Latar belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Di zaman modern seperti sekarang ini, manusia banyak dihadapkan pada persoalan hidup yang kompleks, sehingga tidak jarang ditemukan pada sebagian orang menemui jalan buntu dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Hidup dirasakan menjadi hampa, mudah putus asa, yang pada akhirnya menimbulkan rusaknya mental. Ketenangan dan kebahagiaan hidup seseorang juga ditentukan oleh kesehatan mentalnya. Menurut Zakiah Daradjat, kesehatan mental yang dimaksud adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya . 1 Fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap, jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup harus saling membantu dan bekerja satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang serta terhindar dari kegelisahan dan pertengkaran batin konflik, kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap sesuatu persoalan dan kemampuannya menyesuaikan diri dengan dirinya, orang lain, dan lingkunganya. 1 Zakia Darajat, Kesehatan mental , Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 1996 , cet, ke-23, h. Orang yang sehat mentalnya tidak mudah merasa putus asa, pesimis atau apatis karena ia dapat menghadapi semua rintangan atau kegagalan dalam hidup dengan tenang dan wajar. Ia akan berusaha mencapai jasmani dan rohani yang sehat untuk menyesuaikan diri terhadap orde sosial yang ada dan tidak melarikan diri dari realitas hidup. Sebaliknya, seseorang yang sakit dan kacau mentalnya tidak dapat memperoleh ketenagan hidup. Jiwa mereka sering terganggu sehingga menimbulkan stress dan konflik batin, emosi negatif, dan tidak berani menghadapi tantangan hidup. 2 Salah satu cara untuk menumbuhkan dan mencapai mental yang sehat yang melahirkan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah dengan banyak berzikir kepada Allah. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam al-Quran surat Ar- Ra‟d ayat 28:              “ Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati mereka akan menjadi tentram”. Dalam ayat ini disebutkan bahwa cara memperoleh ketentraman dalam hati adalah dengan berzikir kepada Allah, 3 tetapi tidak semua zikir dapat menentramkan hati, karena itu syarat zikir yang menentramkan hati adalah harus disertai keimanan. 2 Lynn Wilcox, Ilmu jiwa Berjumpa Tasawuf, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003, h. 209 3 Departemen Agama RI , Al- Qur’an dan Terjemahanya, Mekar Surabaya edisi 2002, h. 341 Zikir adalah upaya menghubungkan diri secara langsung dengan Allah baik dengan lisan ataupun dengan hati atau memadukan keduanya secara simponi. 4 Dan di dalam kitab al-Qirthaas terdapat hadis sebagai berikut : ك ف ْ اْا ْ ْح لا ْ ْ ْها ْا ْ طلا هْ لا ا لْا ل ف لْا لْ ْست ل س ا ْ طلا ك ضْ ف ْ : س هْ ها ص ها لْ س لا ا ْ ا ء ج ل : ل ها ْد ف ت ف ا ّلا طلا ْ ْس ا ْ ْس لج ا ها لْ س ّّل ... اسلا اّلا هْ ل ف : ا ش تْ ش ْ ا ط تْكا ا ا , ض ْ لا ها ْس ل ف ْ ح ْ لْا ْ سلا ه ء سلا ف أ ض ْ اا ف ءْ ش ه ْسا , ءاد ض أ ه ء ف ْ ك ا . Dari hadis yang di riwayatkan oleh Abu Dawud” : Telah berkata seorang Ulama besar ahli ilmu Dr. Ibrahim bin Abdurahrahman bin ‘Auf bin al- Azraq dalam kitab “Tashiilul-Manaafi”, pada sebagian kitab kedokteran, dari Anas ia telah berkata: “seorang Arab pegunungan A’raabi telah datang kepada Rasulullah saw, sambil berkata: ‘Ya Rasulallah, sesungguhnya aku orang yang sedang menderita sakit yaitu makanan dan minuman tidak dapat masuk secara lurus kedalam perut besarku. Karena itu do’a kan lah agar Allah menyembuhkanku”. Maka bersabdalah Rasulallah saw,: “ucapkanlah”: ح ْ لْا ْ سلا ه ء سلا ف أ ض ْ اا ف ءْ ش ه ْسا ض ْ لا ها ْس ل ف ْ denagn menyebut asma’Allah yang dengan asma’Nya tidak bemadharrat sesuatu baik yang ada dibumi maupun yang ada di langit, wahai Dzat yang Maha Hidup lagi Maha Kekal Abadi, maka tidak akan berbahaya bagimu sesuatu penyakit walupun penyakit itu berat. Dari teks hadis yang terdapat di dalam kitab al-Qirthaas menerangkan bahwa dengan berzikir dapat menjauhkan penyakit baik jasmani maupun ruhani. Zikir juga 4 Qomarudin SF, Zikrullah Membeningkan Hati, Menghampiri Ilahi,Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2000, h. 26 berarti ucapan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Istigfar, dan pengagungan asma Allah. Bila ucapan itu disertai dengan niat untuk membersihkan jiwa dan raga dari semua rayuan setan dan mengharapkan ridho-Nya. zikir akan membekas dalam hati orang yang membacanya dan akan menentramkan batin dan fikiran mereka. Dengan zikir kepada Allah dalam setiap waktu dan keadaan, maka akan tertanam nilai-nilai Ilahiah secara kukuh yang memancarkan kesadaran akan nilai insaniah, menguatkan badan, membangkitkan hati dan perasaan sehingga dapat memberikan nilai positif bagi sikap, pandangan dan tingkah laku seseorang. 5 Kemudian dalam berzikir seseorang perlu bimbingan bahkan lebih jauh memerlukan sebuah lembaga yang terorganisir dengan baik, pada saat ini lembaga- lembaga tersebut sangat berkembang di Indonesia pada umumnya, dan di Jakarta pada khususnya, seperti Majlis Rasulullah, Majlis Nurul Mustofa dan majlis zikir lainya, karna majlis zikir juga sebagai salah satu warisannya Rasulallah saw. Sebagaiman hadis berikut: ل سلا لخد ه ا هْ ه ْض ْ ه ْ ا ْ : ها لْ س ا ْ ه ه ْ كا ا ص ها ْ ل ف ثا ْ اْ ف ْ سلا اْ ك ت جْس لا لا س لا ه ف جْس لا ف سْ س هْ : ل ف ثا ْا ْ ه ا : اْ ل ؟ ْ ْا ا ف : ْ ل ت ها ْ كْ ْ ْا ْ لا أ ل ْ : س ه ها ص ها ل س ا ْ ل ف 5 Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar al-Atth as Ba’alawi Al-Hadromi, diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 , Jilid 1, h. 16 Dari Abi Hurairah r.a bahwasanya ia telah memasuki suatu pasar dan berkatalah ia kepada orang- orang yang ada di pasar itu. :”kenapakah aku melihat kalian berada disini, sedang warisan Rasulallah sedang dibagi-bagikan di masjid. Lalu mereka pun pergi kemasjid dengan meninggalkan kesibukan di pasar, tetapi mereka tidak melihat adanya warisan yang dibagikan. Mereka berkata:” ya Abu Hurairah, kami tidak menjumpai warisan sedikitrpun” . Abu Hurairah berkata: apa yang kalian lihat disana ?.” Mereka berkata: Kami melihat ada suatu kelompok orang yang sedang berzikir kepada Allah, dan ada pula kelompok lain sedang membaca al-Quran. Abu Hurairah berkata: “ itulah warisan Rasulallah saw. Dan didalam hadist lain yang di keluarkan oleh imam Abu Dawud r.a bahwasanya Rasulallah saw. telah bersabda kepada Anas r.a: ت ها ْ ك ْ ْ ْا ْ ا س هْ ها ص ها لْ س ل هْ ها ض ْس ا ْ لْ ْسا ل ْ ْ ا ْ ا ْ لا حا سْ ّلا ْطت ح ا غلا اص ْ ل . ْا ْ أ ْ ا ْ ا ْ لا حا سْ ّلا ْغ ح ّْ لا اص ْ ل ت ها ْ ك ْ ْ د اد ا هج خا Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta’ala sejak shalat subuh hingga terbit matahari lebih aku senangi afdhal dari membebaskan empat orang hamba dari keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada Allah sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari membebaskan empat orang hamba. Abu Daud Dari kedua hadis di atas meskipun rasul tidak menyuruh kita untuk berzikir secara berjamaah tetapi dari teks hadis diatas bahwasanya rasul senang dengan perbuatan tersebut. Karena berzikir secara berjamaah lebih utama. Dari berbagai banyaknya bentuk zikir yang kesemuanya itu adalah bertujuan mengagungkan dan mensucikan asma Allah swt, ada satu zikir yang sering di bacakan di kalangan Habaib keturunan Nabi Muhammad saw yaitu zikir raatib al- Atthas yang di susun oleh al-Habib Umar bin Abdurahman al- Atthas yang mujarab dalam mengatasi problem-problem kehidupan jasmani maupun rohani. Dari latar belakang pemikiran di atas, penulis ingin melihat seberapa besar dampak dari mengikuti zikir raatib al- Atthas tersebut? Lalu, apakah aplikasi hadis yang disampaikan oleh par a pengajar dalam Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini berjalan dengan baik dalam kehidupan para pelaku zikir tersebut?. Secara garis besar, penulis ingin mencari apakah benar dampak berzikir ratib al- Atthas dapat membina kesehatan mental para pelakunya? Dan untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis ingin membahas karya ilmiah dengan judul: Zikir Presepektif Hadis. studi kasus pengaruh zikir Raatib al-Atthas di Majlis Ta’lim wal-Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi Adapun alasan pemilihan judul skripsi ini adalah: 1. Karena banyaknya faedah atau manfaat yang diterangkan oleh pimpinan majlis ta’lim tersebut , maka penulis ingin membuktikan sejauh mana dampak atau pengaruh zikir tersebut. 2. Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini ini telah memberikan kontribusi dalam pendidikan rohani bagi masyarakat Cikarang dan sekitarnya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah