Penerjemahan Al-Qur’an Mahmud Yunus

31

BAB III GAMBARAN SINGKAT TENTANG PENERJEMAHAN AL-

QUR’ AN MAHMUD YUNUS DAN H. B. JASSIN

A. Penerjemahan Al-Qur’an Mahmud Yunus

1. Riwayat Hidup Mahmud Yunus Mahmud Yunus lahir pada hari Sabtu 10 Febuari 1899 M di desa Surigayang, Batusangkar, dan Sumatra Barat. Pendidikan Mahmud Yunus dimulai sejak kecil ketika berumur 7 tahun. Beliau mulai belajar membaca Al Q ur’an di bawah bimbingan kakeknya M. Thahir Engku Gandang. Kemudian setelah menamatkan Al-Q ur’an ia menggantikan kakeknya sebagai guru. Dua tahun berikutnya ia melanjutkan studi ke Sekolah Desa dan kemudian meneruskan ke madras school dan mulai memperbaharui sistem kegiatan belajar mengajar dengan menambah sistem halaqoh. Di samping sebagi guru, Mamud Yunus juga melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti mewakili Syekh HM. Thalib pemimpin madrasah menghadiri rapat akbar alim ulama seluruh Minagkabau tahun 1919. Selain itu beliau juga mendirikan Perkumpulan Pelajar-pelajar Islam Batu Sangkat dengan nama „’Sumatra Thawalib’’, dan pada tahun 1920 perkumpulan ini telah menerbitkan Majalah Islam al-Basyir di bawah asuhan Mamud Yunus. Dari semua kegiatan tersebut timbul semangat untuk belajar ke Mesir, namun gagal 32 karena tidak memperoleh visa dari konsul Inggris, tetapi pada bulan Maret 1923 Mahmud Yunus menunaikan ibadah haji lewat Penang, Malaysia. Ketika berusia 25 tahun beliau melanjutkan studinya ke Universitas Kairo dan berhasil memperoleh Syahadah Alamiyah. Kemudian pada tahun 1926 sampai 1930 belajar di madrasah Darul Ulum Ulya. Sebagia orang Indonesia yang pertama kali memasuki Madrasah ini beliau harus bersusah payah untuk dapat bersekolah di Madrasah ini. Beliau mengambil takhashush spesialis tadris sampai memperoleh ijasah tadris. 64 Setelah di Mesir dan Kairo beliau kembali ke Indonesia untuk memperbarui madrasah yang pernah dipimpinnya di Sungayang dengan nama al- Jam’iyah al-Islamiyah, kemudian beliau mendirikan sebuah sekolah yang mendahulukan ilmu pengetahuan agama dan umum yakni Normal Islam. Madrasah inilah yang pertama kali memiliki laboratorium untuk fisika dan kimia di Sumatera Barat. Selain itu, Mahmud juga berkecimpung di bidang jurnalistik, yakni mempelopori berdirinya berbagai majalah di Sumatra Barat, seperti al- Basyir. 2. Karya Tulis Mahmud Yunus Selain sebagai seorang mufassir, Mahmud Yunus juga banyak menulis buku, terutama buku pelajaran agama Islam untuk anak-anak, termasuk pula tafsir dan terjemah Al-Qur ’an, di antaranya yaitu: 64 Dipoloma guru atau pada masa sekarang dikenal dengan istilah akta 4 33 1. Tafsir Al-Qur’an tamat 30 juzz, tahun 1938. 2. Terjemahan Al-Qur’an Tanpa Tafsir, untuk memudahkan membaca Al- Qur ’an. 3. Marilah Sembahyang, pelajaran solat untuk anak-anak SD, 4 jilid. 4. Puasa dan Zakat untuk anak-anak SD. 5. Haji ke Mekkah, cara mengerjakan haji untuk anak-anak SD. 6. Keimanan dan Akhlak, untuk anak-anak SD 4 jilid. 7. Beberapa Kisah Pendek, untuk anak SD. 8. Riwayat Rasul Dua Puluh Lima, bersama Rasyidin dan Zubair Usman. 9. Lagu-lagu BaruNot Angka-angka, bersama Kasim st M.Syah 10. Beriman dan Berbudi Pekerti, untuk anak SD. 11. Pemimpin Pelajaran Agama, 3 jilid, untuk murid-murid SMP. 12. Hukum Warisan dalam Islam, untuk tingkat Aliyah. 13. Perbandingan Agama, untuk tingkat Aliyah. 14. Kumpulan Doa, untuk tingkat Aliyah 15. Doa-doa Rasulullah, untuk tingkat Aliyah. 16. Marilah ke Al-Qur’an, untuk tingkat Tsanawiyah, bersama H. Ilyas M. Ali 17. Moral pembangunan dalam Islam, untuk tingkat Aliyah. 18. Akhlak Bahasa Indonesia, untuk tingkat Aliyah. 19. Pelajaran Sembahyang Sholat, untuk Aliyah, Mahasiswa dan Umum. 20. Hukum Perkawinan dalam Islam, 4 mazhab. 21. Soal jawab dalam hukum Islam, 4 mazhab. 34 22. Ilmu Mustholah Hadits, bersama H. Mahmud Aziz. 23. Sejarah Islam di Minangkabau, dalam penyelidikan baru. 24. Kesimpulan isi Al-Qur’an, untuk mubaligh dan umum. 25. Allah dan Makhluk-Nya, Ilmu Tauhid, menurut Al-Qur’an. 26. Pengetahuan Umum Ilmu Mendidik, bersama st.M.Said. 27. Pokok-pokok Pendidikan atau Pengajaran Fakultas Tarbiyah. 28. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Fakultas Tarbiyah. 29. Metodik Khusus Bahasa Arab bahasa Al-Qur’an, Fakultas Tarbiyah. 30. Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. 31. Sejarah Pendidikan Islam umum. 32. Pendidikan Modern di Negara-negara Islam atau Pendidikan Barat. 33. Ilmu Jiwa Kanak-kanak, kuliah untuk kursus-kursus. 34. Pedoman Dakwah Islamiyah, kuliah untuk dakwah. 35. Dasar-dasar Negara Islam. 36. Juz’Amma dan Terjemahannya. 37. Pokok-pokok Pemikiran dan Pengajaran. 38. Pelajaran Bahasa Arab Durusa al-Lughotil „arabiyah 39. Tafsir Ayati Al-Akhlak 40. Metodik Khusus Pendidikan, Metode Mengajarkan Agama SD. 41. Kitab Pemimpin Pengajaran Agama di SD. 42. Perbandingan Pendidikan Modern di Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat. 35 Dan 27 judul buku lainnya dalam Bahasa Arab, di antaranya, yaitu: 1. Kitabu al-Tarbiyah wa al-Ta’lim 2. Fiqhu al-Wadih, dan lain sebagainya. 65 3. Metode yang digunakan oleh Mahmud Yunus Metode pemikiran penafsiran Mahmud Yunus cenderung ke arah penafsiran model bil riwayah, yakni metode penafsiran yang menggunakan riwayah- riwayah para sahabat dan para tabi’in sebagai dasar pijakan. Metode ini kurang memberikan porsi yang besar terhadap akal dan lebih banyak berpegang pada artian harfiah. Metode penulisan Mahmud Yunus ditinjau dari segi cara penafsiran, ayat demi ayat surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushaf, dan dilakukan secara singkat dan global, tanpa urutan yang panjang lebar. Maka penafsiran yang dilakukan Mahmud Yunus adalah tergolong ijmali. Yang dimaksud dengan tafsir ijmali adalah penafsiran Al-Q ur’an berdasarkan urutan-urutan ayat dengan suatu uraian yang di ringkas tapi jelas dan dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dikonsumsi baik oleh masyarakat awam maupun intelektual. Teknik penafsiaran yang digunakan Mahmud Yunus sebagian besar masih bersifat sederhana. Hal ini terlihat pada penyajian tafsirnya. Penafsiran dilakukan pertama kali dengan memberi arti dari ayat-ayat Al-Q ur’an, kemudian langsung memberi penafsiran global, tanpa mengawali dengan penjelasan arti kata. Padahal 65 Mahmud Yunus, Tafsir Qur ’an Karim, Jakarta: Hida Karya Agung, cet.ke-72, h.1-8 36 memberi penjelasan terlebih dahulu tentang arti kata amat bermanfaat bagi pemahaman Al-Q ur’an sebab satu kata pada suatu ayat, seiring pula di jumpai al- Munir, al-Manar di Padang Panjang, al-Bayan di Bukit Tinggi, dan al-Itqan di Maninjau. 4. Corak Tafsir Mahmud Yunus Berdasarkan pernyataan Mahmud Yunus dalam muqadimah tafsir Qur ’annya, yang menyatakan bahwa: “………tafsir serta kesimpulan isi Qur’an bukan terjemahan dari kitab bahasa Arab, tapi hasil penyelidikan pengarang lebih kurang selama 20 tahun sampai berusia 73 tahun…….”, maka Penulis mengkategorikan tafsir tersebut menggunakan tafsir ra’yi, yaitu penafsiran Al- Qur ’an dimana seorang mufassir menafsirkan Al-Qur’an dengan kekuatan penalaran dan unsur-unsur keilmuan yang berkembang di dunia Islam yang berkaitan dengan Al-Qur ’an. Dikatakan tafsir ra’yi karena yang lebih dominan adalah penalaran atau ijtihad mufassir itu sendiri. 66 Tafsir ra’yi muncul di kalangan ulama-ulama muta’akhirin sekitar abad ke-3 H, sehingga di abad modern akhir lahir lagi tafsir menurut tinjauan sosiologi dan sastra arab tafsir Al-Manar; dan dalam bidang sains muncul pula karya Jawahir Tanthawi dengan judul Tafsir Al-Jawahir. Melihat perkembangan tafsir bi al-R a’yi yang demikian pesat, maka tepatlah apa yang dikatakan Manna al- 66 Kajian deskriptif tafsir Ibnu Katsir, h.28. 37 Qathan bahwa tafsir bi al-R a’yi mengalahkan perkembangan tafsir bi al- Ma’tsur. 67 Meskipun tafsir bi al-R a’yi berkembang dengan pesat, namun dalam menerimanya para ulama terbagi dua dan ada pula yang melarangnya. Tapi setelah diteliti, ternyata kedua pendapat yang bertentangan itu hanya bersifat lafzhi, maksudnya kedua belah pihak sama-sama mencela penafsiran yang berdasarkan pemikiran ra’yi semata tanpa memindahkan kaidah-kaidah yang mu’tabarat diakui sah secara bersama-sama. 68 Begitu pula yang dialami oleh Mahmud Yunus, beliau pernah beberapa kali mendapat kecaman dari beberapa ulama, seperti ulama dari Yogyakarta dan Ulama dari Jatinegara ya ng menyatakan bahwa tafsir Qur’annya dinyatakan haram untuk dicetak dan disebarluaskan kepada masyarakat. Namun dengan gigih beliau menentang keras pendapat para Ulama’ tersebut dan tetap terus berkiprah meneruskan usaha penerjemahan Al- Qur’an sampai selesai. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpula n, meskipun tafsir Qur’ an Mahmud Yunus termasuk dalam kategori tafsir bi al- Ra’yi, namun beliau tetap memindahkan kaidah-kaidah dan kriteria yang berlaku sebagimana yang dikatakan dalam Mukadimah Tafsirnya yaitu, berdasarkan Al- Qur’ an dan Hadits. Dua penekanan dalam pembaruan Mahmud Yunus di lembaga pendidikannya yakni pengenalan pengetahuan umum dan pengajaran umum di 67 Manna al-Qathan, Mabahis fii Ulumil Quran Masyurat Al-Asr, Al-Hadits, 1973, h. 342 68 Nasrudin Baidan, Metode Penafsiran Al-Quran, Jakarta: Pustaka Pelajar, cet. ke-1, h.202 38 sekolahnya sebenarnyah tidaklah baru. Tahun 1909, Abdullah Ahmad sudah mengajarkan berhitung dan bahasa Eropa di Adabiyah School. Sementara Mahmud Yunus menambah beberapa pelajaran umum semisal, ilmu alam, hitung dagang, dan tata buku. B. Penerjemahan Al-Qur’an H.B. Jassin