Pengaruh zikir terhadap kesehatan presepektif hadis : studi kasus pengaruh zikir raatib al-atthas di majlis ta'lim wal-aurad al-husaini, Lemahabang Cikarang Utara. Kab. Bekasi

(1)

hidayah-Nya serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw. sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: Zikir Presepektif Hadis. (studi kasus pengaruh zikir Raatib al-Atthas di

Majlis Ta’lim wal-Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Ucapan trimakasih yang tulus dan tak terhingga penulis haturkan kepada yang teristimewa Abi dan Umi tersayang. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Zainun Kamal, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Bustamin, M.Si., selaku ketua jurusan Tafsir Hadis.

4. Rifki Muhammad fatkhi, M.A., selaku sekertaris jurusan Tafsir Hadis.

5. Maulana, M. Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(2)

7. Untuk segenap teman-teman terutama TH C, buat bolang yang udah susah payah ngebantuin gw, buat Mpi, Kuman, Abus, irfan, wasi, juli, Umi farhah, Ulfah, Sasa, Ana, zulkarnaen, suryadi, zubaedah el sarkem th b, Asep, sahid persis mudah-mudahan tobat hehehe and temen-temen KKS Uyeeeeee. Mudah-mudahan kita kompak selalu.

8. Buat para fans and teman-teman Arkadia, angkor, lepang, ijuk, zonk, blangka, abus yang udah abis ama abas yang suka belanja ora...and buat neng Maia lestary yang udah ngebantuin ngetik walaupun dikit

9. Yang terakhir buat seluruh Dosen dan staf pada program study Tafsir Hadis yang udeh banyak bgt ngasih kenangan ilmu, mudah-mudahan semua para dosen Ushuluddin diberikan kesehatan, panjang umur, ilmu yang bermanfaat, dan meninggal dalam keadaan husnul khotimah amiiiin.


(3)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Thi) Oleh:

Muhamad Naufal NIM: 105034001249

Pembimbing

Maulana, M. Ag 19650 2071999031001

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

(5)

Jakarta dan sekitarnya, banyak manusia yang ingin mencari jati dirinya, ketenangan batin, pengobatan dan juga untuk menarik rejeki melalui zikir, ini juga sejalan dengan firman Allah swt

 

 

 



 



 

Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. ( Arrad:28)

Inilah yang mendorong penulis menyusun skripsi dengan judul “Zikir Prespektif Hadis” (studi kasus jama‟ah Majlis Talim wal aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, Bekasi).

Penelitian ini memakai dua metode, pertama, penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung dan terjun ke dalam komunitas objek, untuk memperoleh data yang tepat, penulis mendatangi langsung objek penelitian yaitu pimpinan dan para jamaah Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini Lemahabang kec. Cikarang Utara – Bekasi.

Kedua, dalam pengumpulan data penulis memakai metode kualitatif yang di Indonesia dikenal dengan penelitian naturalistik, yaitu penelitian yang di laksanakan secara alamiah, apa adanya, dan dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, dan melibatkan 40 jamaah atau responden.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Di zaman modern seperti sekarang ini, manusia banyak dihadapkan pada persoalan hidup yang kompleks, sehingga tidak jarang ditemukan pada sebagian orang menemui jalan buntu dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Hidup dirasakan menjadi hampa, mudah putus asa, yang pada akhirnya menimbulkan rusaknya mental. Ketenangan dan kebahagiaan hidup seseorang juga ditentukan oleh kesehatan mentalnya. Menurut Zakiah Daradjat, kesehatan mental yang dimaksud adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya . 1

Fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap, jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup harus saling membantu dan bekerja satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang serta terhindar dari kegelisahan dan pertengkaran batin (konflik), kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap sesuatu persoalan dan kemampuannya menyesuaikan diri dengan dirinya, orang lain, dan lingkunganya.

1


(7)

Orang yang sehat mentalnya tidak mudah merasa putus asa, pesimis atau apatis karena ia dapat menghadapi semua rintangan atau kegagalan dalam hidup dengan tenang dan wajar. Ia akan berusaha mencapai jasmani dan rohani yang sehat untuk menyesuaikan diri terhadap orde sosial yang ada dan tidak melarikan diri dari realitas hidup. Sebaliknya, seseorang yang sakit dan kacau mentalnya tidak dapat memperoleh ketenagan hidup. Jiwa mereka sering terganggu sehingga menimbulkan stress dan konflik batin, emosi negatif, dan tidak berani menghadapi tantangan hidup.2

Salah satu cara untuk menumbuhkan dan mencapai mental yang sehat yang melahirkan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah dengan banyak berzikir kepada Allah. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam al-Quran surat Ar-Ra‟d ayat 28:



































“ Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati mereka akan

menjadi tentram”.

Dalam ayat ini disebutkan bahwa cara memperoleh ketentraman dalam hati adalah dengan berzikir kepada Allah,3 tetapi tidak semua zikir dapat menentramkan hati, karena itu syarat zikir yang menentramkan hati adalah harus disertai keimanan.

2

Lynn Wilcox, Ilmu jiwa Berjumpa Tasawuf, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003), h. 209


(8)

Zikir adalah upaya menghubungkan diri secara langsung dengan Allah baik dengan lisan ataupun dengan hati atau memadukan keduanya secara simponi.4

Dan di dalam kitab al-Qirthaas terdapat hadis sebagai berikut :

ك ف ْ اْا

ْ ْح لا ْ ْ ْها ْا ْ طلا هْ لا ا لْا ل

"

ف لْا لْ ْست

"

ل س ا ْ طلا ك ضْ ف ْ

:

س هْ ها ص ها لْ س لا ا ْ ا ء ج

ل

:

ل ها ْد ف ت ف ا ّلا طلا ْ ْس ا ْ ْس لج ا ها لْ س

ّّل

!...

اسلا اّلا هْ ل ف

:

ا ش تْ ش ْ ا ط تْكا ا ا

,

ض ْ لا ها ْس ل ف

ْ ح ْ لْا ْ سلا ه ء سلا ف أ ض ْ اا ف ءْ ش ه ْسا

,

ءاد ض أ ه ء ف

ْ ك ا

.

Dari hadis yang di riwayatkan oleh Abu Dawud” : (Telah berkata seorang

Ulama besar ahli ilmu Dr. Ibrahim bin Abdurahrahman bin ‘Auf bin al- Azraq dalam

kitab “Tashiilul-Manaafi”, pada sebagian kitab kedokteran, dari Anas ia telah

berkata: “seorang Arab pegunungan (A’raabi) telah datang kepada Rasulullah saw,

sambil berkata: ‘Ya Rasulallah, sesungguhnya aku orang yang sedang menderita sakit

yaitu makanan dan minuman tidak dapat masuk secara lurus kedalam perut besarku.

Karena itu do’a kan lah agar Allah menyembuhkanku”. Maka bersabdalah Rasulallah saw,: “ucapkanlah”:

ح ْ لْا ْ سلا ه ء سلا ف أ ض ْ اا ف ءْ ش ه ْسا ض ْ لا ها ْس ل ف

ْ

(denagn menyebut asma’Allah yang dengan asma’Nya tidak bemadharrat

sesuatu baik yang ada dibumi maupun yang ada di langit, wahai Dzat yang Maha Hidup lagi Maha Kekal Abadi, maka tidak akan berbahaya bagimu sesuatu penyakit walupun penyakit itu berat).

Dari teks hadis yang terdapat di dalam kitab al-Qirthaas menerangkan bahwa dengan berzikir dapat menjauhkan penyakit baik jasmani maupun ruhani. Zikir juga

4

Qomarudin SF, Zikrullah Membeningkan Hati, Menghampiri Ilahi,(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2000), h. 26


(9)

berarti ucapan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Istigfar, dan pengagungan asma Allah. Bila ucapan itu disertai dengan niat untuk membersihkan jiwa dan raga dari semua rayuan setan dan mengharapkan ridho-Nya. zikir akan membekas dalam hati orang yang membacanya dan akan menentramkan batin dan fikiran mereka. Dengan zikir kepada Allah dalam setiap waktu dan keadaan, maka akan tertanam nilai-nilai Ilahiah secara kukuh yang memancarkan kesadaran akan nilai insaniah, menguatkan badan, membangkitkan hati dan perasaan sehingga dapat memberikan nilai positif bagi sikap, pandangan dan tingkah laku seseorang.5

Kemudian dalam berzikir seseorang perlu bimbingan bahkan lebih jauh memerlukan sebuah lembaga yang terorganisir dengan baik, pada saat ini lembaga-lembaga tersebut sangat berkembang di Indonesia pada umumnya, dan di Jakarta pada khususnya, seperti Majlis Rasulullah, Majlis Nurul Mustofa dan majlis zikir lainya, karna majlis zikir juga sebagai salah satu warisannya Rasulallah saw. Sebagaiman hadis berikut:

ل سلا لخد ه ا هْ ه ْض ْ ه ْ ا ْ

:

ها لْ س ا ْ

ه ه ْ كا ا

ص

ها

ْ ل ف ثا ْ اْ ف ْ سلا اْ ك ت جْس لا لا س لا ه ف جْس لا ف سْ س هْ

:

ل ف ثا ْا ْ ه ا

:

اْ ل ؟ ْ ْا ا ف

:

ْ

ل ت ها ْ كْ ْ ْا

ْ لا

أ

ل ْ

:

س ه ها ص ها ل س ا ْ ل ف

5

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar al-Atthas Ba’alawi Al-Hadromi, diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), Jilid 1, h. 16


(10)

Dari Abi Hurairah r.a bahwasanya ia telah memasuki suatu pasar dan berkatalah ia (kepada orang-orang yang ada di pasar itu). :”kenapakah aku melihat kalian berada disini, sedang warisan Rasulallah sedang dibagi-bagikan di masjid. Lalu mereka pun pergi kemasjid dengan meninggalkan kesibukan di pasar, tetapi mereka tidak melihat

adanya warisan yang dibagikan. Mereka berkata:” ya Abu Hurairah, kami tidak menjumpai warisan sedikitrpun” . Abu Hurairah berkata: apa yang kalian lihat disana

?.” Mereka berkata: Kami melihat ada suatu kelompok orang yang sedang berzikir

kepada Allah, dan ada pula kelompok lain sedang membaca al-Quran. Abu Hurairah berkata: “ itulah warisan Rasulallah saw.

Dan didalam hadist lain yang di keluarkan oleh imam Abu Dawud r.a bahwasanya Rasulallah saw. telah bersabda kepada Anas r.a:

ت ها ْ ك ْ ْ ْا ْ ا س هْ ها ص ها لْ س ل هْ ها ض ْس ا ْ

لْ ْسا ل ْ ْ ا ْ ا ْ لا حا سْ ّلا ْطت ح ا غلا اص ْ ل

.

ْا ْ أ

ْ ا ْ ا ْ لا حا سْ ّلا ْغ ح ّْ لا اص ْ ل ت ها ْ ك ْ ْ

)

د اد ا هج خا

(

Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk

bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta’ala sejak shalat subuh hingga terbit

matahari lebih aku senangi (afdhal) dari membebaskan empat orang hamba dari keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada Allah sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari membebaskan empat orang hamba. (Abu Daud)

Dari kedua hadis di atas meskipun rasul tidak menyuruh kita untuk berzikir secara berjamaah tetapi dari teks hadis diatas bahwasanya rasul senang dengan perbuatan tersebut. Karena berzikir secara berjamaah lebih utama.

Dari berbagai banyaknya bentuk zikir yang kesemuanya itu adalah bertujuan mengagungkan dan mensucikan asma Allah swt, ada satu zikir yang sering di bacakan di kalangan Habaib (keturunan Nabi Muhammad saw) yaitu zikir raatib


(11)

al-Atthas yang di susun oleh al-Habib Umar bin Abdurahman al- al-Atthas yang mujarab dalam mengatasi problem-problem kehidupan jasmani maupun rohani.

Dari latar belakang pemikiran di atas, penulis ingin melihat seberapa besar dampak dari mengikuti zikir raatib al- Atthas tersebut? Lalu, apakah aplikasi hadis yang disampaikan oleh para pengajar dalam Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini berjalan dengan baik dalam kehidupan para pelaku zikir tersebut?. Secara garis besar, penulis ingin mencari apakah benar dampak berzikir ratib al- Atthas dapat membina kesehatan mental para pelakunya?

Dan untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis ingin membahas karya ilmiah dengan judul: Zikir Presepektif Hadis. (studi kasus pengaruh zikir Raatib al-Atthas di Majlis Ta’lim wal-Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi)

Adapun alasan pemilihan judul skripsi ini adalah:

1. Karena banyaknya faedah atau manfaat yang diterangkan oleh pimpinan

majlis ta’lim tersebut , maka penulis ingin membuktikan sejauh mana dampak

atau pengaruh zikir tersebut.

2. Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini ini telah memberikan kontribusi dalam

pendidikan rohani bagi masyarakat Cikarang dan sekitarnya.


(12)

Dari sekian banyak permasalahan yang penulis angkat di atas, dan juga agar tidak melebar lebih jauh maka penulis merumuskan pembatasan masalah hanya pada pelaksanaan zikir yang dilakukan di Majlis Ta’lim wal-Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi dan penulis ingin mencari apakah benar dampak berzikir raatib al-Atthas tersebut dapat membina kesehatan mental para pelakunya?

C. Tujuan penelitian

Dalam hal ini, penulis ingin mengetahui seberapa banyak bacaan zikir dan apabila telah selesai penulis inginkan skripsi ini menjadi buku pedoman bagi para

peserta zikir Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini. Dalam hal ini penulis jabarkan

sebagai berikut:

1. Mengetahui seberapa banyak zikir ratib yang sudah ada, karena sejauh yang penulis tahu, bukan hanya raatib al-Haddad saja, yang pada umumnya diketahui masyarakat, tetapi ada tiga zikir ratib yang belum diketahui oleh sebagian besar masyarakat Indonesia

2. Mengetahui pelaksanaan zikir raatib al-Atthas dan sejarahnya .

3. Mengetahui seberapa besar dampak psikologis dari zikir raatib al-Atthas terhadap jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini


(13)

4. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) program Strata Satu (S1) jurusan Tafsir Hadis fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D.Mnfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang majlis zikir secara umum, dan juga dapat menambah pengetahuan tentang banyaknya zikir dengan para penyusunnya. Dari hal tersebut penulis menjabarkan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu cara dalam menciptakan mental yang sehat dengan jalan berzikir ratib al-Atthas.

2. Hasil penelitian ini juga akan menjadi salah satu buku pedoman bagi para peserta pemula Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini.

3. Sebagai pengembangan keilmuan bagi penulis dan menambah wawasan literatur tentang zikir.

E. Tinjauan kepustakaan

Di samping merupakan penelitian ilmiah, skripsi ini juga melakukan kajian pustaka terhadap skripsi atau karya tulis lainnya yang lebih dahulu membahas tentang zikir, seperti:


(14)

1. Takhrij hadis-hadis tentang zikir dalam kitab al- Azkar An-Nawawiyah, di susun oleh: Abdul Syakur: 102034024795 Jakarta 2006 M/1427 H.

2. Konsep zikir dalam al-Quran kajian tafsir Alusi, disusun oleh: Dzikrullah: 198340066 (2003).

Adapun yang membedakan serta menjadikan skripsi ini layak untuk diangkat adalah skripsi ini mencoba mengaplikasikan pembahasan hadis yang terdapat dalam kitab al-Qirthaas (syarah dari zikir ratib al-Atthas) yang menerangkan hikmah-hikmah dan manfaat yang terdapat pada zikir ratib al-Atthas , juga berusaha mencari seberapa banyak zikir ratib yang ada, karena selama ini sebagian besar masyarakat dan majlis-majlis yang ada di Indonesia hanya mengetahui zikir ratib al-Hadad saja yang disusun oleh Habib Abdullah bin Alwi al-Hadad, padahal guru beliau adalah Al-Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas yaitu penyusun ratib al-Atthas .6

Sedangkan skripsi yang sudah ada, hanya menerangkan tentang konsep dan takhrij hadis yang terdapat pada zikir secara umum dan tidak membahas pengaruh dari bacaan zikir tersebut, akan tetapai dalam skripsi yang penulis ajukan lebih khusus kepada apa itu zikir ratib dan pengaruhnya berdasarkan kitab al-Qirthaas bagi pemakai zikir ratib al-Attas tersebut.

6 Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Attas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet. ke- 1, h. 15


(15)

F. Metode penelitian

Dalam metode pembahasan, penulis memakai dua metode, pertama, penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung dan terjun ke dalam komunitas objek, untuk memperoleh data yang tepat, penulis mendatangi langsung objek penelitian yaitu pimpinan dan para jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini Lemahabang kec. Cikarang Utara – Bekasi.

Kedua, dalam pengumpulan data penulis memakai metode kualitatif yang di Indonesia dikenal dengan penelitian naturalistik, yaitu penelitian yang di laksanakan secara alamiah, apa adanya, dan dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, serta menekankan deskripsi secara alami. Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya. Dengan sifat ini maka dituntut keterlibatan peneliti secara langsung7. Dengan dua metode diatas penulis menyimpulkan penelitian kedalam tiga tahap yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah cara untuk memperoleh data dalam bentuk mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Dengan kata lain suatu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang langsung mengikuti tatacara berzikir dalam majlis zikir tersebut .8

7

Hasan hamka, Metodologi Penelitian Tafsir Hadis, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008)

8

Irwan soehartono , Metode Penelitian Social, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), cet. ke-6, h. 69


(16)

2. Wawancara

Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan secara langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau di rekam dengan alat perekam (tape recorder).9 Disisni penulis melakukan wawancara kepada peserta zikir dan juga kepada pemimpin majlis zikir tersebut.

3. Angket (kuesioner)

Angket (kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden yaitu beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaan sehari-hari juga dampak zikir ratib terhadap kehidupan rohani maupun jasmani responden. Adapun penggalian data melalui angket ini ditempuh dengan cara Self Administation.

Self Administration maksudnya adalah responden melakukan pengisian daftar angket sendiri.10Mengenai teknik penulisannya secara umum sesuai dengan buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang di terbitkan oleh UIN Jakarta Press

2005.

G. Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisannya yaitu:

9

Irwan soehartono , Metode Penelitian Social, (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 2004), cet. ke-6, h. 67-68

10


(17)

Bab I (satu) Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Petode Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

Bab II (dua) Landasan Teori, yang membahas tentang Pengertian Zikir Secara Umum: Anjuran Berzikir, Keutamaan Majlis Zikir, Tatacara dan Adab Berzikir, Faedah Berzikir dengan Lisan, Faedah Berzikir dengan Hati, Pengertian Zikir Ratib: Macam-macam Zikir Ratib, Pengertian Zikir Ratib al-Atthas, Susunan Zikir Ratib al-Atthas, Biografi Habib Umar (penyusun ratib al-Atthas), Kesehatan Mental: Pengertian kesehatan Mental, Ciri-ciri Mental sehat.

Bab III (ketiga) Kumpulan Hadis-hadis: Pengertian Hadis, Hadis-hadis tentang Zikir, Hadis-hadis Tentang kesehatan, Hubungan Zikir dengan Kesehatan, Hubungan Zikir dengan Psikologi.

Bab IV (keempat) Waktu dan tempat penelitian,: Profil Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi, Tujuan dan Misi Majlis, Struktur Organisai, Populasi Peserta Anggota Zikir, Pengumpulan Pengolahan dan Analisis Data: Deskripsi Responden seputar zikir, Deskripsi Responden seputar Psikologi.


(18)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. . Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Tinjauan Pustaka... 7

F. Metodologi Penelitian... 10

G. Sistematika Penulis ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Zikir SecaraUmum ... 13

1. Anjuran Berzikir ... 17

2. Keutamaan Majlis Zikir ... 19

3. Tatacara dan Adab Berzikir ... 20


(19)

5. Faedah Berzikir Dengan Hati ... 23

B. Pengertian Zikir Ratib 1. Macam-Macam Zikir Ratib ... 23

2. Pengertian Zikir Ratib al-Atthas ... 24

3. Susunan Zikir Ratib al-Atthas ... 25

4. Biografi Habib Umar (penyusun ratib al-Atthas) ... 30

C. Kesehatan Mental 1. Pengertian Kesehatan Mental ... 35

2. Ciri-ciri Mental Sehat ... 39

BAB III KUMPULAN HADIS-HADIS A. Pengertian Hadis ... 42

1. Hadis-hadis Tentang Zikir ... 43

2. Hadis-hadis Tentang kesehatan ... 44

3. Hubungan Zikir Dengan Kesehatan ... 47

4. Hubungan Zikir Dengan Psikologi ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 51

1. Profil Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini ... 51

a. Tujuan dan Misi Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini. 53 b. Struktur Organisai... 54


(20)

c. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Zikir ... 54 d. Populasi Peserta atau Anggota Zikir ... 54 B. Pengumpulan, Pengolahan danAnalisis Data

1. Deskripsi Responden Seputar Zikir 2. Deskripsi Responden Seputar Psikologi... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 75


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI A.Pengertian zikir secara umum

Kata zikir adalah bentuk tunggal (mufrad), sedangkan bentuk jamaknya adalah

al-adzkar. Dalam al-Quran , kata zikir dan yang berakar kata sama disebutkan sebanyak 292 kali, termuat dalam 36 surat (25 surat Makkah dan 11 surat Madinah).1 Kata-kata zikir sendiri, yang bentuk kata kerja benda (masdhar) terulang sebanyak 76 kali.2 kata dzikir yang berbentuk masdar (kata benda kerja)3 mempunyai makna yang bervariasi, salah satunya berarti peringatan. Misalnya, kata zikir a yang terulang sebanyak 23 kali dan tadzkirah yang terulang sebanyak 10 kali, mempunyai arti peringatan. Menurut Ibn Qayim, kata zikir a mempunyai arti yang sama dengan kata

zikir tetapi dalam bahasa yang lebih halus (alblagh).4

1 Muhammad fu’ad ‘Abd al

-Baqi. Al Mu’jam al-Mufahras liAlfadz al-Qur’an al-Karim, (Beirut:Dar al-Fikr, 1981), h.270-275.

1Muhammad fu’ad ‘Abd al

-Baqi. Al Mu’jam al-Mufahras liAlfadz al-Qur’an al-Karim, .Sedangkan dalan al-Quran muncul dalam tujuh kata jadian (Istiqaq). Yaitu fi’il madhi ( verba lampau aktif dan pasif): fi’il mudhari’ (verba sedang aktif dan pasif): fi’il amr’ (verba perintah aktif). Mashdar

(verba non): Ism fa’il(ajectiv/kata benda pelaku); Ism Maf’ul (ajectiv objek) dan al mubalaghah

(bentuk kata benda jadian yang menunjukan penekanan, penegasan atau pergandaan sifat dari objek yang disifati).

3.Dalam bahasa Arab, mashdar termasuk dalam kategori ism (kata benda abstrak), tetapi ia tetap menga2ndung arti kerja yang menunjukan kepada suatu peristiwa yang tidak terikat oleh factor waktu tertentu. Lihat; Musthofa Ghalayaini, Jami al-Durus al Arabiyah, (Beirut; Maktabah Mishiriyah, 1990), juz I., h.33.

4

Syams al-Din ‘Abd Allah Muhammad ibn Qayim al Jawziah, al Wabl al-Shayyib wa Rifi al Kalim al Thayyib, (Damaskus; Mktabah Darl Bayan, tt), h.182.


(22)

Secara etimoloigis, zikir merupakan masdhdar (kata benda) dari kata kerja

dzakara-yadzkuru-dzikir an yang berakar kata dari huruf dzal-kaf-ra. Menurut Ibn Manzhur, dzakara berarti menjaga sesuatu dengan menyebut atau mengingatnya. Ibn Ishaq, mengartikan dengan mengambil pelajaran. zikir juga berarti kehormatan atau kemuliaan (al-syaraf), nama baik (al-shit), al-kitab yang isinya menjelaskan agama (al-din), shalat dan doa serta pujian (al-tsana) atasnya.5 Abu Abbas mengartikan zikir dengan shalat dengan membaca al-Qur’an, tasbih, do’a syukur dan taat.6

Kata zikir, menurut Abd’Allah Abbas al-Nadwi dalam Qamus Alfadz al-Qur’an alKarim ‘Arabi-Injilisi, berarti sebutan (mention), ingatan (remembrance recollection), peringatan (remember-admotion), doa (invacation), nama baik (reputation), dan kemashuran (renown).7

Dalam kaitan dengan pengertian diatas, Mu’jam alfadz al-Qur’an alKarim

memberikan uraian lebih rinci tentang pengertian zikir yang mempunyai empat arti dasar dari kata tersebut yaitu: pertama, mengucapkan dan menyebut nama Allah, serta menghadirkanya dalam ingatan. kedua, mengingat nikmat Allah dengan menghadirkan Allah dalam kehidupan kita menjalankan kewajiban kita sebagai

5

Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dar Shadir,), jilid IV, h.308-333. Dan sebagai perbandingan lihat pula Thahir Ahmad Zawiy, Tartib Qamus Muhit (Kairo: Isa Babiy al-Halabi wa al-Syirkah,tt.), juz 2, h. 262Lois Ma’luf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa I’lam (Beirut: Kattulikiyah,tt), h.236

6

Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dar Shadir,), jilid IV, h. 301

7Abd’Allah ‘ Abbas al

-Nadwi, Qamus Alfadz al-Qur’an al Karim ‘Arabi-Injilisi (Chicago:


(23)

hamba. Ketiga, mengingat Allah dengan menghadirkanya dalam hati yang disertai dengan tadabbur, baik disertai dengan ucapan lisan atau tidak. Keempat, Allah mengingat hamba-Nya melalui pembalasan kebaikan kepada mereka dan mengangkat derajatnya.8

Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia di artikan sebagai: (1) puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang, (2) doa atau puji-puji-pujian berlagu (dilakukan pada perayaan Maulid Nabi saw), dan (3) perbuatan mengerjakan zikir.9

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kata dzikir secara etimologi berarti mengingat sesuatu baik dengan hati maupun dengan ucapan. Kata zikir juga dapat berarti kitab-kitab Allah, peringatan, pelajaran, kemuliaan atau kehormatan, nama baik, doa dan pujian.

Selanjutnya secara terminology pengertian zikir didefinisikan sebagai berikut: al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulum al-Din, dengan mengutip pendapat al-Hasan, mengatakan bahwa zikir terbagi menjadi dua macam yaitu: pertama, zikir (mengingat) Allah, antara diri kita dan Allah, cara ini sangat baik dan besar pahalanya; kedua, mengingat kepada Allah Yang Maha Suci ketika dia meng

8 Majma’ al

-Lughah al-‘Arrabiyah, Mu’jam Alfaz al-Quran al-Karim (Kairo: al-Hay’ah al- Mishriyah,tt), jilid I. h. 437

9

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1996), h.1136


(24)

haramkan sesuatu.10 Al-Razi mengelompokan pengertian zikir dalam tiga macam, yaitu: pertama, sebutan lidah (zikir bi al-Lisan) ialah memuji-Nya (tahmid), mensucikanya (tasbih),dan mengagungkanya (majdun), dan membaca al-Qur’an.

Kedua,ingatan hati (zikir bi al-qalb) ialah memikirkan dalil-dalil wujud Allah dan sifat-sifat-Nya. Memikirkan dalil-dalil perintah dan larangan-Nya untuk dapat di ketahui hukum-hukum-Nya. Memikirkan rahasia-rahasia yang terkandung dalam peroses penciptaan alam. Ketiga, zikir anggota badan (zikir bi al-jawarih) ialah mempergunakan seluruh anggota badan untuk ketaatan kepada-Nya.11 Imam nawawi dalam kitab al-Adzkar mengatakan hakekat zikir ialah kehadiran hati dapat dilakukan dengan lidah tetapi lebih utama dengan hati secara bersamaan, serta berusaha memikirkan dan memahami makna apa yang dibacanya. Zikir juga tidak terbatas pada masalah tasbih, tahlil, takbir, dan sejenisnya, melainkan semua amal ketaatan yang diniatkan kepada Allah swt.12

Dalam Ensklopedi hukum islam, zikir ialah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti dan perbuatan baik. Ucapan lisan, gerakan raga, maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt, upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepada Allah

10

Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya’Ulum al-Din (Semarang: Thaha Putra,tt), juz I, h. 259

11

Fakhr al-Din ibn Dhiya’ al-Din ‘Umar Muhammad al-Razi, Al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghayb (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), jilid II, h, 159-160

12

Abu Zakariya Yahya ibn Syaraf al-Nawawi, Kitab al-Azdkar (Beirut: Darul al-Nabhim, 1997), h. 4


(25)

swt, dengan selalu ingat kepada-Nya; keluar dari suasana lupa masuk kedalam suasana musyahadah (saling menyaksikan) dengan mata hati, akibat dorongan rasa cinta yang mendalam kepada Allah swt.13

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa zikir adalah suatu aktifitas mengingat Allah swt yang dapat dilakukan dengan cara yaitu pertama, mensucikan, memuji-Nya, membaca al-Qur’an, serta mengucapkan kalimat baik lainya, yang dilakukan dengan lisan. Kedua, mengingat dengan hati, yakni dengan memikirkan tanda-tanda kebesaran-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan ketiga, mengingat-Nya dengan anggota tubuh, yakni, dengan mentaati segala perintah-Nya dalam setiap waktu dan tempat.

1. Anjuran berzikir

Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menyerukan manusia agar berzikir seperti :

                  

Hai orang-orang yang beriman berzikirlah (dengan menyebut nama Allah, sebanyak-banyaknya. Dan bertasbih di waktu pagi dan petang. ( Q.S. Al-ahzaab: 41-42)14

13

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jkarta: Ikhtiar Baru van Hove, 1996), jilid VI., h. 2016

14

Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002, h.599


(26)

           

Karan itu , ingatlah kamu kepada ku niscaya Aku ingat pula kepada mu. (al baqarah :152)

                   

Dan Kami akan menghidupkanya pada hari kiamat dalam keadaan buta Barang siapa yang berpaling dari mengingatKU. Maka sesungguhnya baginya penghidupan. ( Thaha:124)                       

Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. ( Arrad:28)15

Dan di dalam hadis pun Rasul saw. menganjurkan kita agar berzikir kepada Allah swt.

خا ع ها ص

ا ج ع ع

:

(

أ ا ها ع

ف ها ف

:

ا اص ف ع ع ص ا

:

(

ع عا ا

ع

ش

)

Dari Mu;adz bin Jabal bahwa Rasulullah saw telah memegang tangannya dan

bersabda: “ Hai Mu’dz, demi Allah sesungguhnya aku menyayangimu karena Allah,

lalu beliau bersabda : “ Aku berwasiat kepadamu hai Mu’adz, jangan sekali-kali engkau tinggalkan seusai shalat untuk mengucapkan (Ya Allah, tolonglah agar aku selalu mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu).16

15

Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002,

16

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi, diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ),jilid I. h. 16


(27)

غ ا ع

:

ع ها ص ها

:

(

ع ث ع ج ف

ا ص

ع ها

ع

ج ء ع ص ث ّ ا ع ط

…….

…….

Dari Anas dan lainya ;”Telah bersabda Rasulallah saw “: Barang siapa yang

shalat fajar (subuh) berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah hingga

terbit matahari melakukan sholat dua raka’at (dhuha), maka baginya pahala seperti

pahala ibadah hajji dan umroh yang sempurna, sempurna, sempurna. ( Telah berkata Atturmudzi: Hadist Hasan) 17

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadis yang berbicara mengenai zikir, bahkan al-Quran dan hadis-hadis seluruhnya menarik kita untuk berzikir kepada Allah baik secara lisan atau dengan kesungguhan secara amaliah maupun secara aqidah. Maka fahamilah baik-baik firman Allah Ta’ala.

2. Keutamaan Majlis Zikir

ص

ها

ا

ا ا

:

ا خ ا ع ه ض

ا ع

ف ثا ا ف

ا ا

ا ا

ا

ف

ا ف

ع ها

:

ف ثا ا

ا

:

ا ؟ ا ا ف

:

ع

ع ها

ا

ا

أ

:

ع ها ص ها

ا ف

Dari Abi Hurairah r.a bahwasanya ia telah memasuki suatu pasar dan berkatalah

ia (kepada orang-orang yang ada di pasar itu). :”kenapakah aku melihat kalian berada disini, sedang warisan Rasulallah (sedang) dibagi-bagikan di masjid. Lalu mereka pun pergi kemasjid dengan meninggalkan kesibukan di pasar, tetapi mereka tidak

17

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas. Jilid I. h. 20


(28)

melihat adanya warisan yang dibagikan. Mereka berkata:” ya Abu Hurairah, kami

tidak menjumpai warisan sedikitrpun” . Abu Hurairah berkata: apa yang kalian lihat

disana ?.” Mereka berkata: Kmi melihat ada suatu kelompok orang yang sedang

berzikir kepada Allah, dan ada pula kelompok lain sedang membaca Al-quran. Abu

Hurairah berkata: “ itulah warisan Rasulallah SAW.

Dan di dalam hadist lain yang di keluarkan oleh imam Abu Dawud r.a bahwasanya Rasulallah s.a.w telah bersabda kepada Anas r.a:

ع ها

ع ع ا ا

ع ها ص ها

ع ها ض ا ع

ع ا ع ا عا ا ا ّ ا ع ط

ا غ ا اص

.

ع ا أ

ع ا عا ا ا ّ ا غ

ع ا اص ع ها ع

(

ا ا ج خا

)

Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta’ala sejak shalat subuh hingga terbit

matahari lebih aku senangi (afdhal) dari membebaskan empat orang hamba dari keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada Allah

Ta’la sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari membebaskan

empat orang hamba. (Abu Daud)18

Dari kedua hadis di atas meskipun rasul tidak menyuruh kita untuk berzikir secara berjamaah tetapi dari teks hadis diatas bahwasanya rasul senang dengan perbuatan tersebut.

3. Tatacara dan Adab Berzikir

Supaya zikir itu membekas didalam hati, tidak hampa hendaklah di jaga adab dan tata tertib berzikir. Hasan al- Bana merumuskan tata tertib zikir sebagai berikut:

18

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas. Jilid I h.20


(29)

a. Khusyu

Dalam berzikir harus sopan dan menghayati makna setiap kalimat yang diucapkannya dan berusaha menanamkanya sampai membekas kedalam hati.19 Seyogyanya orang yang berzikir itu berkelakuan dengan sebaik-baiknya kelakuan, jika ia dalam keadaan dududk maka hendaklah menghadap kiblat dengan sikap khusyu, menghinakan diri kepada Allah, tenang dan menundukan kepala.20

b. Merendahkan suara

Dalam berzikir harus merendahkan suara semaksimal mungkin, disertai kesadaran yang tinggi dan penuh harap, tidak terganggu kepada yang lain tertuju hanya kepada Allah.21

c. Seiring dengan berjamaah

Bila zikir dilakukan secara bersamaan maka ikutilah secara bersamaan baik bacaanya maupun iramanya.

d. Bersih pakaian dan tempat, pada waktu yang tepat, sehingga harapan, kesucian hati, dan kemurnian niat berpadu menjadi satu.22

Al-Imam Al-Jalil Abu Maisarah ra, mengatakan, janganlah menyebut asma Allah kecuali di tempat yang baik, mulut orang pezikirpun hendaknya bersih, apabila

19

Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, (Jakarta: Media Dakwah, 1997), cet V, h. 7

20

T.M. Hasbi Ash Shiddiqy, pedoman Zikir dan Do’a, (Semarang; Pustaka Rizki Putra), h. 52

21

Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, h.7

22


(30)

mulutnya berubah (yakni berbau tidak enak), hendaklah menghilangkannya terlebih dahulu dengan bersiwak (menggosok gigi)23

e. Memelihara sikap khusyu dan akhlak

Senantiasa harus memelihara sikap khusyu dan ahlak atau sopan santun dalam berzikir, menjauhi hiruk-pikuk dan keramaian yang dapat menggangu ketenangan serta hilangnya pengaruh zikir didalam jiwa.

Bila ahlak dan adab berzikir tersebut di pelihara dengan baik, insya Allah zikir tersebut dapat bermanfaat dan dapat membekas di hati sehingga terasa nikmat, jiwa menjadi tenang, dada terasa lapang berkat limpahan karunia Allah.24

4. Faedah Berzikir Dengan Hati dan lisan

Al-Qoodhi ‘iyaadh telah berkata “ zikir kepada Allah itu ada dua macam” yaitu

zikir dalam hati dan zikir dengan lisan.25 Zikir dalam hati itu ada dua macam yang

pertama adalah bentuk zikir yang paling tinggi dan agung yaitu memikirkan

(mrenungi ke Agungan Allah Ta’ala, Kebesaran-Nya, dan alam raya-Nya,

Hal diatas tersebut telah di kuatkan dengan hadis sebagai berikut:

ا ا خ ( sebaik-baiknya zikir adalah yang bersifat tersembunyi ) kemudian

yang kedua adalah berzikir kepada Allah di dalam hati mengingat perintah-perintahNya dan larangan-laranganNya, karena itu hendaklah mentaati dan

23

Imam Nawawi, Khasiat Zikir dan Do’a (Terjemah Kitab Azakirun Nawawiyah), (Bandung; Sinar Bru Al-Gesindo, 1995), cet I, H. 21

24

Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, h.7-9

25

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid I. h. 23


(31)

mengerjakan apa-apa yang di perintahkaNya dan menjauhi apa-apa yang di larangNya.26

Adapun zikir dengan lisan disebut juga zikir yang paling lemah namun tidak mengurangi ke Agungan Allah karena secara langsung bibir kita bergerak dan telinga kita mendengar apayang kita ucapkan, dengan demikian akan lebih terangsang otak ini untuk berfikir kebesaran-Nya. Namun yang lebih baik menurut Al-Qodhii iyalah berzikir dengan menggunakan keduanya. karena akan bergerak antara lisan dan hati secara bersamaan

B. Pengertian Zikir Raatib

Kata raatib mempunyai banyak arti, sedangkan yang di maksud disini adalah berasal dari kata ( ا ) yang berarti mengatur atau tesusun27.Raatib adalah suatu yang tersusun, teratur dan rapi. Seperti dalam istilah sholat rawatib, adalah sholat-sholat yang diamalkan oleh Rasulallah saw. pada waktu-waktu tertentu, begitu juga dengan raatib, yaitu ziki-zikir yang berupa do’a yang tersusun dan di baca pada waktu-waktu tertentu.

1. Macam-macam zikir raatib

26

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid I. h. 23

27


(32)

Diantara zikir raatib al-Atthas masih terdapat beberapa zikir raatib yang semua mengandung penyebutan keagungan Allah dan doa-doa yang terdapat didalamnya, diantaranya yaitu :

a. Raatib al–Hadad, yang disusun oleh Habib Abdullah bin Alwi al-Hadad, b. Raatib al-Idrus yang disusun oleh Habib Abdullah bin Abubakar al-Idrus. c. Raatib al-Muhdor yang disusun oleh Habib Ali bin Aabubakar Assakran.

2. Pengertian zikir rataib al-Atthas

Tidak berbeda dengan zikir raatib yang lain, zikir raatib yang di sususn oleh Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas ini, yaitu, berisi tentang kebesaran dan keagunan Allah, doa ampunan kepada Allah, shalawat, tahlil, tasbih, takbir, tawakal dan kepasrahan kepada Allah Swt.

Dan di dalam kitab al-Qirthaas raatib al-Atthas berarti penjaga, pelindung, tameng atau benteng. Maksudnya adalah doa-doa yang mengandung perlindungan atau penjagaan kepada Allah mulai dari hal-hal zohir (lahir atau jasmani) hingga penjagaan hal-hal batin (rohani).28

Raatib al-Atthas ini dijuluki dengan banyak nama seperti :

a. Aziz al-Manaal wa fath Baab al-Wishol ( sesuatu yang sukar diperoleh dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah SWT)

28

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Athas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ),jilid I. h.11


(33)

b. Husn al-Hashin (kubu yang kokoh)

c. Al- Kibriyaat al-Ahmar (belerang yang merah) d. Zubdat al-Azdkar (pati segala zikir)

e. Ad-Diryaaq al-Mujarrob (penawar bagi racun yang mujarab)29

3. Susunan zikir raatib al-Atthas.

ا ا ها

ص خ ث ا

صأ أ ع ها ص

ا

أ

ا

ا ها ع ع خ ّ ا طع ا

ا ع

ع

ا

أا ط ا إا

ا غ ا

ّغ ها أ ع ف

صأ

..

.

ج ا ط ّ ا ه عأ

ا

ا ها

ع ا ه

ا

*

ا

ا

*

ا

*

ع

ع

*

ا

ا

ا

*

ا ا ع

غ ا غ ع ع أ

ا ا ص

*

ج ا ط ّ ا ع ا ع

ا ه عأ

(

اث

)

ث أا

ها ّخ ع

عش خ أ ج ع أ ا

أ

ا ا ها

ا

ا ّ ا غ ا ع ا ا ا ا ها

ع

ّ ع ها

ا

ا ع ا

ا

ا ا ا

ا

ا ا

أا ا

ا ف

ا ء أا

ا ئ ا

ا ها

ا ع ا

29

Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet. ke- 1,h. 41


(34)

ج ا ط ّ ا ع ا ع

ا ه عأ

(

اث

)

(aku berlindung kepada Allah yang maha mendengar lagi maha mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk.)

خ ش

ا ها

عأ

(

اث

)

(

aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna (al quran) dari kejahatan seluruh mahluk.)

ع ا ع

ا

ء

ا ف ا

أا ف ئ ش ا ع

ا ا ها

(

اث

)

)

dengan menyebut nama Allah. Yang dengan namaNya tidak akan bermadharrat sesuatu baik yang dibumi maupun dilangit dan Dia Maha Tinggi lagi maha Agung)

ظع ا ع ا ه ا ا

ا

ا

ا ها

(

ّع

)

(Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)

ا

ا ها

(

اث

)

(Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang)

ه

ها ه

ها

(

اث

)

(Dengan menyebut Nama Allah, kami berlindungkepada Allah dengan menyebut Nama Allah, kami bertawakal kepada Allah)

ع ف خا ه

ه أ ها

(

اث

)

(Dengan menyebut Nama Allah, kami beriman kepada Allah dan barang siapa

beriman kepada Allah, tidak ada rasa takut padanya)


(35)

ها ج ها

ها ع ها

(

اث

)

(Maha suci Allah, Maha Mulia Allah, Maha Suci Allah, Maha Agung Allah)

ظع ا ها

ها

(

اث

)

(Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya, Maha Suci Allah yang Maha Agung)

أ هأ ها ا ا ه

ا ها

(

ع ا

)

(Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah dan Allah Maha Besar)

خ ع ف ط فط أ

ا خ

ع

ف ط

(

اث

)

(Wahai Allah yang Maha Penyayang kepada Mahluknya, Wahai Allah yang Maha Mengetahui tentang MhlukNya, Wahai Allah yang mengawasi Mahluknya sayangilah kami wahai dzat yang Maha Penyayang, Ynag Maha Mengetahui, dan Yang Maha Mengawasi)

ا فط أ ف ط ف فط أ ف ط

(

اث

)

(Wahai Allah yang Maha Penyayang kepada Mahluknya, Wahai Allah yang Maha

Mengetahui tentang Mahluknya, Wahai Allah yang Maha mengawasi Mahluknya, sayangilah kami wahai dzat yang Maha Penyayang, Yang Mha Mengetahui, dan yang Maha Mengawasi)

ها ا ا

(

ع ا

)

(Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah)

ها

ها ا ا

(

)


(36)

ا ع ها

(

ع

)

(Cukuplah Allah bagi kami sebaik-baik pelindung)

ع ص ا

ع ص ا

(

ّع

)

(Ya Allah, anugerahilah rahmat kepada Muhammad. Ya Allah, anugerahilah rahmat

dan kesejahteraan kepadanya)

ها غ أ

(

ّع ا

)

(Aku mohon ampun kepada Allah)

ها ئ

(

اث

)

(Kmi semuanya beraubat kepada Allah)

ا

هأ هأ هأ

(

اث

)

(Ya Allah, dengan rahmatMu kami mohon dianugerahi husnul khatimah)

ا

ا ع

ع ا ها ف ا

ا

ا غ

ا

ا ع

ا ص ع

ا أطخأ أ

خا

ا ع

ف ا أ

ا غا ع فعا ط ا

ف ا

ا

صأ أ ع ها ص ها ع

ها

ع ش

ع ا أ ا أ ع

ا ف ج ع ها أ

جا أ

خأا ا

ا ف

.

ع ف

ع

ف ّ

(

ها ثا

ا

)

ا

أ أ ا ع ج ع ف صأ ع ع

ا

ا

ع

ا ف ج ع

غ ها أ ع جأ ع

ا

ع

خأا ا

ا ف

ع ا أ ا أ

(

ها ثا

ا


(37)

ا

ا ع

ع

ا

أا ط ا ا

ص

أ

أ ع جأ

ع

ا

ع ف

صأ ا ها ع ع خ ّ ا طع ا

ع ا أ ا أ ع

ا ف ج ع

غ ها

خأا ا

ا ف

(

ه

ثا

ا

)

ا

شا ا ئأا

ا ءا ّ ا ء أا ا أ

,

ث

...

ا ا أ ث

ع جأ ع

ا

ع

ّ

.

ا ا أ ا أ ا أ ث

ع

ا ف ج ع

غ ها أ

ا

ا

ا

خأا ا

ا ف

ع ا أ ا أ

(

ها ثا

ا

)

ا

عفا خأا ا

ا ف ط ا ظ أّ ا اص

أ

ها أ ع ف ع ا فط ا ع

ا ف

ّ

ا

أ خ ج ش

ا

إا ا إا

ا ع

ا ف ع ا

ا ا ع ا

ع ها ص

ا

ص

ع

اا

)

ا

ا ها

ج ا غ

ا

ئف ع فا ا

ع ا ه

ا


(38)

أا ف

ع

ص ا ض ا ع

ا ض ا

ا ض

ف

ع

ص خأا ف

ع

ص

ع

ص

ا عأا إ ا ف

ع

ص

ا أ

أ ع

ظ

ا ث ا ا خ أ ع

أا

ا ج

ع

أ

ف

عجا ا طعأ ئ ش

أ ا أ

أ

ئ ش ع

ش

ش

غ

ع

ع ج

ط ش

ع

ا

ا

ا ف ا ا ج عأ

إا

ط ا

ا ع جأ ص ا ع

ع اج

ا ص ء ع ا

ا ا

أ ط ا ظ ع

ا

.

ا

ع ع ا

ع ا ه

ا

ا ع

30

4. Bografi Al-Habib Umar bin Abdurahman Al-Athas

Al-Habib Umar bin Abdurahman al- Atthas lahir sekitar tahun 992 H di kota lisk, disebuah perkampungan di kota Inat, Hadrramaut, Yaman.31 Beliau lahir dari sebuah pernikahan yang penuh berkah dari al Habib Abdurahman bin Agil dengan Syarifah Muznah binti Muhammad al jufri, seorang wanita salihah dan dikenal sangat tekun dalam peribadatannya kepada Allah swt. Sedangkan al Habib Abdurahman bin Aqil dikenal sebagai seorang ulama yang mendalam ilmunya serta memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah .

Al Habib Umar bin Abdurahman menghabiskan masa kecilnya di kota lisk, beliau dibesarkan dibawah asuhan dan pengawasan ayahandanya. Beliau

30

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Athas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid II. h.322

31

Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet. ke- 1,


(39)

mendapatkan pendidikan dasar yang sempurna di tangan paman beliau, yang merupakan ulama besar dimasa itu, seorang yang shalih dan memiliki keteguhan jiwa yang kuat, al Habib Husain bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.

Semenjak kecil beliau telah kehilangan kedua pengelihatanya, namun Allah swt menggantinya dengan pengelihatan hati yang terang benderang serta kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa. Semenjak kecilnya, beliau sudah gemar beribadah, menjaga kebersihan lahir dan batinya. Dari tempat tinggal beliau di lisk, beliau sering mengelilingi masjid-masjid di kota Tarim dan menimba air dari beberapa sumur untuk memenuhi kebutuhan air dari masjid-masjid tersebut

Al Habib Umar mengambil sanad dan ilmu dari banyak ulama besar dan masyaikh di masa itu, yang sebagian besar adalah murid dari Sayyidina Syaikh Abu Bakar bin Salim. Beliau juaga menimba ilmu dari putra-putra Syaikh Abu Bakar bin Salim, di antaranya, al Habib Husain, al Habib Hamid dan al Habib Muhdor. Di antara guru beliau adalah imam Muhammad bin Abdurahman al Hadi bin Isa Barakwahas Samarqandi dari beliaulah al Habib Umar mendapatkan“ talkin adzikr

dan beberapa zikir, diantaranya yang dikenal dengan “ zikir tauhid”.32

Al Habib Umar mendapatkan sanad mushafahah dari salah satu guru beliau, yakni as Sayyid Muhammad al Hadi bin Abdurahman bin Syihabudin, denagn sanad tersambung hingga Rasulullah saw. al Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas

32

Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet. ke- 1, h. 15


(40)

memulai perjalanannya dalam Thoriqoh Sufiyah dibawah pengawasan guru-guru beliau. Beliau menerima “ijazah” sekaligus “libasu khirqah” dari guru utama beliau al habib Husain bin Sykh Abubakar bin Salim, dengan sanad tersambung dari ayahnya hingga kepada al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali.33

Sedangkan al faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali dalam silsilah spiritualnya memiliki dua sanad , yang pertama: dari ayah beliau al Imam Ali bin Muhammad terus bersambung keatas hingga Rasulallah saw. Dan yang kedua: beliau peroleh dari syikh Abu Madyan yang juga terus bersambung hingga Rasulullah saw. Demikian al habib Umar mendapatkan pendidikan yang sanagt baik, dan menapaki perjalanan ruhaniahnya dengan sempurna hingga jadilah beliau seorang yang mendalami ilmunya dan mulia akhlaknya.34

Dalam riwayat yang diterima al Habib Umar Shahibur raatib ini memiliki perawakan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tampan, memiliki jenggot yang lebat, berwibawa, dipinggang kirinya tumbuh sesuatu seperti mata cincin, beliau selalu wangi karena beliau sangat gemar dengan wewangian.

Adapun silsilah beliau sebagai berikut:

Umar bin Abdurahman bin Aqil bin salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Al Imam Abdurahman as Saqqaf bin Muhammad Mauladdawilah bin

33

Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet. ke- 1, h. 19

34


(41)

Ali bin Alwi bin Al Fqih Muqaddam bin Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahibul Mrbath bin Ali bin Alwi Khali Qasam bin Muhammad binAlwi bin Ubaidilah bin Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Jafar Ashsadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Tahalib wa Fatimah binti Muhammad Rasulallah saw.35

Kiprah dakwah habib umar bin abdurahman al-atthas

Pada sekitar tahun 1040 H. atas dorongan dan perintah gurunya yang bernama Habib Husin bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, beliau hijrah ke kota Huraidhah untuk mengemban tugas mulia membangun sebuah konstruksi dakwah di wilayah yang masih sangat tandus dan sangat membutuhkan siraman keimanan, membimbing dan medidik umat, mengajak mereka kepada cahaya ilmu dam keselamatan.

Atas permintaan Syaikh Najjad Azdebani, maka pada awalnya beliau menetap dirumahnya dan mengawali perjuangan di kota Huraidhah. Beliau sering mendamaikan antara dua pihak yang berselisih, apabila mendapatkan undangan, beliau selalu menyempatkan diri untuk datatng meski harus dengan susah payah. Beliau juag berpegang kuat pada sifat wara (berhati-hati) dalam segala hal

Beliau memiliki jiwa pengajar dan pendidik yang bijaksana, kesungguhan yang sangat kuat dalam dakwahnya yang meneruskan ajaran Rasulullah saw. peran beliau

35

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Athas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid I. h.8


(42)

sangat penting dalam keberhasilan dakwah dilembah-lembah Hadramut, Yaman. Sampai akhirnya beliau menyusun zikir yang terkenal dengan sebutan zikir Ratib al Atthas yang sampai saat ini masih banyak di lantunkan dibeberapa belahan dunia termasuk Indonesia yang masih melantunkan zikir yang disusun oleh beliau, salah satunya banyak kaum muslimin Indonesia yang ketika hendak melaksanakan ibadah haji pasti terlebih dahulu membacakan zikir ratib al-Atthas tersebut, karena sudah menjadi budaya dikalangan masyarakat muslim Indonesia pada umumnya. Betapa luasnya manfaat dakwah beliau sehingga terasa kesemua penjuru di dunia dengan satu karya belia yaitu Ratib al-Atthas

Pada kamis tengah malam, tanggal 23 Rabiuts Tsani 1072 H di kota Nfhun, beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Kemudian jasad beliau yang mulia dibawa ke Huraidhah untuk dimandikan oleh salah satu murid yang dicintainya Syikh Abbas Abdullah Bahfas permintaan beliau sendiri sebelum wafat. Di kota inilah jasad suci beliau kemudian dimakamkan dengan dihadiri pra tokoh pemuka dan berbagai kalangan masyarakat. Tak henti-hentinya orang datang silih berganti kepusara beliau

dan berta’ziah kepada keluarga beliau. Hujanpun turun denagn lebatnya, membawa

berkah bagi semua, khususnya daerah yang gersang dan kekeringan.36

36

Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet. ke- 1, h. 33


(43)

C. Kesehatan Mental

Ada suatu dimensi yang menarik didalam diri manusia dan berpengaruh besar dalam kehidupan manusia yaitu mental/kejiwaan yang mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tentram dan bahagia.

1. Pengertian kesehatan mental

Kesehatan berasal dari kata sehat, yang artinya baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit)37“mental bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan, melainkan juga pembangunan batin dan watak.”38 “kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neorose) dan gejala-gejala penyakit jiwa (psikose).”39

Menurut zakia Daradjat, “mental dalam terminology psikiatri dan psikoterapi

seiring digunakan sebagai kata ganti personality.”40 Yang berarti bahwa “mental adalah semua unsure-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan yang

37

Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai Puastaka, 2002), Edisi Ke-3. h. 1011

38

Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia , Edisi Ke-3. h. 733

39

Abdul Aziz al-Qussy (Terjemahan). Pokok-pokok Kesehatan Mental, Alih Bahasa Zakiah Daradjat (Jakarta: Bulan bintang), cet. Ket-II. H. 13

40

Zakia Daradjat. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), cet. Ke-52, h. 35


(44)

keseluruhan dan kebulatanya menentukan corak laku, cara menhadapi sesuatu hal yang menekan perasaan mengecewakan, menggembirakan dan sebaginya.41

Di bawah ini adalah pengertian kesehatan menurut Dr. Zakiah Daradjat:

a. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neorose) dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).

b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.

c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.

d. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.42

Dari pengertian kesehatan mental di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan mental adalah terhindar dari gangguan penyakit kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan, tidak

41

Zakia Daradjat. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. , h. 35

42


(45)

ada konflik dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna dan bahagia serta dapat menggunakan potensi yang ada seoptimal mungkin.

Menurut Hanna Djumhana Bastaman dengan melihat pengertian di atas dapat disimpulkan, tolak ukur kesehatan jiwa yakni:

a. Bebas dari gangguan dan penyakit-penyakit kejiwaan.

b. Mampu secara luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan antar peribadi yang bermanfaat dan menyenangkan.

c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat, kemampuan, sikap, sifat, dan sebagainya) yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.

d. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, dan berupaya menerapkan tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari.43

Berdasarkan tolak ukur diatas kiranya dapat digambarkan secara ideal bahwa

“orang yang benar-benar sehat mentalnya adalah orang yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berusaha secara sadar, merealisasikan nilai-nilai agama, sehingga kehidupannya itu dijalaninya sesuai dengan tuntunan agamanya. Ia pun secara sadar berupaya mengembangkan berbagai potensi dirinya, seperti bakat, kemampuan, sifat, dan kualitas-kualitas pribadi lainya yang positif. Sejalan dengan itu iapun berupaya untuk menghambat dan mengurangi kualitas-kualitas negative

43

Hanna Djumana Bastman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam (Yogyakarta: Mustaka Pelajar, 2005), cet. Ke-4, h. 134


(46)

dirinya, karena sadar bahwa hal itu dapat menjadi sumber berbagai gangguan (dan penyakit) kejiwaan. Dalam pergaulan ia adalah seorang yang luwes, dalam artian mampu menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan tanpa ia sendiri kehilangan identitas dirinya serta berusaha secara aktif agar berfungsi dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Ada benarnya bila oarang dengan kesehatan mental yang naik digambarkan sebagi seseorang yang sehat jasmani-ruhani, otaknya penuh denagn ilmu-ilmu yang bermanfaat, ruhaninya sarat denagn nilai-nilai agama dan sosial budaya yang luhur. Pada dirinya seakan-akan telah tertaman dengan suburnya moralitas dan rasa makmur yang memberi manfaat dan

melimpah ruah kepada sekelilingnya.”44

Penulis membatasi bahwa indicator kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menggunakan potensi yang dimilikinya, dan menghadapi masalah-masalah ringan dengan baik, serta merasakan ketenangan dalm jiwanya, karena tidak ada seorangpun yang menginginkan kesusahan dalam hidupnya, juga tidak ada seorangpun yang tidak ingin kepada kesenangan dan kebahagiaan yang tidak lain bersumber dari sehatnya mental. Semua orang akan berusaha membebaskan dirinya dari berbagi kesusahan dan penderitaan yang menderanya.

44

Hanna Djumana Bastman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam. h 135


(47)

2. Cirri-ciri mental sehat

Orang yang mentalnya kacau tidak dapat memperoleh ketenangan hidup, hal ini menyebabkan timbulnya emosi negative sehingga ia tidak mampu mencapai kedewasaan psikis mudah putus asa dan bahkan ingin bunuh diri.45

Kartini Kartono secara ringkas menyatakan ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya kekalutan mental, yaitu:

a. predisposisi struktur biologis atau jasmaniyah dan mental atau kepribadian yang lemah.

b. Konflik-konflik sosial dan konflik-konflik cultural yang mempengaruhi diri manusia.

c. Pemaksaan batin (internalisasi) dari pengalaman oleh diri si subjek yang salah.46

Sebaliknya orang mentalnya sehat akan merasa suasana batin yang aman tentram dan sejahtera. Berbagai usaha untuk mencapai kebahagiaan, keamanan, ketentraman batin dan kesehatan mental, pada hakekatnya bertujuan untuk mencapai ketenagan hidup.

Dr. Kartini Kartono mengatakan bahwa orang yang memiliki mental sehat mempunyai tanda-tanda khas antara lain sebagai berikut:

45

Yusak Bahruddin,Kesehatan Mental untuk Fakultas Tarbiah Komponen MKK (Bandung; CV Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke- h. 17

46

Kartini Kartono, Hygiene Mental da Kesehatan Mental dalam Islam (Bandung; Mandar Maju, 1989), h. 241.


(48)

a. Adanaya kombinasi dari segenap energy, potensi dan aktifitasnya. b. Efisiensi dalam setiap tindakanya.

c. Memiliki tujuan hidup.

d. Bergairah dan tenang harmonis batinya.47

Maka orang yang sehat mentalnya itu mudah mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkunganya, juga mampu beradaptasi aktif dan lancar mengatasi semua masalah yang timbul dalam perubahan-perubahan sosial.

Pada umumnya setiap orang memiliki mental yang sehat, namun karena suatu sebab, ada sebagian orang yang memiliki mental yang tidak sehat. Orang yang tidak sehat mentalnya memiliki tekanan-tekanan batin, denagn suasana batin seperti itu keperibadian seseorang menjadi kacau dan terganggu ketenangannya, gejala inilah yang menjadi pusat pengganggu ketenangan jiwa.

Ketenagan hidup dapat dicapai bila seseorang dapat memecahkan keruwetan jiwa pada dirinya, yang menimbulkan kesulitan hidup, hal ini dapat dilakukan bila ia berusaha membersihkan jiwa agar tidak terganggu ketenangannya dan tidak terjadi konflik-konflik maupun rasa takut.48

Jasmani dapat dikatakan sehat apabila energy yang ada mencukupi, daya tahan yang ada mencukupi, memiliki kekuatan untuk menjalankan aktifitas dan kondisi

47

Kartini Kartono, Hygiene Mental da Kesehatan Mental dalam Islam. h. 243

48


(49)

badan terasa nyaman dan sehat. Orang yang meniliki sifat-sifat yang khas, antara lain mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan hidup yang jelas, memiliki konsep diri yang jelas, memiliki koordinasi antara setiap potensi denagn usaha-usahanya, memiliki regulasi diri dan integritas kepribadian, memiliki batin yang tenang.49

49


(50)

(51)

BAB III

HADIS-HADIS TENTANG ZIKIR

A. Pengertian Hadis

Hadis secara etimologis (bahasa) ialah cerita, percakapan baik dalam konteks agama maupun duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian aktual,

Hadis secara terminologis (istilah), sinonim dengan sunnah, keduanya diartikan segala sesuatu yang diambil dari Rasulullah saw., sebelum dan sesudah diangkat menjadi Rasul. Menurut ulama Muhaddisin terdapat pengetrian hadis yang luas, yakni tidak hanya mencakup sesuatu yang dimarfu’kan kepada Nabi Muhammad saja, tetapi perkataan, perbuatan, dan taqrir,1 yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in pun di sebut hadis.2

Hadis juga merupakan sumber utama ajaran Islam di samping al-Qur’an. Karenanya hadis Nabi saw memiliki fungsi yang berkaitan dengan al-Qur’an, yaitu sebagai penjelas bagi al-Qur’an; penjelas secara global, menerangkan yang sulit, membatasi yang mutlaq, mengkhususkan yang umum dan menguraikan ayat-ayat yang ringkas, bahkan kadangkala menetapkan suatu hukum yang tidak terdapat dalam

1

Taqrir berasal dari bentuk masdar kata kerja Qarrara dimana secara etimologi istilah Taqrir berarti penetapan, persetujuan. Lihat Muhammad bin Muqarran bin Mansyur, Lisan al-Araby, (Mesir: Dar Misriyah, juz V), h.394, menurut istilah Taqrir tidak berkomentarnya Nabi saw, atas perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat, baik disaksikan atau didengarnya.

2


(52)

al-Qur’an.3 Dengan demikian hadis merupakan tuntunan praktis terhadap al-Qur’an,4 Fungsi ini ditegaskan oleh al-Qur’an surat an-Nahl:44, yaitu:









































Artinya: Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr (al-Qur’an) agar kamu menerangkan kepada manusia tentang apa yang diturunkan kepada mereka.

Hadis mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pembinaan hukum Islam,

dengan merujuk kepada imam Syafi’i dalam ar-Risalah, Abdul Halim menegaskan

bahwa dalam kaitannya dengan al-Qur’an ada 2 (dua) fungsi as-Sunah yang tidak diperselisihkan oleh ulama; Bayan Taklid dan Bayan Tafsir.5 Yang pertama,

menguatkan atau menggaris bawahi apa yang terdapat dalam al-Qur’an.6 Fungsi

kedua memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat

alQur’an. Kedua fungsi hadis tersebut, memberikan kontribusi yang besar dalam

kehidupan kaum muslimin, baik semasa Nabi saw, sahabat, Tabi’in, Tabiu at-

Tabi’in,maupun masa sekarang.

1. Hadis- hadis tentang zikir

3

Ending Syaifuddin Ansyari, WawasanIslam: poko-poko pemikiran Islam dan Umatnya, (Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 1993), h. 35

4

M. Ajaj al-Khatib, Ushul Hadis, ter. M. qodirun Nur, Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2001) h. 35

5

Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jkarta: Rajawali Press, 2002) h. 194

6

M. Qurais Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan peranan wahyu dalam kehidupan masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), h.21


(53)

ل ْغ ْس ا ْ

:

س ه ها ص ها ل س ل

:

)

ث ج ف ْج لا ص ْ

ح ل ت ها ك ْ

ْت ت ْ جح ْج ء ك هل ْت ك ْ ْك ص ث سْ ّلا ْطت

…….

ْت ت

…….

ْت ت

Dari Anas dan lainya ;”Telah bersabda Rasulallah saw “: Barang siapa yang

shalat fajar (subuh) berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah hingga

terbit matahari melakukan sholat dua raka’at (dhuha), maka baginya pahala seperti

pahala ibadah hajji dan umroh yang sempurna, sempurna, sempurna. ( Telah berkata Atturmudzi: Hadist Hasan)7

ت ها ْ ك ْ ْ ْا ْ ا س هْ ها ص ها لْ س ل هْ ها ض ْس ا ْ

لْ ْسا ل ْ ْ ا ْ ا ْ لا حا سْ ّلا ْطت ح ا غلا اص ْ ل

.

ْا ْ أ

ْ ا ْ ا ْ لا حا سْ ّلا ْغ ح ّْ لا اص ْ ل ت ها ْ ك ْ ْ

)

د اد ا هج خا

(

Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk

bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta’ala sejak shalat subuh hingga

terbit matahari lebih aku senangi (afdhal) dari membebaskan empat orang hamba dari keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada

AllahTa’la sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari

membebaskan empat orang hamba.” (Abu Daud)8 2. Hadis Tentang Dzikir dan Kesehatan

ْل لك ء س ْ لك ص ف ل ْ ْ ْ :

ضْ اا ف ءْ ش ه ْسا ض ْ لا ها ْس

ءْ ش ض ْ ل ا ا اث ْ لا ْ سلا ه ء سلا ف )

ث د اد ا لا ا

(

(Hamba mana saja yang mengucapkan dipagi setiap hari, dan sore setiap malam):

7

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi, diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), Jilid 1, h. 20

8

Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jilid 1, h. 24


(1)

Bahruddin, Yusak,

Kesehatan Mental

untuk Fakultas Tarbiah Komponen MKK

(Bandung; CV Pustaka Setia, 1999),

Kartono, Kartini,

Hygiene Mental da Kesehatan Mental dalam Islam

(Bandung;

Mandar Maju, 1989),

Rahman, Fathur,

Ikhtisar Mustalah Hadis

, (Bandung: PT

Ma’arif, 1974

Syaifuddin, Ending Ansyari,

WawasanIslam

:

poko-poko pemikiran Islam dan

Umatnya

, (Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 1993)

al-Khatib, M. Ajaj, Ushul Hadis, ter. M. qodirun Nur, Ahmad Musyafiq (Jakarta:

Gaya Media Pertama, 2001)

Nata,Abudin Metodologi Study Islam, (Jkarta: Rajawali Press, 2002)

Shihab,M. Qurais Membumikan al-

Qur’an: Fungsi dan peranan wahyu dalam

kehidupan masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994),

Ardi’s Dic: Dzikir, Patrick Glynn. God :

The Evidence, The Reconiliation of Faith

and Reason in a Postsecular Word

( California: Prima Publising, 1997)

Benson, Herbert and Mark Stark,

Timeless Healing

( New York: Simon Schuster:

1996) 203

www. Harun Yahya.com. selasa, 22 Desember 2009.


(2)

NAMA : JENIS KELAMIN & USIA : ALAMAT : PEKERJAAN : NO.HP : PENDIDIKAN :

1. Kecenderungan Bapak/ Ibu mengikuti zikir.

1.1 Dari mana Bapak/ Ibu mengenal majelis talim ini ? a. Teman

b. Saudara c. Guru d. ...

1.2 Apa yang melatar belakangi Bapak/ Ibu mengikuti zikir di majlis MTWA Alhusaini ?

a. Waktu dapat musibah

b. Waktu ingin dekat dengan Allah c. Waktu di ajak teman

d. Waktu tahu makna zikir

1.3 Berapa kali dalam sebulan Bapak/ Ibu mengikuti zikir di MTWA Alhusaini ? a. Satu kali

b. Dua kali c. Tiga kali

d. Lebih dari tiga kali

1.4 Mengapa Bapak/ Ibu tertarik mengikuti zikir di MTWA Alhusaini ? a. Menambah keyakinan kepada Allah

b. Memberikan ketenangan jiwa c. Menambah teman

d. Mengisi waktu 2 Tanggapan Bapak/ Ibu terhadap zikir

2.1 Bagaimana perasaan anda ketika mendapatkan masalah sebelum anda mengikuti zikir?

a. Sangat cemas b. Cemas c. Biasa saja d. Tidak tahu


(3)

2.2 Jika anda berhalangan tidak bisa mengikuti zikir bagaimana perasaan anda ? a. Sangat sedih

b. Sedih c. Biasa saja d. Tidak tahu

2.3 Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti zikir ? a. Sangat tenang

b. Tenang c. Biasa saja d. Tidak tahu

2.4 Apa tanggapan anda tentang zikir ratib al-Attas ? a. Berbeda dengan zikir yang lain b. Sama saja dengan zikir yang lain c. Hamper sama

d. Tidak tahu

2.5 Apakah anda hafal dengan zikir ratib al-Attas? a. Sangat hafal

b. Hafal c. Cukup hafal d. Tidak hafal

2.6 Apakah anda merasakan pengaruh zikir ratib al-Attas? a. Sangat merasakan

b. Merasakan c. Cukup merasakan d. Biasa saja

2.7 Apakah zikir ratib al-Attas berpengaruh bagi kesehatan anda? a. Sangat erpengaruh

b. Berpengaruh c. Cukup berpengaruh d. Biasa saja


(4)

2.8 Apakah anda faham arti dan makna dari semua zikir ratib al-Attas tersebut? a. Sangat faham

b. Faham c. Cukup faham d. Biasa saja

3. Analisis pengaruh zikir Ratib al-Atthas terhadap kesehatan mental. Pengaruh zikir terhadap pribadi

3.1 Apakah setelah mengikuti zikir anda sangat menghargai hidup? a. Sangat menghargai

b. Menghargai c. Cukup menghargai d. Biasa saja

3.2 Bagimana pandanga anda setelah mengikuti zikir? a. Lebih terbuka

b. terbuka c. Cukup terbuka d. Biasa saja

3.4Bagaimana Kemampuan anda dalam menghadapi problem kehidupan setelah zikir ?

a. Sangat mampu b. Mampu c. Cukup mampu d. Biasa saja

3.5Setelah mengikuti zikir, seberapa besar anda menghargai kemampuan anda ? a. Sangat menghargai

b. menghargai c. Cukup menghargai d. Biasa saja

3.6Bagaimana Sikap bersyukur anda setelah mengikuti zikir? a. Sangat bersyukur

b. Bersyukur c. Cukup bersyukur d. Biasa saja


(5)

4 Pengaruh zikir Ratib al-Attas terhadap masyarakat.

4.1 Bagaimana Penyesuaian diri anda dengan lingkungan setelah mengikuti zikir?

a. sangat mampu b. mampu c.. cukup mampu d. biasa saja

4.2Bagaimana Partisipasi anda dalam lingkungan setelah mengikuti zikir ? a. Sangat aktif

b. Aktif c. Cukup aktif d. Biasa saja

4.3Sikap dan perilaku anda di masyarakat setelah mengikuti zikir? a. Sangat baik

b. Baik c. Cukup baik d. Biasa saja

4.4seberapa besar pengaruh zikir ratib al-Attas dalam kualitas pekerjaan anda? a. Sangat berpengaruh

b. Berpengaruh c. Cukup berpengaruh d. Biasa saja

5. Pengaruh zikir Ratib al- Attas terhadap ke-Tuhan

5.1 Seberapa besar Perasaan anda terhadap keagungan Allah setelah mengikuti zikir?

a. Sangat merasakan b. Merasakan c. Cukup merasakan d. Biasa saja

5.2 Bagaimana Kedekatan anda dengan Allah setelah mengikuti zikir ? a. Sangat dekat


(6)

c. Cukup dekat d. Biasa saja

5.3 Apakah anda merasa di awasi oleh Allah setelah mengikuti zikir ? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu d. Biasa saja