Latar Belakang Masalah Penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam kuhp terhadap perkara tindak pidana pencurian: analisis peraturan mahkamah agung nomor 02 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda d
negara. Secara yuridis Indonesia memang benar menerapkan hukum sebagai supremasi negara sebagaimana termaktub dalam UUD Pasal 1
ayat 3 tadi. Hal ini berimplikasi pada setiap perbuatan warga negara Indonesia harus mengikuti ketentuan hukum yang berlaku, termasuk
didalamnya adalah mengenai tindak pidana ringan. Kasus tindak pidana ringan Tipiring adalah kasus yang tidak
asing lagi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia baik dari kalangan menengah kebawah maupun dari kalangan menengah keatas. Maraknya
kasus hukum tersebut dilatar belakangi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tekanan ekonomi dan kemiskinan.
Dewasa ini masalah hukum pidana banyak dibicarakan dan menjadi sorotan, baik dalam teori maupun dalam praktek dan bahkan ada
usaha untuk menyusun Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Nasional. Usaha tersebut adalah bertujuan untuk mengatasi pelbagai kelemahan dan
kekurangan yang ada dalam KUHP yang berlaku sekarang, yang merupakan peninggalan zaman penjajahan yang dalam kenyataannya
masih dipakai pada masa orde baru di zaman kemerdekaan ini, yang ternyata banyak pengaturan di dalamnya yang sudah tidak sesuai lagi
dengan jiwa dan semangat pancasila dan UUD 1945 maupun dengan situasi dan kondisi masyarakat saat ini.
3
Harus diakui bahwa selama ini KUHP yang dipakai sebagai pedoman dan parameter untuk menentukan kriteria pencurian ringan sudah
3
Suparni Niniek, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h.1.
berusia lebih dari 60 tahun. Ketika itu, batas tindak pidana pencurian ringan ialah 26 gulden. Setelah itu pada 1960, sistem hukum Indonesia
mengadaptasi batas pencurian ringan menjadi RP.250,- dua ratus lima puluh rupiah, dengan perbandingan pada waktu itu harga minyak US1,8
per barel dan harga emas dunia US35 per ons. Jika dibandingkan dengan situasi saat ini, harga minyak dunia bekisar US100 per barel dan harga
emas menembus hingga US1.700 per ons.
4
Tidak disesuaikannya nilai mata uang dalam KUHP menyebabkan kasus-kasus seperti yang terjadi pada nenek Minah, yang diperlakukan
seperti pencurian biasa Pasal 362 KUHP yang diancam dengan ancaman hukuman 5 Tahun penjara. Selain itu hanya karena kasus pencurian 2 buah
kakao, pencurian sendal jepit, pencurian 6 buah piring, atau kasus pencurian 2 buah semangka, yang nilainya tentu sudah tidak lagi dibawah
Rp 250,- para tersangka danatau terdakwanya dapat dikenakan penahanan oleh penyidik maupun penuntut umum.
Bahwa banyaknya perkara-perkara pencurian dengan nilai barang yang kecil yang kini diadili di pengadilan cukup mendapatkan sorotan
masyarakat. Masyarakat umumnya menilai bahwa sangatlah tidak adil jika perkara-perkara tersebut diancam dengan ancaman hukuman 5 lima
4
Jamal Wiwoho, Penegakan Hukum atas Pencurian Ringan. http:jamalwiwoho.comcategoryopini, Media Indonesia e-paper h.26, diakses tanggal 13 Januari
2013.
tahun sebagaimana diatur dalam Pasal 362 KUHP oleh karena tidak sebanding dengan nilai barang yang dicurinya.
5
Jika kita bandingkan dengan para pelaku tindak pidana berat misalnya koruptor, tentu hal ini menimbulkan reaksi yang membuat geram
masyarakat. Dalam praktik, hakim dalam mengadili suatu perkara sering
dihadapkan pada suatu ketentuan bahwa kasus tersebut belum diatur dalam suatu peraturan, yang menyebabkan terhambatnya upaya mewujudkan
penegakan hukum. Hal ini karena peraturan terdahulu tidak lengkap dan sudah ketinggalan dengan dinamika perubahan zaman. Mau tidak mau
Hakim harus mampu mengatasi problem tersebut dengan kewajiban mencari, menggali fakta, serta menemukan hukum sesuai nilai-nilai dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
6
Banyaknya kasus kecil sampai ke pengadilan karena Pasal dalam KUHP yang menyebut pencurian ringan maksimal kerugian Rp 250,-.
Dengan kondisi sosial ekonomi sekarang, maka tidak ada lagi pencurian yang dikategorikan ringan. Nilai kerugian maksimal inilah yang diubah
oleh Mahkamah Agung dengan dikeluarkannya Peraturan Mahkamah Agung No.02 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana
Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP.
5
Penjelasan Umum Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP, h.4.
6
Binsar Gultom, Pandangan Kritis Seorang Hakim dalam Penegakan Hukum di Indonesia
, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012, h.59.
Lahirnya produk hukum ini diharapkan mampu memberikan kemudahan kepada tersangka atau terdakwa yang terlibat dalam perkara
Tipiring agar tidak perlu menunggu persidangan berlarut-larut sampai ke tahap kasasi seperti yang terjadi pada kasus pencurian enam buah piring
oleh nenek Rasminah pada tahun 2011. PERMA ini juga diharapkan dapat menjadi jembatan bagi para hakim sehingga mampu lebih cepat
memberikan rasa keadilan bagi masyarakat terutama bagi penyelesaian Tipiring sesuai dengan bobot tindak pidananya.
Hakim mempunyai kewenangan untuk menyimpangi ketentuan- ketentuan hukum tertulis yang telah ketinggalan zaman sehingga tidak lagi
mampu memenuhi rasa keadilan masyarakat, dengan mencakupkan pertimbangan
hukumnya secara
jelas dan
tajam dengan
mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan hukum.
7
Lahirnya PERMA ini juga menuai kontra dari berbagai pihak khususnya para praktisi hukum. Dapat ditafsirkan bahwa dalam ketentuan
PERMA ini pencurian di bawah Rp.2.500.000,- dua juta lima ratus ribu rupiah tidak perlu ditahan apabila terhadap terdakwa telah dikenakan
penahanan sebelumnya oleh pihak kepolosian, ketua pengadilan tidak menetapkan penahanan ataupun perpanjangan penahanan.
Seandainya kita menarik penafsiran itu diantaranya dapat memicu orang-orang untuk melakukan pencurian ringan beramai-ramai mengambil
milik orang lain yang nilainya di bawah Rp.2.500.000,- dua juta lima
7
Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Hukum Yurisprudensi, Jakarta: Kencana, 2008, h.9.
ratus ribu rupiah. Bagi remaja yang rentan berperilaku menyimpang akan dengan mudah melakukan Tipiring. PERMA ini dikhawatirkan dijadikan
alat untuk berlindung bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, serta menjadi alat tawar-menawar penegakan hukum dengan mengatur
batas nominal nilai yang dicuri sehingga terbebas dari jeratan hukum. PERMA ini menimbulkan kesan terburu-buru, seharusnya
dilakukan pembahasan dengan pakar-pakar dan praktisi hukum sehingga ditemukan cara penanggulangan yang tepat dan efektif untuk menangani
kasus-kasus Tipiring seperti pencurian. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul :
“PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP TERHADAP PERKARA
TINDAK PIDANA PENCURIAN Analisis Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak
Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam KUHP ”