40 bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang diridhoi
Allah SWT. Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah
organisasi massa dalam pengertian fisik dan kuantitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide,
bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota- anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar
dan efektif.
14
3. Nilai-nilai Dasar Perjuangan NDP
Secara garis besar dalam haluan nilai-nilai dasar perjuangan NDP dari HMI,
15
sebagai berikut : a.
Hidup yang benar di mulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-
Nya, yaitu taqwa. b.
Iman dan taqwa dipelihara serta diperkuat dengan melakukan ibadah atau pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik individu agar
tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang teguh kepada kebenaran, sebagaimana yang dikehendaki oleh hati nurani yang hanief.
c. Kerja kemanusiaan atau amal sholeh mengambil bentuknya yang utama
dalam usaha yang sungguh-sungguh secara essesial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang
maupun waktu.
14
Modul LK I Basic Training: Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 132.
15
Ibid., h. 193-197.
41 d.
Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan melahirkan “jihad”, yaitu sikap hidup berjuang. Berjuang itu dilakukan
dan ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong-royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan.
e. Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu :
“beriman, berilmu dan beramal”.
C. Profil Sejarah HMI Cabang Ciputat
HMI cabang Ciputat berdiri pada tahun 1960, bermula dari sebuah komisariat yang diketuai oleh Abu Bakar, dan kemudian pada tahun berikutnya
1961, dijadikan sebuah cabang.
16
Menghadirkan cabang Ciputat dalam sejarah HMI tentu saja merupakan sebuah kewajaran belaka, mengingat masing-masing
cabang memiliki sejarah dan karakteristiknya yang tidak saja berbeda, unik, namun tentu saja memiliki kekhasannya masing-masing. Kebutuhan mengetahui
sejarah HMI cabang Ciputat, yang jelas tidak didasarkan atas sikap arogansi yang cenderung hanya membanggakan kejayaan masa lalu.
17
Seperti diungkapkan Wahyudi Nafis, menghadirkan tulisan semacam ini setidaknya didasari tiga gagasan. Pertama, kalau memang HMI cabang Ciputat
dikatakan oleh sebagian alumni-alumninya pernah memiliki kejayaan, dengan berbagai data dan fakta, maka mungkin saja hal semacam ini bisa menjadi
stimulus bagi para kader di hari ini. Kedua, seandainya statemen “HMI cabang Ciputat pernah memiliki kejayaan” sementara diterima, maka kita bisa menelaah
strategi dan perangkat apa saja yang membuat para kader di masa itu berhasil.
16
Modul LK I Basic Training: Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 27.
17
Ibid., h. 25.
42 Ketiga, kita kembali mempertanyakan, apakah benar para kader HMI di masa
tertentu di Ciputat pernah mengalami keberhasilan.
18
Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa HMI cabang Ciputat saat ini masih sangat dihormati di cabang-cabang lain di seluruh Indonesia. salah satu
faktor utamanya adalah Nilai-nilai Dasar Perjuangan NDP HMI yang sangat identik dengan Cak Nur sapaan akrab Nurcholish Majid yang notabene
merupakan kader Ciputat. Hal ini berdampak psikologis bagi kader-kader HMI cabang Ciputat sampai saat ini, terbukti ketika kader dari Ciputat mengikuti
Latihan Kader II Intermediate Training di luar Ciputat, sehingga kita mungkin akan heran bahwa kader-kader HMI cabang lain akan banyak bertanya tentang
Ciputat dengan wajah antusias dan kekaguman. Hal ini karena track-record intelektual HMI cabang Ciputat yang masih terimajinasikan dengan baik
ketokohan dan banyaknya buku-buku karya alumni-alumni Ciputat.
19
Dan dari mahasiswa yang bergabung di dalam organisasi HMI cabang Ciputat adalah mayoritas berlatar belakang lulusan SMA dan SMKSTM. Karena
memiliki tingkat intelektualitas keIndonesian kekinian pelajaran umum dari pada lulusan dari pondok pesantren dan MAN yang notabenenya belajar kitab-
kitab dan berbahasa Arab, dan sedikit sekali mempelajari pelajaran umum. Akan tetapi, dari lulusan pondok pesantren dan MAN tersebut ingin meningkatkan
intelektualitas agar lebih mendalami ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Maka, mereka memilih bergabung di dalam organisasi tersebut. Adapun terlihat dari
tabel asal sekolah anggota organisasi HMI dan data anggota dari masing-masing fakultas, sebagai berikut:
18
Modul LK I Basic Training: Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 25-26.
19
Ibid.,h. 26-27.
43 Tabel. 1
Asal sekolah anggota HMI cabang ciputat angkatan 2005-2011
Asal Sekolah Jenis Kelamin
Orang Persen
L P
Pondok Pesantren 827
517 1344
23 MAN
916 601
1517 26
SMASMKSTM 1673
1323 2996
51 Jumlah
3416 2441
5857 100
Sumber: Sekretariat HMI Cabang Ciputat
Tabel. 2 Anggota HMI cabang ciputat dari masing-masing fakultas, angkatan 2005-2011
No Fakultas
Orang Persen
1 Fakultas Ekonomi
498 8.5
2 Fakultas Sains dan Teknologi
467 8.0
3 Fakultas Dakwah
857 14.6
4 Fakultas Ushuluddin
329 5.6
5 Fakultas Adab dan Humainora
414 7.1
6 Fakutas Syariah
546 9.3
7 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
1197 20.4
8 Fakultas Dirasat Islamiyah
282 4.8
9 Fakultas Psikologi
537 9.1
10 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 476
8.2 11 Fakultas Kedokteran
254 4.4
Jumlah 5857
100
Sumber: Sekretariat HMI Cabang Ciputat
Dan melihat data base dari masing-masing fakultas dari anggota organisasi HMI di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang lebih dominan atau paling
banyak kaderanggota HMI tersebut ialah di fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Dawah, Fakultas Syariah, dan Fakultas Psikologi. Maka, yang
lebih dominan menjadi salah satu basis dari kekuatan organisasi HMI tersebut. Sedangkan yang minoritas, akan meningkatkan kemampuan untuk mencari atau
mengkrekrut kaderanggota dari organisasi tersebut untuk menjadi kekuatan di fakultas serta jurusannya.
44
D. Profil Sejarah PMII
1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya PMII
PMII dan NU merupakan dua organisasi yang mempunyai hubungan romantika historis yang spesial. Kita bisa katakan, NU adalah ibunya PMII,
karena dialah yang melahirkan organisasi kemahasiswaan ini 50 tahun silam. Karena adanya “hubungan darah”, kedua organisasi ini pun punya beberapa
kemiripan. Misalnya, secara demografis, basis massa keduanya mayoritas berasal dari masyarakat desa atau kalangan pesantren. Karakter ini membawa
implikasi pada prilaku komunal dan tradisionalis yang melekat pada warga NU dan kader PMII. Pada awalnya, kelekatan tradisionalisme dan budaya
dalam kultur NU diyakini oleh sebagian masyarakat, tetapi belakangan ini, sesuatu yang berkaitan dengan dialektika dan akulturasi dengan budaya lokal
mendapat apresiasi banyak kalangan.
20
Nuansa demografis ini ternyata mempengaruhi konstruksi konsep teologis. Kesadaran untuk bekerja sama, gotong-royong dan penghormatan
terhadap perbedaan menjadi tipikal keagamaan yang berkembang di kultur masyarakat agraris di pedesaan. Hal ini juga berbanding lurus dengan
penghargaan atas tradisi lokal masyarakat pinggiran yang menjunjung tinggi realitas multikultural dan keseimbangan gerak ibadah ritual dan amal sholeh.
21
Berangkat dari logika hubungan darah, PMII pun menyetarakan landasan teologisnya pada Islam ala ahlussunnah wal jamaah aswaja, yang
kini berkembang menjadi manhaj al-fikr metodologi berfikir. Romantika NU-PMII ini pun terus berproses dari periode ke periode. Dalam periode awal
20
Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 1.
21
Ibid.