasi ini pun punya beberapa kemiripan. Misalnya, secara demografis, basis massa keduanya mayoritas berasal dari masyarakat desa atau kalangan pesantren. Karakter ini membawa implikasi pada prilaku komunal dan tradisionalis yang melekat pada warga NU dan kader PMII. Pada awalnya, kelekatan tradisionalisme dan budaya dalam kultur NU diyakini oleh sebagian masyarakat, tetapi belakangan ini, sesuatu yang berkaitan dengan dialektika dan akulturasi dengan budaya lokal mendapat apresiasi banyak kalangan. 20 Nuansa demografis ini ternyata mempengaruhi konstruksi konsep teologis. Kesadaran untuk bekerja sama, gotong-royong dan penghormatan terhadap perbedaan menjadi tipikal keagamaan yang berkembang di kultur masyarakat agraris di pedesaan. Hal ini juga berbanding lurus dengan penghargaan atas tradisi lokal masyarakat pinggiran yang menjunjung tinggi realitas multikultural dan keseimbangan gerak ibadah ritual dan amal sholeh. 21 Berangkat dari logika hubungan darah, PMII pun menyetarakan landasan teologisnya pada Islam ala ahlussunnah wal jamaah aswaja, yang kini berkembang menjadi manhaj al-fikr metodologi berfikir. Romantika NU-PMII ini pun terus berproses dari periode ke periode. Dalam periode awal 20 Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 1. 21 Ibid. 45 sekitar tahun 60-an, PMII memang banyak terlibat dalam percaturan politik sehingga pemikiran-pemikiran tentang kebangsaan lebih menonjol. 22 Keterlibatan PMII dalam politik praktis ini berakhir ketika mendeklarasikan sebagai organisasi independen keluar dari struktur NU pada tahun 1972, yang dikenal dengan Deklarasi Murnajati. Keputusan ini diambil karena kondisi perpolitikan sudah tidak tepat lagi sebagai wahana kekiprahan PMII di masa depan. Kreativitas dan progresifitas pilihan ini membuktikan pola pemikiran yang ingin di tanamkan PMII harus dinamis, dialogis, kritis dan open minded. 23 Independensi PMII ini justru memberikan keleluasan ruang gerak untuk bersikap kritis. Ketika Orde Lama beralih ke Orde Baru dengan kekuatan Golongan Karya sebagai lembaga kekuasaanya, PMII tampil mengkritisi kebijakan-kebijakan yang ditetapkan Orde Baru. Kekuasaan pemerintahan Orde Baru telah memancangkan jerat-jerat hegemoninya dengan mengendalikan semua kekuatan masyarakat. 24 2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan PMII Kehadiran organisasi tentu memiliki tujuan yang sering diidentikkan dengan gerakan. Transformasi dalam struktur masyarakat perlu didukung dan dikawal oleh gerakan semacam ini. PMII sebagai organsiasi gerakan mahasiswa yang merupakan bagian dari struktur masyarakat menengah, harus memiliki orientasi yang jelas dan konsep yang matang terhadap proses transformasi yang diinginkan oleh mahasiswa. 25 22 Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 1. 23 Ibid., h. 2. 24 Ibid. 25 Ibid., h. 35. 46 PMII sebagai gerakan kaum santri, yang berpotensi untuk keterbukaan dengan dunia baru yang disebut dengan “pembangunan peradaban” sudah dimiliki sejak dini. Sebut saja konsep-konsep keIslaman, seperti bertaqwa, tawakal, ikhlas, muthi’ilallah, dan seterusnya merupakan konsepsi kehidupan para santri yang sudah ditempa sejak mereka di pondok pesantren. Disinilah fungsi PMII untuk menjemput sumberdaya natural yang dimiliki kaum santri untuk dapat difasilitasi, diorganisasikan, dipetakan potensi “skill personal” untuk didistribusikan sesuai peranannya di masyarakat. 26 Sikap dasar kegairahan dan keterbukaan terhadap ilmu, merupakan ekspresi mental keIslaman mereka dalam memposisikan nilai-nilai Islam tidak terbatas teologi “urusan syurga dan neraka” saja. Akan tetapi para santri-lah yang mampu meletakkan Islam sebagai shirat, thariq, ataupun syar’i. Karena mengIslamkan diri adalah peleburan dalam perjalanan menuju pengetahuan yang dinamis dan berkelanjutan. Hal ini, sama halnya dengan prinsip PMII yang selalu mengedepankan konsep atau prinsip “kritis transformatif” dan anti kemapanan. 27 Di sinilah, peran keagamaan umat Islam, terutama kaum santri sebagai hanya hamba Tuhan abdullah harus ditransfigurasikan menjadi wakil Tuhan khalifatullah. Transfigurasi yang dimaksud adalah transformasi peran figurasi dari manusia yang punya kepentingan hanya untuk dirinya sendiri, segala tentang kebaikan dan keselamatan diri, diubah menjadi pada orientasi sosial kemasyarakatan, kemaslahatan umat dan kesejahteraan sesama manusia. Inilah peran yang sering disebut dengan “khalifatullah”, bahwa Tuhan tidak 26 Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 37. 27 Ibid., h. 37. 47 memilih-milih dalam memberikan anugerahnya yaitu sebuah semangat yang ditiru dan dikembangkan dalam kehidupan organisasi ini. 28 3. Nilai-nilai Dasar Pergerakan NDP Landasan dasar yang selama ini menjadi pendoman di organisasi PMII dan diajarkan secara temurun pada kader baru masih bersifat deskripsi normatif tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan Sang Pencipta, interaksi antar sesama, dan interaksi dengan lingkungan.

E. Profil Sejarah PMII Cabang Ciputat