suprastruktur seperti pendidikan, politik, hukum dan lain-lain.
21
Ironisnya ide ekonomi sebagai pondasi, sepertinya dipahami bahwa ekonomi diatas segala-
galanya sehingga kerap kali melupakan asas sosial budaya.
2. Strategi Pembangunan Ala Rostow
Dalam bukunya yang berjudul, The Stages of Economic Growth, A Non- Communist Manifesto, W.W. Rostow mencoba memformulasikan tahapan
pembangunan dalam sebuah masyarakat. Untuk mencapai sebuah pembangunan yang mumpuni ia membagi pembangunan menjadi lima tahap, yaitu:
1. Masyarakat Tradisional
Pada masyarakat ini ilmu pengetahuan masih belum banyak dikuasai. Karena masyarakat masih diliputi oleh mitos dan kepercayaan-
kepercayaan lokal. Manusia masih dikuasai oleh alam sehingga produksi masih sangat terbatas. Kemajuan berjalan lambat dan pola
produksi masih dipakai untuk konsumsi pribadi. 2.
Prakondisi untuk Lepas Landas Fase ini berawal dengan adanya factor eksternal yaitu campur tangan
dari masyarakat yang sudah lebih maju. Dampak dari ekspansi luar menyadarkan masyarakat sedikit demi sedikit, seperti mulai
meningkatnya ketertarikan terhadap peningkatan tabungan, investasi pada sektor-sektor produktif yang menguntungkan, seperti pendidikan.
21
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern, Jakarta: Gramedia, 2007, h. 240.
Investasi ini tidak hanya dilakukan oleh negara tapi juga perorangan sehingga terbentuk peningkatan produksi yang semakin melaju.
3. Lepas Landas
Tahapan ini ditandai dengan mulai berkembangnya industri-industri baru dengan sangat pesat. Keuntungan sebagian besar diinvestasikan
kembali ke pabrik yang baru. Sektor perekonomian modern pun mulai berkembang. Di sektor pertanian, teknik-teknik baru juga tumbuh
seiring masuknya teknologi yang kemudian menjadikan pertanian sebagai usaha komersial untuk mencari keuntungan, dan tidak lagi
sekedar konsumsi pribadi. 4.
Bergerak ke Kematangan Ekonomi Industri berkembang pesat seiring pertumbuhan penduduk, negara pun
memantapkan posisinya dalam perekonomian global. Laju lalu lintas barang ke dalam dan keluar pun menjadi rutinitas perdagangan
nasional. Produksi tidak terbatas pada pemenuhan barang konsumtif tetapi juga barang modal. Impor menjadi sebuah kebutuhan baru.
5. Jaman Konsumsi Massal yang Tinggi
Akibat naiknya pendapat masyarakat dalam perekonomian, konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok, tetapi meningkat ke
kebutuhan yang lebih tinggi. Pada fase terakhir ini, investasi tidak lagi menjadi tujuan yang paling utama. Karena ketika taraf kedewasaan
dicapai maka terjadi surplus ekonomi akibat stabilitas.
22
22
Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, h. 26.
Syamsyiah Badrudin dalam sebuah tulisan mengatakan bahwa merumuskan pembangunan melalui kebijakan ekonomi dalam banyak hal
membuktikan keberhasilan.
23
Dikatakan berhasil ketika beberapa faktor berikut sangat dipertimbangkan yaitu seperti kebijakan ekonomi di negara-negara tersebut
yang umumnya dirumuskan secara konsepsional dengan melibatkan pertimbangan dari aspek sosial lingkungan serta didukung mekanisme politik yang bertanggung
jawab sehingga setiap kebijakan ekonomi dapat diuraikan kembali secara transparan, adil dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.
24
Dalam aspek sosial, bukan saja aspirasi masyarakat ikut dipertimbangkan tetapi juga keberadaan
lembaga-lembaga sosial social capital juga ikut dipelihara bahkan fungsinya ditingkatkan. Sementara dalam aspek lingkungan, aspek fungsi kelestarian natural
capital juga sangat diperhatikan demi kepentingan umat manusia. Dari semua itu, yang terpenting pengambilan keputusan juga berjalan sangat bersih dari beragam
perilaku lobi yang bernuansa kekurangan moral hazard yang dipenuhi kepentingan tertentu vested interest dari keuntungan semata rent seeking.
25
Pada akhirnya seringkali terdapat statement bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri self
sustaining process tergantung kepada manusia dan struktrur sosialnya, sehingga pembangunan bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai usaha pemerintah
belaka.
26
Hal ini tak sepenuhnya benar, karena dalam proses pembangunan
23
Syamsiah Badruddin, “Teori dan Indikator Pembangunan,”
24
Syamsiah Badruddin, “Teori dan Indikator Pembangunan.”
25
Syamsiah Badruddin, “Teori dan Indikator Pembangunan.”
26
H. Bintoro Tjokromidjojo dan Mustopadidjaja A.R., Teori Strategi Pembangunan Nasional Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990, h. 1.
terdapat stakeholder yang saling berkaitan yaitu, Negara, Pasar pengusaha, dan Masyarakat. Dalam pengelolaan negara, Indonesia telah bertekad berpijak pada
asas keadilan sosial sebagai tujuan akhir dari pembangunan. Semua strategi dan kebijakan serta pelaksanaan pembangunan dipilih untuk kemaslahatan bersama,
keseimbangan antara si kaya dan si miskin yang kemudian harus selalu di perkecil untuk menghindari ketidakadilan. Hal ini bukan tanpa dasar bahwa keadilan sosial
sebagai syarat utama sebuah pembangunan harus dihadapkan dengan realitas masyarakat Indonesia yang dihuni oleh berbagai macam kultur, adat, agama dan
etnis yang beragam sehingga tanpa adanya tali keadilan niscaya keragaman tersebut mudah menyulut keretakan.
27
B. Pasar Tradisional
1. Pengertian, manfaat dan fungsi
Dalam arti yang luas, pasar merupakan sebuah bentuk transaksi jual beli yang melibatkan keberadaan produk barang atau jasa dengan alat tukar berupa
uang atau alat tukar lainnya sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua belah pihak.
28
Menurut Clifford Geertz pasar tradisional merupakan suatu lembaga ekonomi dan suatu cara hidup, suatu bentuk umum
kegiatan perdagangan yang mencakup semua segi kehidupan masyarakat disamping merupakan suatu alam kebudayaan masyarakat yang hamper-hampir
27
Ahmad Erani Yustika, Negara Vs. Kaum Miskin, h. 3.
28
Harry Waluyo, Pasar Tradisional Sebagao Daya Tarik Wisata Belanja Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, 2006, h, 4.
saja merupakan suatu kebulatan yang lengkap.
29
Pasar tersebut merupakan latarbelakang kongkrit bagi segala bentuk kegiatan, suatu lingkungan hidup yang
dalam pandangannya bersifat alamiah disamping bersifat kultural yang seluruh kehidupan dibentuk olehnya. Ada beberapa point of view yang kita dapat gunakan
untuk menganalisa sebuah pasar dengan segala proses kegiatan didalamnya, Geertz menyatakan, untuk dapat memahami pasar dalam bentuknya yang luas,
kita harus melihat dari tiga sudut pandang. Sudut pandang pertama, yaitu sebagai suatu pola aliran barang dagang dan
jasa. Salah satu ciri pasar yang menonjol adalah jenis barang yang diperjualbelikan tidak besar, mudah dibawa, bahan pangan yang mudah disimpan,
tekstil, barang pecah belah kecil dan sejenisnya. Kedua, sebagai sebuah suatu kumpulan mekanisme ekonomi yang mempertahankan dan mengatur aliran-aliran
barang dan jasa, yaitu menjaga ciri khas sistem tawar-menawar dalam setiap transaksi, apapun barangnya meskipun ukurannya kecil, lakunya sangat cepat.
Barang-barang mengalir sangat cepat di jalur pasar dan melalui transaksi kecil yang banyak. Aliran barang tersebut tidak bersifat langsung, namun cenderung
berputar-putar dari satu pedangang ke pedagang lain untuk waktu yang cukup lama. Dan yang ketiga, sebagai sebuah sistem sosial dan kultural di dalam mana
mekanisme tersebut berada. Pasar bukan sekedar sarana distribusi yang sederhana, tetapi juga sebagai tempat memproduksi barang yang diperlukan. Karena pada
29
Taufik Abdulllah, ed., Agama, Etos Kerja dan Perkembangan EkonomI Jakarta: LP3ES, 1982, h. 161.
umumnya barang yang diperdagangkan dalam pasar diolah dan dibuat di dalam pasar juga.
30
Sebagai sekumpulan mekanisme ekonomi yang memelihara dan mengatur aliran barang dan jasa, ada beberapa hal penting yang menurut Geertz harus
diperhatikan yaitu: suatu sistem harga bergeser, suatu neraca kredit yang kompleks yang dikelola secara hati-hati dan terbaginya resiko dari laba.
31
Hal yang disebutkan tersebut merupakan beberapa ciri yang terjadi di dalam
mekanisme penjualan barang dan jasa di pasar tradisional. Ketiga hal itu tidak dapat dipisahkan dari peran pedagang pasar sebagai pelakunya. Pedagang-
pedagang pasar adalah individu-individualis dalam pengertian bahwa mereka bekerja sendiri-sendiri lepas dari organisasi ekonomi, mengambil keputusan sama
sekali atas dasar apa yang menurut pandangan mereka adalah kepentingan mereka sendiri.
32
Hubungan antara pedagang pasar adalah hubungan sosial yang sangat spesifik yaitu hubungan perdagangan yang dipisahkan secara berhati-hati dari
relasi kemasyarakatan umum.
33
Persahabatan, hubungan tetangga dan bahkan hubungan kekerabatan adalah suatu hal, sedangkan perdagangan adalah hal yang
lain. Tawar-menawar, hutang piutang dan persekutuan dagang umumnya bebeas dari kekangan norma yang batasannya samar-samar. Jadi, ekonomi pasar
tradisional itu diatur oleh kebiasaan-kebiasaan tetap yang diperkuat oleh
30
Abdulllah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, h. 161.
31
Abdulllah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, h. 162.
32
Abdulllah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, h. 164.
33
Abdulllah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, h. 165.