Latar Belakang Masalah Preposisi hatta hadalm terjemahan surah ali-imran dan surah an-nisa : studi komparasi terjemahan al-qur'an versi mahmud yunus dan H.B.Jassin

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam bermasyarakat kita sering mengucapkan perkatan yang belum sesuai dengan kaidah bahasa itu sendiri. Karena tidak semua masyarakat mengenal kaidah berbahasa yang baik, hal ini menyebabkan terjadinya fenomena ketimpangan dalam berkomunikasi antara kelas atas dengan kelas bawah. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola- pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi 2 dengan bendanya. Seiring dengan berkembangnya waktu sehingga bahasa itu dapat berubah dengan sendirinya. Bahasa menjadi suatu kajian tersendiri yang disebut ilmu linguistik, dibidang ilmu linguistik terdiri ilmu penunjang lainnya antara lain morfologi, fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis menurut Chaer adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. 1 Sintaksis menurut Verhaar adalah cabang tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam ucapan. 2 Dari beberapa pendapat ahli dapat kita simpulkan bahwa bahasa bertujuan mengkaji hubungan antar kata dalam suatu kontruksi. Sintaksis mengkaji hubungan kata yang satu dengan kata yang lainnya pada suatu kontruksi. Baik kontruksi yang dimaksud berbentuk kalimat, klausa, atau hanya sekedar frasa. Kajian tentang hubungan antar kata di dalamnya disebut sintaksis. Subsistem sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan-satuan sintaksis, yakni kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. 1 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka cipta, 2009 hal. 8 2 Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab, Malang: Miskat, 2004, hal.38 3 Sistem gramatikal biasanya dibagi atas subsistem gramatikal biasanya dibagi atas subsistem morfologi dan subsisten sintaksis. Subsistem morfologi membicarakan pembentukan kata dari satu-satuan yang lebih terkecil, yang lazim disebut morfem menjadi satuan yang satuannya lebih tinggi yang siap digunakan dalam subsistem sintaksis. Subsistem sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan-satuan sintaksis, yakni kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. 3 Sintaksis merupakan cabang ilmu yang mengkaji hubungan antar kata kalimah, frasatarkib, dan kalimat jumlah. Namun, setidaknya sintaksis dalam bahasa Arab yaitu ilmu nahu yaitu menentukan hubungan antar kata kalimah dalam suatu kontruksi kalam dan jumlah. Dengan adanya acuan tentang sintaksis seorang pembaca menjadi tertarik untuk mengerti betapa pentingnya artian sebuah kata, yang kemudian berubah menjadi sebuah kata yang kaya dalam artian sebuah bahasa. Preposisi dalam bahasa Arab itu berupa jar pada asalnya ditandai dengan kasrah. Tapi diganti oleh ya pada isim musanna, jama mudzakkar salim dan asma’ khamsah. Dan diganti dengan fathah pada isim-isim yang tidak menerima tanwin jika tidak dimasuki „al’ ا dan tidak idhafat. 3 Abdul Chaer , Sintaksis Bahasa Indonesia, hal. 3 4 Jar dan majrurnya itu berhubungan dengan mut a’ aliq kata atau keterangan sebelumnya. Muta’ liq zharaf atau jar majrur adalah fi’il atau yang berarti fi’ il seperti masdar, isim fai’ il, isim maf’ ul, sifat musyabbahat dan isim tafdhil. Muta’aliq tersebut harus dibuang apabila merupakan sifat yang umum, yaitu yang dapat dipahami tanpa menyebutkannya. 4 Merupakan salah satu unsur bahasa yang dapat dijumpai pada hampir setiap bahasa. Preposisi digolongkan ke dalam kelompok partikel karena memiliki ciri-ciri yang sama dengan partikel, yaitu unsur yang relatif, tidak mengalami perubahan dan tidak menerima unsur lain dalam bentuknya. Selain itu, preposisi juga tidak pernah berfungsi sebagai subjek, partikel, objek atau keterangan dalam kalimat. Preposisi tersebut dapat dibentuk frase preposisional. Unsur yang mengikuti preposisi akan menduduki fungsi tertentu dalam kalimat setelah bergabung dengan kata lain atau kelompok kata membentuk frase eksosentris. Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan salah satu unsurnya. 5 Frasa eksosentris biasanya dibedakan atas frasa eksosentris yang direktif dan frasa eksosentris yang non-direktif. Frasa eksosentris yang direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti sehingga, bahkan, dan akibatnya, berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkatagori nomina. Karena komponen pertamanya berupa preposisi, maka frasa eksosentrik yang direktif ini lazim juga disebut frase preposisional. 4 Mustofa Tomum Mahmud Afandi Umar Sulthon Bek Muhammad, Terj. Kaidah Tata Bahasa Arab, Jakarta: Daruul Ulum Press. Hal 288 5 Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab, hal.38 5 Frasa eksosentrik yang non-direktif komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kum sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba. 6 Preposisi merupakan unsur bahasa yang tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal. Preposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan. 7 Antara preposisi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab tidak ada perbedaan dalam menyusun sebuah kalimat tetapi, kalau preposisi bahasa Arab meliputi pada kata sebelumnya dan kata yang sesudahnya. Pembahasan yang akan dibahas apakah preposisi hatta ىتح dalam bahasa Arab selalu diartikan sehingga, dan apakah hatta ىتح juga bisa diartikan sampai. Preposisi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah harf al-jarr. Preposisi bahasa Arab sangat menarik untuk dianalisis, karena memiliki keunikan-keunikan. Preposisi yang hanya terdiri dari satu huruf, yaitu ka „seperti’, li „untuk’, ta „demi’, „hatta’ „sehingga’ dan bi „dengan’,. Selain itu preposisi bahasa Arab menyebabkan kata yang mengikutinya berkasus majrur dan genetif. Sepanjang sejarah, terjemahan telah membuat komunikasi, seseorang dapat mempertimbangkan terjemahan ilmu; praktis, tampaknya rasional untuk menganggap seni. Namun, terlepas dari apakah orang menganggap terjemahan sebagai seni, ilmu 6 Abdul Chaer, Linguistik Umum Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994, h.226. 7 Henry Guntur Tariga, Pengajaran Sintaksis Bandung:Angkasa, tt, h. 94. 6 pengetahuan, atau kerajinan, orang harus ingat bahwa terjemahan yang baik harus memenuhi fungsi yang sama. Penerjemahan adalah suatu proses transfer, yang bertujuan pada transformasi teks ditulis ke dalam sebuah teks optimal setara, dan yang memerlukan sintaksis, semantik dan pemahaman pragmatis dan pengolahan analitis. Dengan adanya berbagai macam terjemahan pada ayat Al-Q ur’ an sehingga ada pula perbedaan kosakata pada ayat tersebut sehingga muncullah perbedaan arti kata dalam ayat Al- Qur’ an, dengan meningkatnya ilmu kajian bahasa seseorang dapat mengartikan suatu bahasa pada landasan ilmu tentang tata bahasa. Al-Qu r’an diturunkan dengan bahasa Arab, untuk itu setiap muslim mempunyai keinginan untuk dapat membaca dan memahami Al- Qur’ an dalam bahasanya yang asli. Tetapi, Karena tiap orang itu tidak mempunyai kemampuan atau kesempatan yang sama, maka diperlukan terjemahan Al- Qur’ an dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Terjemahan ini merupakan salah satu cara untuk masyarakat muslim non Arab yang belum memahami Al- Qur’ an, disebabkan kesulitan bahasa. Masyarakat muslim non Arab dapat memahami Al- Qur’ an dengan baik apabila dapat memahami partikel dalam kaidah bahasa. Partikel hatta memiliki tiga perbedaan, yaitu hatta dapat menjelaskan isim zhair, menjelaskan masdar mua’ wal dan harfu athaf. 8 8 Muhammad Ali-Sultan, Al-Adawat An-Nahwiyah, Suria: Dasar Ash-Shamani, 2000, h. 42 7 ره اظلا مْسال ر اجْلا : لزْنمب يه ىلا امع ىنْعم „’Mengjarkan ismi zhahir yaitu posisi makna dan kerjaannya sama seperti ila. 9 Contoh:     Artinya:’’ sampai kamu masuk ke dalam kubur.’’ Contoh preposisi hatta ىتح menurut Al-Imam Yahya Al-Imrani seperti dalam buku “Deskripsi Salat dan Qada” disebutkan : ىَتح ا ِلّي ْملف اَّلا هْيلع ْت ج ْنم خ اهءاضق هْيلع بج ا تْق جر Artinya: Barangsiapa yang diwajibkan shalat, maka ia tidak melakukan sampai keluar habis waktunya, maka wajib atasnya mengqada salatnya. 10 Contoh preposisi hatta ىتح lainnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar seperti yang dikutip dalam buku “Deskripsi Salat dan Qada” yaitu: رْقي ّاك مَلس هْيلع ها ىَلص َي َنلا َّا أ رْقيف ّاْرقْلا أ ام ىَتح هعم دجْسن دجْسيف دْجس ا ْيف رْ س هت ْج ّا مل اعضْ م انضْعب دجي Artinya: „’Sesungguhnya Nabi SAW, sedang membaca Al-Qur’an, maka beliau membacakan surat yang di dalamnya terdapat ayat sajadah, beliau dan kami bersujud bersama beliau, sehingga tidak mendapatkan sebagian dari kami suatu tempat untuk dahinya,’’ 11 Jadi, partikel hatta juga berfungsi sebagai harfu nasb, yaitu menasabkan fi’ il mudari dengan an yang di simpan, dengan syarat fi’ il mudari tersebut menunjukkan 9 Muhammad Ali-Sultan, Al-Adawat An-Nahwiyah, hal. 42 10 Syarif Mursal Al-Batawi, Deskripsi Salat dan Qada, Bogor: Persilaan Assafinah, 2010, Cet-1, h. 128 11 Syarif Mursal Al-Batawi, Deskripsi Salat dan Qada, .h. 105 8 zaman istiqbal masa yang akan datang. Disamping itu pula partikel hatta dapat berfungsi sebagai harfu jar dan harfu nasab, hatta juga berfungsi sebagai huruf athaf, yang mana posisi ma, tuf harus mengikuti ma’ tuf ilaih. Baik dalam bentuk merafakan, menasabkan. Dari ketiga fungsi di atas kita dapat melihat adanya perbedaan makna partikel hatta dalam padanan bahasa Indonesia. Hal ini menandakan banyaknya makna dalam mengartikan partikel hatta, sesuai dengan maksud kalimat itu sendiri. Partikel hatta mempunyai banyak makna yang mana hal ini juga sangat berpengaruh dalam penerjemahan bahasa Indonesia. Dari contoh-contoh dan uraian di atas jelas bahwa harfu hatta berfungsi dapat menjarkan isim, dapat menashabkan fi’il mudhari dan dapat sebagai harfu ’athaf. Dilatar belakangi uraian di atas, maka Penulis ingin mengangkatnya dalam sebuah judul: PREPOSISI HATTA ىتح DALAM TERJEMAHAN SURAH ALI- IMRAN DAN SURAH AN-NISA: STUDI KOMPARASI TERJEMAHAN AL- QUR’AN VERSI MAHMUD YUNUS DAN H. B. JASSIN 9

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah