Tujuan pemidanaan Tindak Pidana Ringan
Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak diperkenankan merendahkan martabat manusia. Dalam konsep rancangan
Buku I KUHP Tahun 19821983, tujuan pemberian pidana dirumuskan sebagai berikut :
11
1. Pemidanaan bertujuan untuk Ke-1 Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan
normahukum demi pengayoman masyarakat; Ke-2 mengadakan koreksi terhadap terpidana dan dengan
demikianmenjadikannya orang yang baik dan berguna, serta mampu untuk hidup bermasyarakat;
Ke-3 menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa
damai dalam masyarakat; Ke-4 membebasakan rasa bersalah pada terpidana.
2. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak diperkenankan merendahkan martabat manusia.
Untuk mencapai tujuan pemidanaan dikenal tiga teori, yaitu :
12
1. Teori pembalasan, diadakannya pidana adalah untuk pembalasan.
Teori ini dikenal pada akhir abad ke-18 dengan pengikut Immanuel Kant, Hegel, Herbert, dan Stahl.
Kant memandang pidana sebagai “Kategorische Imperatief” yakni: seseorang harus dipidana oleh hakim karena ia telah
melakukan kejahatan. Pidana merupakan suatu alat untuk mencapai
11
Muladi dan Nawawi Arief, Barda, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, Bandung: PT. Alumni, 2005, Cet.3., h.24.
12
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet.2., h.15.
suatu tujuan, melainkan mencerminkan keadilan Uitdrukking van de gerechtigheid
.
13
Salah seorang tokoh lain dari penganut teori absolut yang terkenal ialah Hegel yang berpendapat bahwa pidana merupakan
keharusan logis sebagai konsekuensi dari adanya kejahatan. Karena kejahatan adalah pengingkaran terhadap ketertiban hukum negara
yang merupakan perwujudan dari cita-susila, maka pidana merupakan “Negation der Negation” peniadaan atau pengingkaran
terhadap pengingkaran.
14
2. Teori tujuan atau relatif, jika teori absolut melihat kepada
kesalahan yang sudah dilakukan, sebaliknya teori-teori relatif ataupun tujuan berusaha untuk mencegah kesalahan pada masa
mendatang, dengan perkataan lain pidana merupakan sarana untuk mencegah kejahatan, oleh karena itu juga sering disebut teori
previsi, yang dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu previsi umum dan previsi khusus. Dengan dijatuhkannya sanksi pidana
diharapkan penjahat potensial mengurungkan niatnya, karena adanya perasaan takut akan akibat yang dilihatnya, jadi ditujukan
kepada masyarakat pada umumnya. Sedangkan previsi khusus ditujukan kepada pelaku agar ia tidak mengulangi perbuatan
jahatnya.
13
Muladi dan Nawawi Arief, Barda, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, Bandung: PT. Alumni, 2005, Cet.3., h.11.
14
Muladi dan Nawawi Arief, Barda, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, Bandung: PT. Alumni, 2005, Cet.3., h.12.
3. Teori gabungan, gabungan dari dua teori di atas. Pidana merupakan
keharusan logis sebagai konsekuensi dari adanya kejahatan serta berusaha untuk mencegah kesalahan pada masa mendatang, dengan
perkataan lain pidana merupakan sarana untuk mencegah kejahatan. Dengan ini pidana memiliki dua maksud yang saling
berkesinambungan yaitu mencapai tujuan keadilan.