4 oleh lahirnya berbagai gerakan sosial yang selama ini terpendam di bawah
permukaan.
4
Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, pada saat tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap
mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan
memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di organisasi kemahasiswaan ekstra kampus
seperti HMI Himpunan Mahasiswa Islam, PMII Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers
mahasiswa, maka kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas
dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Secara umum di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa
seringkali menjadi cikal-bakal perjuangan nasional. UIN adalah salah satu dari lembaga pendidikan yang besar. Selain menjadi
tempat studi berbagai disiplin ilmu, terdapat banyak organisasi kemahasiswaan, baik yang bersifat ekstra kampus maupun intra kampus. Adapun yang bersifat
organisasi ekstra ialah organisasi yang berada di luar kampus seperti HMI Himpunan Mahasiswa Indonesia, PMII Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia, IMM Ikatan Muslim Muhammadiyah, KAMMI Kesatuan Aksi
4
Kunarto, Gerakan Mahasiswa: Merenungi Kritik Terhadap Polri Buku ke 10, Jakarta: Penerbit PT. Cipta Manunggal, 2000, h. 141.
5 Mahasiswa Muslim Indonesia, LDK Lembaga Dakwah Kampus. Sedangkan
yang bersifat intra adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di dalam kampus dan mendapatkan penggalangan dana untuk kegiatan mahasiswa
dari kampus seperti UKM Unit Kegiatan Mahasiswa, yaitu pencinta alam arkadia, kalacitra, teater syahid, musik riak. Para aktivis organisasi mahasiswa
intra kampus pada umumnya juga berasal dari kader-kader organisasi ekstra kampus ataupun aktivis independen yang berasal dari berbagai kelompok studi.
Melihat latar belakang organisasi yang begitu banyak berkembang di lingkungan perguruan tinggi baik intra maupun ekstra, menjadi tempat untuk
mahasiswa mengeluarkan bakat dan menjadi mahasiswa yang kritis akan permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu, menarik
untuk melihat bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi antara sesama mahasiswa yang berlatar belakangi organisasi yang berbeda. Dan penulis
bermaksud untuk meneliti pola interaksi yang terjadi, dengan pembatasan masalah pada interaksi sosial yang terjadi antara anggota organisasi HMI dan PMII di
kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti mendapatkan kedudukan dan peran di dalam jurusan, fakultas atau pun universitas dan ada beberapa faktor yang
mengakibatkan anggota mereka tidak dapat berinteraksi dengan baik sampai ke pejabat-pejabat kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bahkan sampai
kepemerintahan seperti DPR, MPR, Menteri dan lembaga-lembaga yang di biayai oleh pemerintahan. Oleh sebab itu, mereka dibesarkan melalui organisasi-
organisasi ekstra yang berada di kampus-kampus terutama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
B. Pertanyaan Penelitian
Untuk lebih jelasnya mengoperasionalkan masalah penelitian ini, maka saya mengidentifikasikan masalah penelitian tersebut dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut: 1.
Bagaimana perbedaan pola interaksi antara anggota organisasi HMI dan organisasi PMII ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perbedaan pola interaksi tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memberikan gambaran secara detail mengenai perbedaan interaksi sosial antara mahasiswa yang mengikuti organisasi ekstra kampus.
2. Untuk menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi interaksi sosial di
dalam organisasi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat pada: 1.
Manfaat Akademisi Menambah literatur tentang dinamika kehidupan organisasi ekstra kampus
dan memberikan khazanah pengembangan konsep-konsep dalam Sosiologi, khususnya untuk memperkaya rekonstruksi teori tentang
interaksi sosial melalui upaya memahami fenomena di dalam masyarakat. 2.
Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan memasukan dalam
pembinaan organisasi intra maupun ekstra kampus.
7
E. Tinjauan Pustaka
Terkait dengan kajian interaksi sosial, penulis menemukan beberapa penelitian sejenis, antara lain :
Penelitian yang berjudul “Pola Interaksi Santri dan Kyai pada Pondok Pesantren Salaf dan Khalaf Studi Perbandingan Pondok Pesantren Al-Idrisiyyah
Salaf dengan Pondok Pesantren Al-Falahiyyah Khalaf” yang diteliti oleh Syarif, mahasiswa strata satu S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendekatan
yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif. Pemilihan informan utama diambil dengan teknik purposive. Dia menggunakan instrumen penelitian berupa
semistandardized interview, yakni kombinasi wawancara di mana selain mempersiapkan pertanyaan terorganisir, juga kreatif mengembangkan pertanyaan
lanjutan dari jawaban yang diperoleh dari informan kunci. Permasalahan penelitian dan kesimpulannya menyatakan pola interaksi di
Pondok Pesantren Al-Idrisiyyah salaf yang merupakan ajaran tradisional terdahulu, adalah pola hubungan bersifat satu arah, yaitu interaksi santri dengan
kyai yang dilakukan hanya di saat proses belajar mengajar, ketika di masjid atau majlis ta’lim tempat mereka belajar. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor,
yaitu dari ajaran doktrin yang terdapat di salaf yang membatasi hubungan antara santri dengan kyai agar tidak terlalu dekat. Sedangkan pola interaksi di Pondok
Pesantren Al-Falahiyyah khalaf yang merupakan ajaran modern kekinian, yaitu terbuka atau dua arah antara santri dan kyai terjadi dialog dan saling kerjasama.
8 Artinya, santri lebih mudah berinteraksi langsung dengan kyai, tidak “malu-malu”
dan tidak “kaku”.
5
Penelitian di atas menunjukan proses interaksi antara santri dan kyai yang berbeda tempat cara berinteraksinya. Di ajaran salaf menunjukan interaksi bersifat
satu arah, dimana kyai membatasi hubungannya dengan santri. Sedangkan ajaran khalaf sebaliknya, pola interaksi kyai dengan santri yang bersifat dua arah atau
terbuka sehingga santri lebih mudah berkomunikasi dengan kyai. Pada akhirnya proses interaksi tersebut berjalan dengan baik. Penelitian ini berbeda sekali
dengan penelitian selanjutnya, di dalamnya proses interaksi sosial menjadi faktor dalam membina kerukunan antar umat beragama.
Selain itu, studi tentang “Interaksi Sosial Antara Masyarakat Islam Dengan Masyarakat Kristen Dalam Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
Studi Kasus Kelurahan Tanjung Priok-Jakarta Utara” yang diteliti oleh Novian Hermawan, mahasiswa strata satu S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Pemilihan informan utama diambil dengan teknik purposive dan juga menggunakan instrumen penelitian berupa
semistandardized interview. Dalam kesimpulan skripsinya dinyatakan bahwa dengan adanya sebuah
interaksi sosial antar umat beragama maka masyarakat Islam dengan masyarakat Kristiani akan terlihat dampak-dampak yang terjadi dari sebuah hubungan
interaksi tersebut, dampak-dampak tersebut ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Dua agama mayoritas yang mendiami wilayah tersebut
merupakan contoh kehidupan beragama yang harmonis dan adapun bentuk-bentuk
5
Syarif, “Pola Interaksi Santri dan Kyai pada Pondok Pesantren Salaf dan Khalaf”, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan FilsafatSosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2005, h. 110-111.
9 interaksi sosial yang mempengaruhi kerukunan umat beragama, yaitu dalam
pembangunan rumah ibadah.
6
Penelitian tersebut bertujuan untuk menjaga kerukunan umat beragama, yang mempengaruhi beberapa dampak dari interaksi tersebut. Dampak itu bersifat
negatif dan bersifat positif. Berbeda halnya dengan penelitian sebelumnya, yang mencari perbedaan interaksi antara ajaran salaf dengan ajaran khalaf. Penelitian
pertama dan kedua, mencakup kepada interaksi sosial antarpola hubungan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Berbeda halnya dengan penelitian
berikutnya, yang mengarah pada ketahanan nasional dalam organisasi sosial di komunitas dan bagaimana pola interaksi sosial itu terjadi, yaitu:
Penelitian dari “Pola-pola Interaksi Sosial Warga Etnik Cina dengan Warga Etnik Lainnya dalam Suatu Lingkungan Pemukiman Dan Kaitannya
dengan Ketahanan Nasional” yang diteliti oleh Tri Lestari Hadiati, mahasiswa Pasca Sarjana-UI, Program studi: Kajian Ketahanan Nasional, Tahun 1996.
Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan serta kelompok diskusi terarah pada kelompokorganisasi sosial di
komunitas. Penelitian empirisnya tentang sifat-sifat suatu batas budaya. Meskipun akulturasi sudah terjadi hampir di semua bidang kehidupan, ada
sejumlah nilai-nilai budaya dan pranata sosial etnik Cina tetap bertahan hidup berdampingan dengan nilai-nilai budaya dan pranata sosial etnik lainnya di
Indonesia, dengan contoh pola interaksi antarkelas sosial masyarakat Jepang.
7
6
Novian Hermawan, “Interaksi Sosial Antara Masyarakat Islam Dengan Masyarakat Kristen Dalam Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama”, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan
FilsafatSosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, h. 65.
7
Tri Lestari Hadiati,“Pola-pola interaksi sosial warga etnik Cina dengan warga Etnik lainnya dalam suatu lingkungan pemukiman dan kaitannya dengan ketahanan nasional”, Pasca Sarjana -
UI Program studi: Kajian Ketahanan Nasional, Perpustakaan Pusat UI, 1996, h. i.