Bab IV : Bab ini menjelaskan tentang bagaimana penyesuaian batasan tindak pidanan ringan dan jumlah denda dalam KUHP
menurut PERMA No.02 Tahun 2012. Lalu dilanjutkan dengan bagaimana implikasi atas diterapkanya PERMA
terhadap penanganan perkara tindak pidana pencurian. BAB V : Merupakan penutup yang akan menguraikan tentang
kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu penulis menarik beberapa
kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu penulis menengahkan beberapa saran yang dianggap perlu.
16
BAB II TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA RINGAN DAN PENCURIAN
A. Tindak Pidana Ringan
1. Tindak pidana
Perkembangan hukum pidana mulai dari masyarakat sederhana sampai pada masyarakat modern sekarang ini tidaklah mengubah hakikat
hukum pidana, melainkan hanya makin menegaskan sifat dan luas bidang hukum pidana. Oleh karenanya, baik untuk masyarakat dahulu kala
maupun masyarakat sekarang, hukum pidana dapat didefinisikan sebagai keseluruhan peraturan hukum yang menentukan perbuatan-perbuatan yang
pelaku-pelakunya seharusnya dipidana dan pidana-pidana yang seharusnya dikenakan. Definisi ini mencakup empat pokok yang terkait erat satu
dengan yang lain, yaitu peraturan, perbuatan, pelaku, dan pidana.
1
Tindak pidana ialah perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana. Dalam
rumusan tersebut bahwa yang tidak boleh dilakukan adalah perbuatan yang menimbulkan akibat yang dilarang dan yang diancam sanksi pidana
bagi orang yang melakukan perbuatan tersebut.
2
Istilah ini tindak pidana, tumbuhnya dari pihak Kementerian Kehakiman, sering dipakai dalam perundang-undangan. Meskipun kata
1
Maramis Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h.1.
2
Suharto RM, Hukum Pidana Materiil, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, Cet.2., h.28.
“tindak” lebih pendek daripada “perbuatan” tapi “tindak” tidak menunjuk kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tapi hanya menyatakan keadaan
konkrit, sebagaimana halnya dengan peristiwa dengan perbedaan bahwa tindak adalah kelakuan, tingkah-laku, gerak-gerik atau sikap jasmani
seseorang, hal mana lebih dikenal dalam tindak-tanduk, tindakan dan bertindak dan belakangan juga sering dipakai “ditindak”. Oleh karena
tindak sebagai kata tidak begitu dikenal, maka dalam perundang-undangan yang menggunakan istilah tindak pidana baik dalam pasal-pasalnya sendiri,
maupun dalam penjelasannya hampir selalu dipakai pula kata perbuatan.
3
Bahwa Moeljatno, tidak menggunakan istilah tindak pidana rumusan di atas
, tetapi menggunakan kata “perbuatan pidana”. Kata perbuatan dalam perbuatan pidana mempunyai arti yang abstrak yaitu
suatu pengertian yang menunjuk pada 2 kejadian yang konkret yaitu :
4
a. Adanya kejadian yang tertentu yang menimbulkan akibat yang
dilarang. b.
Adanya orang yang berbuat yang menimbulkan kejadian itu. Rumusan tindak pidana tersebut dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah “Criminal act”. Dalam hal ini meskipun
orang telah melakukan suatu perbuatan yang dilarang di situ belum berarti
bahwa ia
mesti dipidana,
ia harus
mempertanggungjawabkan atas perbuatannya yang telah ia lakukan
3
Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, h.55.
4
Suharto RM, Hukum Pidana Materiil, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, Cet.2., h.29.