Pengertian upaya hukum Tahap-Tahap Upaya Hukum Dalam Sistem Peradilan Pidana

kasasi kehadiran itu dimungkinkan Vide, Pasal 238 ayat 4 jo Pasal 253 ayat 3 KUHAP. 11 Sedangkan menurut Dr. Eggi Sudjana, SH, M.Si yang dimaksud dengan upaya hukum adalah upaya yang dapat dilakukan oleh pihak yang berkepentingan terkait dengan adanya putusan pengadilan. Upaya hukum tersebut dilakukan dengan tujuan mengoreksi dan menselaraskan kesalahan yang terdapat dalam putusan yang telah dijatuhkan, baik putusan tersebut telah memiliki kekuatan hukum tetap maupun belum berkekuatan hukum tetap. Terdapat dua macam upaya hukum, yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa : 12 a. Upaya Hukum Biasa a Perlawanan verzet, upaya hukum yang dapat dilakukan terkait dengan putusan sela; b Banding, adalah upaya yang dapat dilakukan agar putusan peradilan tingkat pertama diperiksa kembali dalam tingkat banding; c Kasasi, adalah upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan pengadilan lain selain Mahkamah Agung. b. Upaya Hukum Luar Biasa Upaya hukum luar biasa adalah upaya hukum yang dapat diajukan terhadap putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Upaya hukum luar biasa terdiri dari : 11 Luhut M.P.Pangaribuan, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Djambatan, 2006, Cet.4., h.84. 12 Eggi Sudjana, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hiyatullah, 2012, h.88. a Kasasi demi kepentingan hukum, yaitu kasasi yang hanya dapat diajukan oleh jaksa agung dan tidak akan berpengaruh terhadap perkara yang sedang berlangsung; b Peninjauan Kembali, Upaya hukum yang diajukan terkait adanya keadaan baru yang diduga berpengaruh apabila diajukan pada saat persidangan berlangsung. Seperti yang telah dipaparkan di atas terdapat perbedaan terkait upaya hukum yang diberikan oleh Undang-undang oleh masing-masing lembaga. Dalam upaya hukum dibedakan kewenangan dari pengadilan berikutnya yaitu Pengadilan Tinggi PT dan Mahkamah Agung MA. Kedua lembaga Yudikatif tersebut memiliki kewenangan yang berbeda, dimana perbedaan tersebut bahwa Pengadilan Tinggi merupakan pemerikasaan ulangan atas putusan Pengadilan Negeri terhadap semua aspek perkara. Sedangkan Mahkamah Agung lebih kepada esensi dari perkara tersebut. Oleh karena itu, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi disebut Judex factie. 13 Sedangkan Mahkamah Agung disebut Judex jurist dikarenakan MA yang hanya memeriksa interpretasi, konstruksi dan penerapan hukum terhadap fakta yang sudah ditentukan oleh Judex factie. Dengan demikian, tingkatan pemeriksaan perkara pidana hanya dua tahap ditambah bila ada hal-hal luar biasa dengan upaya hukum peninjauan kembali PK. 14 13 Judex Factie menurut kamus hukum adalah Hakim yang berwenang memeriksa fakta dan bukti, dalam hal ini hakim-hakim pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Www. Pn kendari. go.idindex.phpdeskinfo?download=8:kamus-hukum dikutip tanggal 1 September 2014 pukul 20.00 WIB. 14 Luhut M.P. Pangaribuan, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Djambatan, 2006, h.84.

2. Tahap upaya hukum biasa: Banding dan Kasasi

a. Upaya hukum Banding Upaya hukum banding, diperiksa oleh Pengadilan Tinggi sebagai Judex factie. Artinya pemeriksaan diulang untuk semua aspek tapi tanpa kehadiran para pihak sekalipun kehadiran itu dimungkinkan. Upaya hukum banding harus dilakukan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan Vide, Pasal 233 ayat 2 KUHAP. Sebagai tindak lanjut, pernyataan banding diajukan satu memori banding yang memuat alasan-alasan tidak diterimanya putusan, namun memori banding itu tidak wajib. Yang dijadikan bahan-bahan bagi pemeriksaan tingkat banding adalah seluruh catatan-catatan yang telah dibuat oleh panitera selama proses Peradilan Negeri tingkat pertama ditambah berkas perkara yang bersangkutan dan memori-memori banding dari pihak-pihak yang bersangkutan. Jika Pengadilan Tinggi memandang perlu dapat memanggil langsung terdakwa atau saksi dan juga saksi ahli guna didengar keterangannya secara langsung. Dalam hal terdakwa ditahan, maka pengadilan tinggilah yang berwenang untuk menentukan selanjutnya. Selama Pengadilan Tinggi belum memutusakan perkara tersebut, selama itu pula masih diberikan kesempatan kepada pihak- pihak yang bersangkutan untuk menyerahkan ataupun menambah surat-surat pembelaan atau keterangan lain kepada Pengadilan Tinggi. 15 Dalam hal ini para pihak yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk mengumpulkan beberapa bukti-bukti yang mendukung sebagai upaya pembuktian yang kuat dalam beracara di Pengadilan. Jika Pasal 233 ayat 1 KUHAP ditelaah dan dihubungkan dengan Pasal 67 KUHAP, maka dapat disimpulkan bahwa semua putusan pengadilan tingkat pertama Pengadilan negeri dapat dimintakan banding ke Pengadilan Tinggi oleh terdakwa atau yang khusus dikuasakan untuk itu atau penuntut umum dengan beberapa kekecualian. Sebelum kekecualian tersebut dibicarakan, perlu diperhatikan kata yang dipakai oleh KUHAP di Pasal 233 yaitu “terdakwa”. 16 Menurut pendapat Andi Hamzah, semestinya di situ digunakan kata “terpidana”, karena perkara yang dibanding itu merupakan putusan yang dengan sendirinya merupakan penjatuhan pidana kepada terdakwa. Tidaklah logis jika terdakwa yang dibebaskan atau lepas dari segala tuntutan hukum mengajukan banding. Kekecualian untuk mengajukan banding menurut Pasal 67 KUHAP tersebut ialah : 17 15 R. Atang Ranoemihardja, Hukum Acara Pidana, Bandung: Tarsito, 1980, h.124-125. 16 Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana di Indonesia, Jakarta: GI, 1983, h.267. 17 Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana di Indonesia, Jakarta: GI, 1983, h.268.

Dokumen yang terkait

RASIONALISASI BATAS NILAI KERUGIAN PADA TINDAK PIDANA RINGAN DALAM KUHP

4 69 109

PENERAPAN PERMA NO. 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATAS TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP TERKAIT VONIS PERKARA TINDAK PIDANA RINGAN.

0 6 15

IS PENERAPAN PERMA NO. 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATAS TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP TERKAIT VONIS PERKARA TINDAK PIDANA RINGAN.

0 3 11

I B PENERAPAN PERMA NO. 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATAS TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP TERKAIT VONIS PERKARA TINDAK PIDANA RINGAN.

1 3 16

II PENERAPAN PERMA NO. 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATAS TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP TERKAIT VONIS PERKARA TINDAK PIDANA RINGAN.

0 3 6

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG MELALUI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO 02 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA.

0 1 17

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENERAPAN KELUARNYA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP OLEH HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TINDAK PIDAN.

0 0 1

Tindak Pidana Penyiksaan dalam R KUHP

0 0 41

Implementasi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam Kuhp Di Kepolisian Resor Rembang (Studi Kasus Pada Tindak Pidana Pencurian Ringan)

0 0 10

TESIS KEWENANGAN PENYIDIK RADEN BAGUS TESIS KEWENANGAN PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM DALAM HAL PENAHANAN BERDASARKAN KUHAP SETELAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP

0 0 20