Sedangkan  pidana  tambahan  meliputi  Pencabutan  beberapa  hak- hak  tertentu,  Perampasan  barang-barang  tertentu,  dan  Pengumuman
putusan  hakim.  Namun  menurut  naskah  rancangan  KUHP  baru  Tim Pengkajian  Bidang  Hukum  Pidana  Tahun  19821983  dirumuskan
pembagian jenis pidana yaitu pidana pokok, pidana tambahan, dan pidana mati.  Pidana  pokok  terdiri  atas  pidana  penjara,  pidana  tertutup,  pidana
pengawasan,  pidana  denda,  pidana  kerja  sosial.  Pidana  tambahan  terdiri atas  pencabutan  hak-hak  tertentu,  perampasan  barang-barang  tertentu
danatau tagihan, pengumuman putusan hakim, pembayaran ganti kerugian, dan pemenuhan kewajiban adat. Sedangkan pidana mati merupakan pidana
yang bersifat khusus.
3. Tujuan pemidanaan
Menurut Bismar Siregar, maksud tujuan pemidanaan ialah :
10
a. Untuk mencegah dilakukannya tindak pidana demi pengayoman
negara, masyarakat dan penduduk; b.
Untuk membimbing agar terpidana insyaf dan menjadi anggota masyarakat yang berbudi baik dan berguna;
c. Untuk  menghilangkan  noda-noda  yang  diakibatkan  oleh  tindak
pidana.
10
Bismar Siregar, Tentang Pemberian Pidana, Kertas Kerja Simposium Pembaharuan Hukum Pidana Nasional, BPHN Dep. Kehakiman, 1980.
Pemidanaan  tidak  dimaksudkan  untuk  menderitakan  dan  tidak diperkenankan  merendahkan  martabat  manusia.  Dalam  konsep  rancangan
Buku  I  KUHP  Tahun  19821983,  tujuan  pemberian  pidana  dirumuskan sebagai berikut :
11
1. Pemidanaan bertujuan untuk Ke-1  Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan
normahukum demi pengayoman masyarakat; Ke-2  mengadakan koreksi terhadap terpidana dan dengan
demikianmenjadikannya orang yang baik dan berguna, serta mampu untuk hidup bermasyarakat;
Ke-3  menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa
damai dalam masyarakat; Ke-4   membebasakan rasa bersalah pada terpidana.
2. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak diperkenankan merendahkan martabat manusia.
Untuk mencapai tujuan pemidanaan dikenal tiga teori, yaitu :
12
1. Teori  pembalasan,  diadakannya  pidana  adalah  untuk  pembalasan.
Teori ini dikenal pada akhir abad ke-18 dengan pengikut Immanuel Kant, Hegel, Herbert, dan Stahl.
Kant memandang pidana sebagai “Kategorische Imperatief” yakni:  seseorang  harus  dipidana  oleh  hakim  karena  ia  telah
melakukan kejahatan. Pidana merupakan suatu alat untuk mencapai
11
Muladi dan Nawawi Arief, Barda, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, Bandung: PT. Alumni, 2005, Cet.3., h.24.
12
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet.2., h.15.