“Sekarang sih udah enak, masuk SD dan SMP tidak bayar, coba dulu, boro-boro buat sekolah, buat makan sehari aja nemu, udah bers
yukur”
56
Dari wawancara tersebut, masalah yang sering diutarakan bila berkaitan dengan alasan berdagang adalah penghasilan ekonomi yang rendah berdampak
pada pendidikan. Maka dari itu banyak masyarakat yang berpendidikan rendah serta perekonomiannya dibawah rata-rata memasuki sektor informal dikarenakan
kurang terserapnya tenaga produktif yang berurbanisasi dari desa ke kota. Begitupun penghasilan pedagang yang diwawancarai oleh peneliti, P seorang
penjual buah yang dahulu mempunyai kios kini tidak lagi menuturkan.
“Kalo masalah modal, kita itung-itungannya perhari, karena sekarang disesuaikan kondisi. Pendapatan yang sekarang mah berkurang drastis, palingan 250
ribu. Itu belum dihitung ongkos lain-lain yang gak keliatan. Jadi kalo perhitungan saya, sebulan kadang dapat dikit keuntungan kadang enggak”
57
Percakapan diatas tidak jauh berbeda dengan percakapan dengan pedagang lainnya, karena akibat penggusuran yang telah terjadi cukup membuat penurunan
drastis pendapatan para pedagang. Faktanya banyak dari kios pedagang disewakan untuk gudang pakaian, obat dan sebagainya. Sedangkan para pemiliknya
berdagang ditempat lain, karena kecewa dengan kondisi pasar.
56
Wawancara Pribadi dengan informan UK, Bekasi, 5 Maret 2011.
57
Wawancara Pribadi dengan informan P, Bekasi, 5 Maret 2011.
43
BAB IV
Temuan Hasil Penelitian
A. Resistensi Pedagang Pasar Sumber Arta
Resistensi tidak selalu terlihat, karena implementasi dari resistensi itu sendiri berbeda-beda.
Ada yang hanya sekedar “tidak ikut”, apatis, sampai pada aksi “perlawanan”, tergantung dari kadar perubahan maupun kekuatan
individukomunitas yang resisten. Kadar perubahan itulah yang akan menentukan sikap perlawanan yang akan tercipta, bagaimana strategi melawan tersebut
dilakukan serta seperti apa bentuknya. Fenomena pembangunan apartemen dan penggusuran Pasar Sumber Arta
di Kampung Cibening merupakan perubahan besar bagi pedagang. Apartemen yang memperoleh izin dari Walikota Bekasi kini terhenti prosesnya seiring waktu.
Menurut salah satu pekerja pengelola pasar, proses terhenti disebabkan Walikota Bekasi Moechtar Mohammad terjerat kasus korupsi sehingga berimbas pada
proses penyelesaian apartemen. Transaksi pembelian apartemen juga terhenti karena belum jelasnya status Pasar Sumber Arta, apakah ditiadakan atau
direlokasi kembali dari penampungan sementara. Pemerintah Kota Bekasi sebagai stakeholder yang mempunyai wewenang
dalam merencanakan pembangunan tata ruang kota ternyata baru memiliki
masterplan di tahun 2011 ini.
57
Masterplan sebagai sebuah cetak biru bagi sebuah kota merupakan hal yang vital mengingat akan menentukan arah perkembangan
kota tersebut. Perencanaan yang strategis untuk membangun sebuah tata ruang kota juga menjadi aspek penting, misalnya aspek sejarah, ekonomi dan sosial-
budaya.
58
Maka diperlukan sebuah kerangka membangun yang mempunyai relasi fungsional misalnya pembangunan apartemen di Kampung Cibening seharusnya
tidak sampai mengganggu keberadaan lingkungan sekitar yaitu Pasar Sumber Arta. Namun kenyataan di lapangan mengungkapkan terjadinya penggusuran
hingga ketidakjelasan status pasar tradisional tersebut. Terkait dengan pembangunan apartemen di tengah lokasi Pasar Sumber Arta, dapat dikatakan
bahwa pembangunan apartemen berada diluar rencana masterplan Kota Bekasi. Hal ini diperkuat dengan kurangnya sikap proaktif dari wakil rakyat daerah Bekasi
dalam mengawasi pembangunan apartemen. Bila dilihat dari analisa budaya, apartemen merupakan salah satu jawaban
alternatif bagi masyarakat yang tingkat mobilitasnya tinggi. Masyarakat bermobilitas tinggi biasanya identik dengan masyarakat perkotaan dimana segala
akses dan mobilitas diutamakan. Maka seharusnya apartemen lebih cocok berada di tengah kota bukan dipinggiran kota seperti di Kampung Cibening. Selain itu
fakta bahwa terdapat pasar tradisional masyarakat yang digusur demi kepentingan pembangunan apartemen merupakan bukti konkrit bahwa Pemerintah Kota Bekasi
lamban dalam mengatasi gejolak sosial seperti ini.
57
Teguh setiawan, “Kota Bekasi Masih Tunggu Masterplan,” artikel diakses pada 19 September
2011 dari http:bataviase.co.idnode406468
58
Dony, “Konsep Pembangunan Kota,” artikel diakses pada 20 September 2011 dari http:kotabekasinews.blogspot.com200912konsep-pembangunan-kota.html
Kembali pada konteks fenomena Pasar Sumber Arta, sebelum melakukan proses penggusuran pihak pengelola telah melakukan sosialisasi terhadap
pedagang dalam bentuk edaran yang ditempel di dinding-dinding kios hingga pertemuan diantara keduanya.
59
Rentang waktu sosialisasi resmi dari pihak pengelola adalah satu bulan, sedangkan isu penggusuran telah didengar para
pedagang sudah lama. Ini terjadi karena kedekatan beberapa sekuriti dengan para pedagang, karena rata-rata sekuriti adalah warga kampung Cibening yang bekerja
di kantor Pasar Sumber Arta. Pada proses akhir diputuskan pasar tetap digusur dengan beberapa penggantian yang diajukan oleh pihak pengelola. Pertama,
pedagang akan dibuatkan penampungan sementara untuk pengganti pasar lama. Sedangkan yang kedua, pihak pengelola berjanji akan membangun pasar baru
dengan infrastruktur yang lebih bagus. Perubahan sosial yang dialami pedagang pasar Sumber Arta menjadi
sebuah inspirasi untuk melakukan gerak perlawanan. Penggusuran pasar seluas 2 hektar
menjadi ± 1 hektar telah berganti dengan bangunan apartemen yang
hingga tulisan ini ditulis belum selesai pengerjaannya. Kondisi penampungan yang tidak sesuai dengan harapan pun menambah rasa kecewa pedagang terhadap
pengelola yang seakan kurang peduli dengan nasib mereka. Menurut AM, salah satu faktor penggusuran Pasar Sumber Arta adalah karena terjadi permainan kuasa
oleh pemilik, yaitu dapat berdirinya apartemen di tengah pasar karena pemilik apartemen tersebut masih satu keluarga dengan Pak Entong.
60
59
Wawancara Pribadi dengan informan, Bekasi, 21 Maret 2011.
60
Wawancara Pribadi dengan informan, Bekasi, 23 Juli 2011.