Penuntutan Proses Peradilan Pidana Dalam Tahap Penyidikan, Penuntutan Dan

litis , atau kewenangan mutlak dari penuntut umum, yang artinya bahwa hanya penuntut umum yang berwenang untuk melakukan penuntutan dalam perkara pidana Pasal 1 butir 7 jo Pasal 13 KUHAP. 5 Ruang lingkup penuntutan terdiri dari tugas seorang jaksa dalam hal mempelajari dan meneliti berkas perkara yang diajukan oleh penyidik, apakah telah cukup bukti bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana dan menyusun surat dakwaan. Berhasilnya penuntutan sangat tergantung kepada kemampuan penuntut umum dalam mengajukan alat-alat bukti dan membuktikan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana dan memang benar terdakwa dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya. 6 Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa berkas perkara telah memenuhi persyaratan untuk dilimpahkan ke pengadilan, kemudian penuntut umum melimpahkan perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan. 7 Surat dakwaan adalah dasar bagi pemeriksaan perkara selanjutnya, baik pemeriksaan di persidangan pengadilan negeri maupun pada pemeriksaan tingkat banding dan pemeriksaan kasasi serta pemeriksaan peninjauan kembali PK, bahkan surat dakwaan merupakan pembatasan tuntutan. Terdakwa tidak dapat dituntut atau dinyatakan bersalah dan 5 Ledeng Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, Edisi ke-2, h.20. 6 Alfitra, Gugur Atau Batalnya Hak Penuntutan Serta Menjalankan Pidana Menurut Hukum Positif Indonesia , Jakarta: Sejahtera Printing, 2009, Cet.1., h.13. 7 Alfitra, Gugur Atau Batalnya Hak Penuntutan Serta Menjalankan Pidana Menurut Hukum Positif Indonesia , Jakarta: Sejahtera Printing, 2009, Cet.1., h.14. dihukum untuk perbuatan-perbuatan yang tidak dicantum dalam surat dakwaan. 8 Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan surat dakwaan, yakni syarat formil dan syarat materiel. 9 Syarat formil diatur dalam Pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP yang meliputi : a. Surat dakwaan harus dibubuhi tanggal dan tanda tangan penuntut umum pembuat surat dakwaan; b. Surat dakwaan harus memuat secara lengkap identitas terdakwa yang terdiri dari nama lengkap, tempat lahir, umurtanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan. Sesuai KEPJA No. KEP-120J.A121992, identitas terdakwa tersebut dilengkapi dengan pendidikan. Syarat materiel diatur dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP, yang meliputi : a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan; b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat tindak pidana dilakukan. 8 Ledeng Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, Edisi ke-2, h.21. 9 Lihat UU No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Mengenai Syarat-Syarat Surat Dakwaan.

3. Pemeriksaan persidangan

Perkara yang telah dilimpahkan oleh Penuntut Umum ke Pengadilan Negeri didasarkan atas permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan. Setelah Pengadilan Negeri menerima surat pelimpahan perkara dari penuntut umum, ketua mempelajari apakah perkara itu termasuk wewenang pengadilan yang dipimpinnnya. Berbicara kewenangan mengadili maka perlu diketahui kewenangan dibagi menjadi dua jenis yaitu, kewenangan absolut dan kewenangan relatif. Kewengan absolut, berkaitan dengan lingkungan peradilan lingkungan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman sebagaimana dalam Pasal 18 UU 482009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Sedangkan kewenangan relatif, berkaitan dengan pembagian wilayah hukum setiap pengadilan dalam lingkup peradilan umum. Selanjutnya setelah pelimpahan perkara oleh penuntut umum dilakukan penunjukkan majelis hakim dan penetapan hari sidang. Kemudian dilakukannya pemanggilan terdakwa ke persidangan. Pada permulaan ketua sidangketua majelis memerintahkan supaya terdakwa dipanggil masuk Pasal 154 ayat 1 KUHAP dan selanjutnya menanyakan identitas terdakwa Pasal 155 ayat 1 KUHAP. Sesudah itu meminta penuntut umum membacakan surat dakwaan. 10 10 Ledeng Marpaung, Proses Penangan Perkara Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, Edisi ke-2, h.100. Kesatuan acara pemeriksaan persidangan dimulai dari pemeriksaan terdakwa, pembacaan surat dakwaan, pengajuan eksepsi atau keberatan, putusan sela, pembuktian, pembacaan surat tuntutan dan pembelaan, replik duplik, dan sampai pada putusan merupakan rangkaian dari hukum acara peradilan yang diatur dalam KUHAP. Hingga pada putusan pengadilan telah dikeluarkan selanjutnya tahap upaya hukum dapat diberikan. Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan, bebas, atau lepas dari segala tuntutan. Dalam hal putusan pengadilan berupa pemidanaan, jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana Pasal 193 ayat 1 KUHAP.

B. Tahap-Tahap Upaya Hukum Dalam Sistem Peradilan Pidana

1. Pengertian upaya hukum

Upaya hukum adalah bagian dari mata rantai proses perkara pidana. Upaya hukum merupakan proses argumentasi melalui dokumentasi dari pada perdebatan. Sebab pada dasarnya para pihak tidak hadir; dan dalam praktiknya hampir tidak pernah ada perkara dimana dalam tingkat upaya hukum para pihak didengar. Sesungguhnya dalam tingkat banding dan

Dokumen yang terkait

RASIONALISASI BATAS NILAI KERUGIAN PADA TINDAK PIDANA RINGAN DALAM KUHP

4 69 109

PENERAPAN PERMA NO. 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATAS TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP TERKAIT VONIS PERKARA TINDAK PIDANA RINGAN.

0 6 15

IS PENERAPAN PERMA NO. 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATAS TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP TERKAIT VONIS PERKARA TINDAK PIDANA RINGAN.

0 3 11

I B PENERAPAN PERMA NO. 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATAS TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP TERKAIT VONIS PERKARA TINDAK PIDANA RINGAN.

1 3 16

II PENERAPAN PERMA NO. 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATAS TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP TERKAIT VONIS PERKARA TINDAK PIDANA RINGAN.

0 3 6

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG MELALUI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO 02 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA.

0 1 17

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENERAPAN KELUARNYA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP OLEH HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TINDAK PIDAN.

0 0 1

Tindak Pidana Penyiksaan dalam R KUHP

0 0 41

Implementasi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam Kuhp Di Kepolisian Resor Rembang (Studi Kasus Pada Tindak Pidana Pencurian Ringan)

0 0 10

TESIS KEWENANGAN PENYIDIK RADEN BAGUS TESIS KEWENANGAN PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM DALAM HAL PENAHANAN BERDASARKAN KUHAP SETELAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP

0 0 20