Berdasarkan Mata Pencaharian
C. Kondisi Ekonomi
Struktur ekonomi masyarakat di kampung Cibening pada umumnya bergerak di sektor jasa perdagangan dan industri kecil. Perekonomian ini didukung oleh
Usaha Menengah Kecil UKM yang berjumlah sembilan yang antara lain yaitu:
54
54
Data di dapat dari Kelurahan Bintara Jaya, 9 Juli 2011.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pergerakan sektor ekonomi kampung Cibening sebenarnya terletak pada sektor informal. Hal ini
diperkuat bila dilihat tingkat pendidikan dan mata pencaharian. Sumber Arta sebagai sebuah pelampung gejolak sosial pengangguran di
kampung Cibening juga mempunyai peran besar dalam menyerap pengangguran. Seorang pedagang mengungkapkan salah satu alasan mengapa dirinya berjualan
adalah ketidakinginannya untuk menganggur, maka pedagang tersebut memutuskan untuk berjualan. Disamping alasan keengganan untuk menganggur,
faktor lainnya adalah pendidikan yang tergolong rendah, yaitu lulusan SMP. Di kampung Cibening terdapat 8.772 orang yang lulus sampai SMP saja selebihnya
memilih bergerak di sektor informal. Pedagang pasar Sumber Arta terdiri dari berbagai macam etnis, suku dan agama. Dalam sebuah wawancara P menuturkan.
“Para pedagang tersebut banyak yang datang dari luar daerah, rata-rata dari mereka datang ke sini karena mengikuti saudara mereka yang telah dulu berjualan disini
dan ada juga yang memang sudah tu run temurun”
55
Berdasarkan wawancara dan observasi para pedagang rata-rata mengontrak rumah petakan di belakang pasar, meski ada juga yang sudah
mempunyai rumah sendiri. Sebut saja UK seorang bos daging yang berdagang di pasar semenjak tahun 90-an yang kini telah mempunyai rumah pribadi dan
memiliki 8 orang anak buah yang semuanya berjualan daging. Menurutnya mengapa mereka berjualan, alasannya adalah perekonomian keluarga yang tidak
mendukung untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar dapat mencari pekerjaan.
55
Wawancara Pribadi dengan informan P, Bekasi, 5 Maret 2011.
“Sekarang sih udah enak, masuk SD dan SMP tidak bayar, coba dulu, boro-boro buat sekolah, buat makan sehari aja nemu, udah bers
yukur”
56
Dari wawancara tersebut, masalah yang sering diutarakan bila berkaitan dengan alasan berdagang adalah penghasilan ekonomi yang rendah berdampak
pada pendidikan. Maka dari itu banyak masyarakat yang berpendidikan rendah serta perekonomiannya dibawah rata-rata memasuki sektor informal dikarenakan
kurang terserapnya tenaga produktif yang berurbanisasi dari desa ke kota. Begitupun penghasilan pedagang yang diwawancarai oleh peneliti, P seorang
penjual buah yang dahulu mempunyai kios kini tidak lagi menuturkan.
“Kalo masalah modal, kita itung-itungannya perhari, karena sekarang disesuaikan kondisi. Pendapatan yang sekarang mah berkurang drastis, palingan 250
ribu. Itu belum dihitung ongkos lain-lain yang gak keliatan. Jadi kalo perhitungan saya, sebulan kadang dapat dikit keuntungan kadang enggak”
57
Percakapan diatas tidak jauh berbeda dengan percakapan dengan pedagang lainnya, karena akibat penggusuran yang telah terjadi cukup membuat penurunan
drastis pendapatan para pedagang. Faktanya banyak dari kios pedagang disewakan untuk gudang pakaian, obat dan sebagainya. Sedangkan para pemiliknya
berdagang ditempat lain, karena kecewa dengan kondisi pasar.
56
Wawancara Pribadi dengan informan UK, Bekasi, 5 Maret 2011.
57
Wawancara Pribadi dengan informan P, Bekasi, 5 Maret 2011.