BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Partai Gerakan Indonesia Raya Gerindra merupakan salah satu partai politik baru yang ikut pemilihan umum 2009. Partai Gerindra sebagai partai
politik resmi dideklarasikan pada 6 Februari 2008.
1
Walaupun kemunculan Partai Gerindra tergolong baru dalam pentas politik Indonesia, tapi Partai Gerindra
sudah mampu mempublikasikan dan mensosialisasikan partainya kepada masyarakat Indonesia. Terbukti dari program-program politik yang dilakukan
Partai Gerindra untuk mengambil perhatian dan kepercayaan masyarakat Indonesia dengan membawa visi-misi dan cita-cita politiknya dalam menghadapi
pemilu 2009. Usaha-usaha yang dilakukan Partai Gerindra itu termasuk rangkaian dari proses kampanye politik. Kampanye politik Partai Gerindra adalah sebuah
langkah untuk menyampaikan ide-ide serta gagasan politik Partai Gerindra kepada masyarakat dan mempengaruhi opini publik sehingga partai ini memperoleh
dukungan suara untuk mengisi jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan. Partai Gerindra melibatkan bidang-bidang dalam struktur organisasi untuk
ikut membantu berjalannya kampanye politik. Salah satu bidang dalam struktur organisasi Partai Gerindra yang terlibat dalam kampanye adalah humas hubungan
masyarakat. Humas Partai Gerindra menjadi penghubung antara internal partai dengan masyarakat melalui kampanye yang dilakukan. Partai Gerindra sebagai
organisasi sosial politik menempatkan humas di posisi yang sangat penting untuk membantu menjalankan aktivitas-aktivitas politiknya. Program kerja Humas
DPP Partai Gerakan Indonesia Raya Gerindra, Tanya Jawab Seputar Partai Gerindra Jakarta: Gerindra, 2008, h. 3.
Partai Gerindra meliputi usaha mengevaluasi dan memantau opini publik yang berkembang di masyarakat. Opini publik terbentuk dari komunikasi yang
dilakukan secara berkesinambung oleh partai politik kepada masyarakat. Hasil akhir yang ingin dicapai adalah kepercayaan masyarakat terhadap partai yang
bersangkutan. Usaha Humas adalah usaha untuk mempengaruhi opini publik sebagai
bagian integral dari seluruh aktivitas politik untuk memenangkan dukungan mayoritas dalam sebuah sistem pluralistik. Kalangan mayoritas hanya bisa
menang jika sebuah visi politik dirumuskan dalam kampanye dan dipropagandakan secara publik.
2
Dengan cara itulah Partai Gerindra mewujudkan ide-ide politik serta menggunakannya untuk mengambil alih dukungan publik.
Humas Partai Gerindra membuat posisi yang jelas di depan publik dengan cara mempertahankan ide-ide politiknya dengan melakukan pencitraan positif.
Serta berusaha meraih dukungan massa dalam rangka memenangkan wacana- wacana politik. Masa-masa sebelum pemilihan umum adalah momen untuk saling
menampilkan keunggulan masing-masing. Oleh karena itu, butuh strategi-strategi khusus untuk merumuskan dan menampilkan keunggulan yang dimiliki partai
dengan cara efektif dan efisien. Adapun produk atau hasil kerja Humas Partai Gerindra adalah
memenangkan dukungan publik untuk ide politik yang spesifik. Dukungan ide yang spesifik dibutuhkan dalam persaingan politik melawan ide pihak lain atau
mengkonfrontasi pandangan yang kurang efektif dengan menggunakan fakta-fakta sebagai alasan agar citra Partai Gerindra dapat diunggulkan. Karena fungsi
2
Harmuut Hess, Pekerjaan Partai dalam Partai-partai Sosial Demokrat Jakarta: Sumber Rejeki, 2006, h. 66.
program atau kegiatan humas yang utama adalah melaksanakan upaya-upaya untuk menumbuhkan, memelihara dan membangun citra. Dalam hal ini, citra
image yang positif dan menguntungkan tentunya, sama sekali bukan untuk membangun citra yang negatif atau merugikan.
3
Dalam kasus apapun, citra haruslah benar dan organisasi haruslah memiliki kredibilitas. Setiap keputusan dan citra yang dibangun Partai Gerindra serta
aktivitas apapun yang dilakukan partai memiliki dampak bagi masyarakat. Begitu juga dengan tugas Humas Partai Gerindra mempublikasikan visi-misi dan pesan-
pesan politik yang dijanjikan oleh partai politik kepada masyarakat. Janji-janji itu harus diaplikasikan menjadi program kerja Partai Gerindra. Usaha-usaha humas
yang ditargetkan untuk mencapai dan mengaplikasikan program kerjanya menjadi sangat vital karena pesan yang ditransmisikan kepada masyarakat sejalan dengan
perbuatan dan aktifitas partai sehari-hari. Hanya dengan demikian, Partai Gerindra nantinya akan memiliki kredibilitas di mata masyarakat. Segala aktivitas politik
yang dilakukan partai politik dalam pembentukan image partai tersebut merupakan bagian dari proses kampanye yang dilakukan humas.
Kampanye yang dilakukan Humas Partai Gerindra ibarat fungsi pemasaran menawarkan “dagangan” partai politik kepada konsumen politik yakni pemilih
masyarakat. Jadi relasinya bagaikan antara produsen dengan konsumen. Lazimnya biaya senantiasa ditanggung oleh sang produsen.
4
Barang dagangan partai politik maksudnya di sini adalah janji-janji politik untuk perubahan
Indonesia ke arah yang lebih baik sebagai daya jual efektif yang ditawarkan
Teuku May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional Bandung: PT Rafika Aditama, 2005, h. 81.
Anas Urbaningrum, Melamar Demokrasi: Dinamika Politik Indonesia Jakarta: Republika, 2004, h. 268-269.
kepada masyarakat. Masyarakat inilah yang dipengaruhi opininya oleh Partai Gerindra, kemudian masyarakatlah yang memutuskan untuk memilih atau tidak
Partai Gerindra sebagai pilihan dalam pemilihan umum. Untuk menjembatani proses pencapaian tujuan kampanye yang dilakukan
Humas Partai Gerindra agar menjadi pilihan masyarakat dalam pemilu, Humas Partai Gerindra menggunakan sarana untuk menunjang program-program
kampanyenya. Salah satu sarana yang digunakan adalah media massa. Media massa membantu mengarahkan masyarakat menjadi pemberi suara untuk kandidat
yang diusung Partai Gerindra dalam pemilihan umum. Seperti yang dikemukakan oleh Peter Rossi seorang tokoh komunikasi menegaskan bahwa “sikap
predisposisi pemberi suara digerakkan oleh media massa, presisi seperti iklan menggerakkan pembeli.” Pemberi suara terombang-ambing di antara kandidat
yang satu dengan kandidat yang lain.
5
Jadi media massa membantu mempengaruhi sikap pemilih untuk memilih Partai Gerindra dalam persaingan
dengan partai politik lain. Otomatis media massa membantu humas dalam melaksanakan fungsi publikasi dalam kampanye untuk meraih suara dalam
pemilihan umum 2009. Kampanye pemilu 2009 adalah kampanye terpanjang, berlangsung hampir
sembilan bulan, mulai dari 12 Juli 2008 hingga 3 hari sebelum hari “H” pemilihan pada 9 April 2009. Partai Gerindra sebagai salah satu dari 18 partai baru yang ikut
dalam pemilu 2009 sangat sadar perlu ikut melakukan kampanye politik yang benar-benar efektif untuk memperkenalkan partai dan menarik perhatian publik.
Partai baru bukan menjadi alasan yang menghambat optimisme untuk meraih
Dan Nimmo, Komunikasi Politik Khalayak dan Efek Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000, h. 187-188
suara yang besar dalam pemilu 2009. Optimisme Partai Gerindra diperkuat dengan besarnya alokasi dana yang disiapkan. Partai Gerindra mengeluarkan dana
yang tidak sedikit dalam kampanye politiknya. Hal itu terbukti dengan Partai Gerindra menjadi partai terkaya dalam pemilu 2009 dengan saldo awal kampanye
sebanyak Rp. 15 Miliar.
6
Sebagai partai baru, Partai Gerindra berusaha mengoptimalkan komunikasinya melalui media massa.
Kampanye politik adalah sebuah mekanisme pemilu yang membutuhkan dukungan media massa untuk menjadikan partai dikenal orang banyak. Kaitan
antara media massa dan tingkah laku pemilih dalam pemilihan umum sesuai dengan kajian seorang ilmuan komunikasi, Sidney Kraus dan Denis David,
mereka berpendapat bahwa media massa memainkan peranan penting dalam kampanye pemilu.
7
Peranan media massa sangatlah penting karena dapat menunjang suasana kehidupan politik yang dinamis, di mana berbagai nilai, rencana, pesan, kebijakan,
aspirasi, dan informasi dapat dikomunikasikan secara luas dan terbuka sebelum pemilu. Media massa menjadi katalisator yang mengkomunikasikan aktivitas
partai kepada masyarakat. Masyarakat akan dapat dengan mudah mengetahui apa saja yang dilakukan partai-partai politik. Alhasil, hal ini dapat mempengaruhi
opini publik. Persepsi masyarakat terhadap Partai Gerindra atau kandidatnya dapat dibentuk melalui kampanye pada pemberitaan media massa. Sehingga pada
akhirnya dapat mempengaruhi masyarakat untuk memberikan suara pada pemillu.
6
Tan We Ling, “Sinergi Indonesia”, 4 juni 2009 Jakarta: Tiongha Indonesia, h. 12. Maswardi Rauf dan Mappa Nasrun, Indonesia dan Komunikasi Politik Jakarta: PT
Gramedia, 1993, h. 25.
Memberikan suara adalah salah satu tindakan terakhir dalam kampanye pemilihan umum, suatu rangkaian yang panjang dan kadang-kadang memanas
membentuk proses komunikasi. Untuk memahami ciri dasar kampanye politik sebagai dasar komunikasi ada baiknya kita meninjau kembali secara singkat
perspektif dasar kita tentang kegiatan manusia.
8
Manusia sebagai makluk sosial memerlukan orang lain untuk berkomunikasi. Begitu juga organisasi sosial politik
seperti Partai Gerindra, menjalankan komunikasi merupakan suatu keniscayaan. Segala usaha persiapan yang dibutuhkan Partai Gerindra untuk melaksanakan
kampanye merupakan bagian dari proses komunikasi politik. Komunikasi poitik yang dimaksud dalam hal ini adalah semua hal yang
dilakukan oleh partai politik untuk mentransfer sekaligus menerima umpan-balik tentang isu-isu politik berdasarkan semua aktivitas yang dilakukannya terhadap
masyarakat. Isu politik ini dilihat dalam perspektif yang sangat luas dan sangat terkait dengan usaha partai politik untuk memposisikan dirinya dan membangun
identitas dalam rangka memperkuat image-nya dalam benak masyarakat; isu politik tersebut dapat berupa ideologi partai, program kerja partai, figur
pemimpin partai, latar belakang pendirian partai, visi dan tujuan jangka panjang partai, dan permasalahan-permasalahan yang diungkapkannya.
9
Adapun komunikasi politik yang dilakukan oleh Humas Partai Gerindra khususnya dalam masa-masa kampanye menghadapi pemilu adalah suatu bentuk
untuk mencapai partisipasi politik warga negara Indonesia. Sebagai bagian dari organisasi politik, humas dimaksudkan untuk mencapai suksesi dalam
pelaksanaan kampanye politik Partai Gerindra. Yaitu bagaimana partai ini secara
8
Ibid., h. 172. Firmanzah, Marketing Politik Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, h. 257.
maksimal berusaha mempengaruhi publik secara sistematis untuk menjatuhkan pilihannya pada parpol tersebut sebagai upaya meraih suara sebanyak-banyaknya
dalam pemilu. Partai Gerindra melaksanakan komunikasi politiknya untuk meraih suara
pada pemilu 2009. Terbukti dari kampanye Partai Gerindra yang berkesinambungan yang dilakukan melalui media massa untuk meraih suara
dalam pemilu membuahkan hasil. Partai Gerindra mendapat suara 4.646.406 4,46 dari jumlah pemilih saat itu sebanyak 121.588.366 orang. Jumlah suara
yang terbesar adalah Partai Demokrat dengan jumlah 21.703.137. Partai Gerindra memperoleh 26 kursi dari 560 kursi DPR yang diperebutkan. Partai Gerindra
termasuk salah satu dari 9 partai yang lolos pada ambang batas untuk dapat mengirim wakilnya di DPR sebesar 2,5 suara sah nasional dari 38 partai
nasional yang ikut pemilu.
10
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi dalam sistem politik yang sangat penting. Komunikasi politik menyalurkan aspirasi dan kepentingan politik
rakyat menjadi input sistem politik dan pada waktu yang sama ia menyalurkan kebijakan yang diambil atau output dari sistem politik itu. Melalui komunikasi
politik, rakyat memberikan dukungan dan menyampaikan aspirasi sekaligus melakukan pengawasan terhadap sistem politik. Melalui itu pula rakyat
mengetahui apakah dukungan dan aspirasi serta pengawasan itu tersalur atau tidak
10
Tan We Ling, “Sinergi Indonesia”, h. 13.
sebagaimana dapat mereka simpulkan dari berbagai kebijakan politik yang diambil.
11
Komunikasi politik dalam kampanye yang dilakukan Humas Partai Gerindra merupakan usaha untuk menyampaikan pesan-pesan politik partai tersebut.
Adapun masalah-masalah yang diangkat dalam pesan-pesan politiknya adalah seputar masalah sosial, ekonomi, suksesi, kebulatan tekad, seputar rekruitmen
politik serta tentang demokrasi. Karena itu dalam sebuah negara demokrasi, komunikasi politik sudah diterapkan sebagai poin penting yang harus dilakukan
oleh seluruh pihak-pihak yang berpartisipasi dalam proses demokrasi. Pihak-pihak itu bisa jadi yang berasal dari pemerintah yang sedang berkuasa, partai-partai
politik serta para elit politik. Setiap hari, elit politik dan partai politik Menyampaikan argumentasi pada berbagai forum baik resmi atau tidak resmi dan
berbagai komentar yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Selain para elit politik yang melakukan komunikasi, masyarakat juga
ikut berpartisipasi dalam komunikasi ini. Masyarakat menyampaikan aspirasi politiknya kepada partai politik dan itu adalah bentuk dari komunikasi politik.
Sehingga komunikasi politik yang terjadi adalah komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah dyadic berarti komunikasi yang tidak hanya
dilakukan oleh partai politik kepada masyarakat, tetapi juga dari masyarakat kepada partai politik. karena kondisi dari masyarakat yang beraneka ragam,
tersebar dan terkadang tidak terorganisir, akan sulit membayangkan adanya sistematisasi komunikasi pesan yang dilakukan masyarakat kepada partai politik.
12
Maswardi Rauf dan Mappa Nasrun, Indonesia dan Komunikasi Politik, h. 3. Firmanzah, Marketing Politik, h. 257.
Oleh karena itu Partai Gerindra sebagai organisasi yang terorganisir harus mengambil inisiatif untuk mentransfer sekaligus merumuskan pesan yang
disampaikan masyarakat. Humas Partai Gerindra bertugas merangkum dan menganalisis pesan-pesan yang tersembunyi di balik peristiwa yang terjadi. Harus
diketahui bahwa bahwa pesan tersembunyi tersebut merupakan pesan yang disampaikan oleh masyarakat kepada elit politik dan harus ditanggapi. Karena
humas paling dekat posisinya dengan masyarakat. Komunikasi politik yang dilakukan humas partai politik untuk mengusung
elit politik melewati proses arus komunikasi “ ke atas” dan “ ke bawah” . Arus komunikasi ke atas adalah agregasi kepentingan dan partisipasi politik. Agregasi
kepentingan adalah salah satu fungsi universal yang dijalankan oleh sistem politik. Sebagaimana ditunjukkan oleh Almond, fungsi agregasi bertujuan
menghimpun kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat untuk kemudian dijadikan kebijaksanaan oleh berbagai struktur politik, termasuk partai
politik. Bila kita memusatkan perhatian pada fungsi agregasi yang dijalankan partai politik, kita dapat memahami bahwa sasaran terpenting yang ingin dituju
oleh proses agregasi itu adalah pemerintah.
13
Sedangkan arus komunikasi ke bawah meliputi output melalui kebijakan dari pemerintah. Partai Gerindra dalam
hal ini menjalankan fungsi agregasi untuk menghimpun kepentingan-kepentingan masyarakat melalui komunikasi politik yang dilakukan elit politik.
Komunikasi politik yang dilakukan para elit politik yang diusung melalui kempanye humas Gerindra merupakan usaha yang dilakukan untuk menjaga
eksistensi partai tersebut dalam persaingan dan kompetinsi partai di kancah
13
Maswardi Rauf dan Mappa Nasrun, Indonesia dan Komunikasi Politik, h. 30.
perpolitikan. Karena itu, komunikasi politik berbanding lurus dengan eksistensi sebuah partai politik. Partai Gerindra seperti hal partai lain membutuhkan
partisipasi politik dan dukungan massa dalam menghadapi pemilu 2009. Semakin Partai Gerindra melembagakan dukungan massa maka semakin kokohlah
keberadaanya di tengah masyarakat. Melalui humaslah dipertaruhkan hidup mati sebuah partai dalam persaingan meraih dukungan pada pemilu 2009.
Pada dasarnya kekokohan sebuah partai itu melalui 3 tahapan. Pada tahap pertama
, ukuran kekokohan partai dapat dilihat dari kemampuannya untuk mempertahankan pendirinya atau para pimpinan karismatik yang pertama kali
membawa kepuncak kekuasaan. Aspek kedua, kompleksitas kedalaman organisasional. Hal ini bisa disimak dari keakraban antara partai politik dengan
sejumlah organisasi sosial ekonomi seperti serikat buruh dan paguyuban kaum tani. Aspek ketiga, yang menjadi indeks kekokohan partai selalu berkaitan dengan
sejauhmana aktivitas politik dan pedamba kekuasaan identik dan larut bersama dengan partai; serta sejauh mana mereka mampu memandang partai sebagai
sebuah wahana guna mencapai berbagai tujuan.
14
Berdasarkan 3 tahapan kekokohan partai di atas, humas peran penting membantu tahapan kekohan sebuah partai politik. Pada tahap pertama Partai
Gerindra memunculkan kharismatik ketokohan dalam rangka memperkuat kekohan partainya yang masih baru pada pemilu 2009. Dengan hadirnya Prabowo
Subianto sebagai Cawapres yang koalisi dengan Capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP yakni, Megawati Soekarno Putri. Sekilas koalisi
yang dibangun karena mempunyai kesamaan latar belakang yaitu nasionalis
14
Samuel P. Huntington, Tertib Politik Pada Masyarakat yang Sedang Berubah Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003, h. 485
sekuler. Namun ada perbedaan yang prinsip dan nilai di antara mereka. Adapun tim pendukung koalisi ini adalah PNI Marheinisme, Partai Buruh, Partai Karya
Perjuangan, Partai Merdeka, Partai Kedaulatan, PSI, dan Partai Persatuan Nahdatul Ulama Indonesia.
15
Pada tahap kedua demi kompleksitas kedalaman organisasional partai Gerindra merangkul organisasi sosial ekonomi dengan gagasan ekonomi
kerakyatan yang di usung sebagai tema-tema pendekatan politik dalam proses kampanye partai tersebut. Tahap ketiga adalah dengan melakukan program-
program untuk membenahi kembali internal Partai Gerindra. Menghadapi pemilu 2009 ketiga tahapan di atas merupakan bagian dari
orientasi komunikasi politik tidak hanya dilakukan oleh Humas Partai Gerindra saja. Tapi semua partai yang ikut pemilu 2009 punya orientasi komunikasi yang
sama. Partai politik berlomba-lomba mempersiapkan strategi dalam rangka menghadapi pemilu 2009. Dibandingkan pemilu 2004, pada pemilu 2009 partai-
partai baru lebih banyak jumlahnya ikut mewarnai perpolitikan Indonesia. Bahkan ada partai politik yang baru lahir beberapa bulan sebelum proses-proses kampanye
dan pemilu dilaksanakan. Partai-partai baru inipun, mampu mendapatkan suara yang cukup signifikan mengalahkan jumlah suara partai-partai lama sekalipun.
Tentu saja ini menjadi menarik, dan menimbulkan pertanyaan bagi kita semua apa yang dijanjikan partai-partai baru ini dan apa saja yang dilakukan oleh partai-
partai baru ini dalam rangka membangun komunikasi politik untuk menarik perhatian masyarakat. Sehingga masyarakat memberikan kepercayaan bagi partai-
partai baru yang belum mempunyai pengalaman berkuasa.
15
Tan We Ling, “Sinergi Indonesia,” h. 17.
Partai Gerindra merupakan salah satu partai baru yang membuktikan diri bisa berpartisipasi dan bersaing dalam pemilihan umum sebagai bagian dari
proses demokrasi di Indonesia. Dalam sebuah negara demokrasi, proses pemilihan umum dijadikan tolak ukur. Karena pada saat itulah aspirasi rakyat berjalan untuk
memilih pemimpin yang mereka percaya berkuasa atau wakil rakyat yang akan menduduki posisi pemerintahan. Pemilu adalah bukti bahwa kedaulatan rakyat
melalui sistem perwakilan. Harapan masyarakat tentulah menjadi cita-cita demokrasi. Namun, demokrasi mustahil dapat stabil dalam sebuah negara jika
negara itu tidak memiliki partai politik yang kuat. Indonesia menganut sistem multi partai. Partai politik memiliki kebebasan lahir dan berkembang sejauh sesuai
koridor yang ada dalam negara demokrasi. Mustahil ada sistem kepartaian yang kuat jika mayoritas penduduk tidak terikat secara emosional dan rasional kepada
partai politik. Partai politik menjadikan dukungan masyarakat untuk menjaga eksistensi di sebuah negara demokrasi. Sejarah mencatat dinamika perjalanan
partai politik di Indonesia mengalami pasang surut. Khususnya, pada awal Reformasi timbul krisis kepercayaan terhadap partai politik terutama pada partai
lama. Hal itu membuka peluang dan harapan bagi partai baru untuk mencoba bersaing dengan partai lama dalam pemilu.
Berdasarkan analisa di atas, penulis tertarik melihat dan mengamati kemunculan partai baru dalam perpolitikan di Indonesia di tengah krisis
kepercayaan yang menimpa masyarakat. Ini menjadi menarik jika partai politik baru meraih suara yang cukup besar pada pemilu mengalahkan partai lama. Dalam
hal ini, bisa diangkat salah satu partai politik baru yang fenomenal dalam sejarah pemilu 2009 yaitu Partai Gerindra. Partai Gerindra berhasil meraih 26 kursi DPR
dari 560 kursi yang diperebutkan. Indikasi yang menjadi permasalahan yang ingin
dikemukakan penulis adalah optimalisasi usaha pulikasi yang dilakukan partai baru ini untuk memperkenalkan diri pada masa-masa kampanye. Publikasi yang
dilakukan Partai Gerindra merupakan sebuah proses komunikasi politik. Fokus utama komunikasi politik Partai Gerindra adalah usaha untuk membangun citra
image positif partai. Karena image positif yang ditimbulkan mempengaruhi pilihan masyarakat dalam pemilu. Tugas ini merupakan tanggung jawab dari
Humas Partai Gerindra. Karena itu, penulis bermaksud memilih judul skripsi
“Humas dalam Kampanye Politik: Studi Partai Gerindra Menghadapi Pemilu 2009.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah