41
sekitar tujuh tahun 1940-1947, dan terakhir pada Lenbaga Bahasa dan Budaya pada tahun 1953-1975.
70
3. Cara kerja H.B. Jassin dalam menerjemahkan Al-Qur’an
a. Dengan cara mempelajari berbagi terjemahan dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Asing. b.
Cara menyusun baris-baris sajak dipertimbangkan. Dari sudut irama yang bertalian dengan pengaturan nafas, dari sudut keteraturan bunyi demi
kenikmatan pendengaran dan juga dari sudut kesatuan isi kalimat atau bagian-bagian kalimat.
c. Adakalanya demi irama persajakan ia menerjemahkan menurut akibat dari
apa yang diterbitkan oleh kata. d.
Dengan mempergunakan berbagai kamus Arab dengan keterangan dalam Bahasa Asing, daftar kata, dan buku-buku ilmu bantu untuk menyokong
pengertian, sebagimana dinyatakan sendiri oleh HB. Jasiin.
71
4. Hambatan-hambatan dan Tanggapan Tokoh Penerjemah Al-Qur’an
Terhadap Terjemahan Al-Qur ’an HB. Jassin
Usaha-usaha menerjemahkan Al- Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia
bukanlah tugas mudah dan tanpa hambatan. Berbagai tanggapan dan respon
70
Kusman K dan Mahmud SU, Sastra Indonesia dan Daerah Sejumlah masalah, Bandung : CV. Angkasa, 1997, h.17
71
Ismail Lubis, Falsifkasi tejemahan Al- Qur’ an Depag 1990. h. 121
42
datang dari berbagi pihak yang disampaikan melalui berbagi media dan instansi pada waktu itu.
Apa yang menjadi kekhawatiran H.B. Jassin mengenai isi terjemahannya benar-benar menjadi kenyataan, meski H.A. Mukti Ali dan Hamka, masing-
masing sebagai Menteri Agama dan ketua Majelis Ulama Indonesia, telah memberikan sambutan atas terbitnya terjemahan Al-
Qur’an tersebut. Di antara hambatan yang paling bermasalah menurut H.B. Jassin adalah:
1 Kekakuan terjemahan
Kekakuan dalam terjemahan mungkin timbul karena terlalu dipengaruhi oleh susunan kalimat dalam Bahasa Arab dengan tidak memperhatikan susunan
menurut rasa Bahasa Indonesia atau pengambilan suatu ungkapan dalam kontruksi kalimat Bahasa Arab tanpa menggantinya dengan ungkapan Bahasa
Indonesia. 2
Tidak adanya tanda-tanda baca yang jelas, sehingga masing-masing orang dapat menggunakan tanda baca yang beda, akibatnya akan menimbulkan
pengertian yang berbeda pula. 3
Jenis kata sambung yang terbatas dan masing-masing mempunyai fungsi yang dapat berbeda-beda.
Apabila diperhatikan reaksi masyarakat atas terjemahan H.B. Jassin yang pada umumnya disampaikan melalui surat kepada Menteri Agama, Ketua Majelis
Ulama Indonesia, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, atau ditulis dalam berbagai media cetak seperti surat kabar, sudah selayaknya penerbitan karya
43
tersebut ditangguhkan. Kenyataannya tetap diterbitkan sebagaimana diharapkan oleh H.B. Jassin dan sebagian masyarakat yang cara pandangnya terhadap karya
tersebut berbeda dengan mereka yang bereaksi. Ketika hal izin penerbitan ini ditanyakan ke Departemen Agama, secara
tegas dijawab bahwa selain naskah itu sudah dikoreksi oleh tim, tetap saja penyempurnaan-penyempurnaan di kemudian hari seperti yang dialami oleh
terjemahan-terjemahan Al- Qur’an lainnya. Jadi, dapat dikatakan selalu ada
permasalahan-permasalahan yang akan muncul sesuai dengan perkembangan pemikiran para pembaca dan perkembangan bahasa penerima sebagai
konsekuensi dari karya terjemahan yang mengandung nilai subyektif.
44
BAB IV ANALISIS PREPOSISI
ىتح MENURUT MAHMUD YUNUS DAN H.B. JASSIN DALAM SURAH ALI-IMRAN DAN AN-NISA
Ayat yang mengandung preposisi ىتح dalam Al-Qur’an terjemahan Mahmud
Yunus dan H.B Jassin
Dalam penelitian ini penulis menemukan 11 ayat yang mengandung preposisi hatta, yaitu:
1. Q.S. Ali-Imran 92
Terjemahan M.Yunus:
“Kamu tiada akan mendapatkan kebajikan, kecuali kalau kamu nafkahkan
sebagian barang yang kamu kasihi. Barang sesuatu yang kamu nafkahkan, sungguh Allah maha mengetahui”.
Terjemahan HB Jassin:
“Tiadalah kamu menyampaikan kebaktian yang sempurna, sebelum
menafkahkan sebagian yang kamu cintai . dan apapu yang kamu nafkahkan sungguh Allah mengetahui”.
Dalam dua terjemahan yang Penulis temukan di atas terdapat perbedaan dalam menerjemahkan hatta. M. Yunus menggunakan konjungsi kecuali, sedangkan
45
H.B. Jassin menggunakan konjungsi sebelum,. Menurut Abdul Chaer yang Penulis kutip dari bukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini memiliki
perbedaan yang signifikan dalam penggunaannya.
Kecuali merupakan konjungsi pembatasan, konjungsi pembatasan adalah
konjungsi yang menghubungkan membatasi. Selain itu juga konjungsi kecuali juga berlaku sebagai adverbia pembatasan.
Sebelum , merupakan konjungsi pengurutan yaitu, konjungsi yang digunakan
untuk menghubungkan klausa dengan klausa dalam urutan beberapa kejadian atau peristiwa secara kronologis. Yang termasuk konjungsi pengurutan ini, adalah kata-
kata sesudah, sebelum, lalu, mula-mula, kemudian, selanjutnya, dan setelah itu. Contohnya:
Sebelum makan, dia mencuci tangan dulu, Sesudah sarapan, kami berangkat ke sekolah.
Konjungsi sebelum juga bisa digunakan sebagai konjungsi antarkalimat. Konjungsi antarkalimat anatara lain adalah konjungsi sebelum itu, setelah itu,
selanjutnya, seterusnya, kemudian dari itu, dan sesaat kemudian. Contohnya:
Mula-mula dai mengambil selembar kertas dan sebuah pensil lalu ditulisnya beberapa catatan. Setelah itu disimaknya kembali catatan itu.
46
Setelah makan, kami mencuci piring dan gelas-gelas kotor. Sesaat kemudian kami mendengar suara ketukan di pintu depan.
72
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa dua konjungsi ini tidak dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat. Sebelum bukanlah, sinonim dari kecuali.
Penerjemahan hanya dapat dilakukan dengan kata yang saling sepadan dengan kata asalnya. Jadi, dalam hal ini si penerjemah harus menentukan terjemahan dari hatta
ىتح tersebut dengan mengetahui tipe hatta ىتح tersebut terlebih dahulu dan menetukan diksi yang tepat yang akan digunakannya.
Dalam kamus Al-Munawir, hatta ىتح dapat diterjemahkan sebagai berikut:
hatta
ىتح =
نا ىلا
diartikan hingga atau sampai
م اتح =
ىتم ىلا diartikan sampai kapan
ىتح =
اضيا diartikan bahkan juga
يكي يك ىتح
=
diartikan agar, supaya Dalam kamus Al-Munawwir ternyata tidak ditemukan penerjemahan hatta
dengan sebelum ataupun kecuali. Menimbang hal tersebut kita perlu menganalisa jenis kalimat yang terdapat dalam ayat di atas. Dan menentukan konjungsi yang tepat.
73
Ayat di atas berbentuk kalimat pembatasan, konjungsi yang tepat digunakan adalah: kecuali. Tidak dapat digunakan sebelum karena merupakan konjungsi
72
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, h. 92
73
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997 h. 236
47
kesewaktuan. Tidak dapat digunakan dalam kalimat pembatasan sebagimana ayat di atas.
Jika dievaluasi secara sintaksis maka diksi yang tepat yang seharusnya digunakan adalah kecuali, yaitu terjemahan dari Mahmud Yunus.
. 2.
Q.S. Ali-Imran 152
Terjemahan M. Yunus: “Sesungguhnya Allah telah menepati janjiNya kepadamu, ketika kamu
membunuh oarng-orang kafir dipertempuran Uhud dengan izinNya,
sehingga apabila kamu gagal kalah
dan mendurhakai perintah Rasul sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai.
”
Terjemahan HB. Jassin: “Dan sungguh Allah memenuhi janji-Nya kepadamu , ketika kamu membunuh
musuh-musuhmu dengan seizing-Nya sampai kamu menjadi lemah dan
mendurhakai perintah Rasul sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai.
”
48
Dalam dua tejemahan yang penulis temukan di atas terdapat perbedaan dalam menerjemahkan
ىتح HB. Jassin menggunakan konjungsi sampai, sedangkan M. Yunus menggunakan konjungsi sehingga. Menurut Abdul Chaer yang dikutip dari
bukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam penggunaannya.
Sampai merupakan konjungsi pengakibatan, konjungsi pengakibatan adalah
konjungsi untuk menghubungkan menyatakan akibat atas terjadinya, peristiwa, atau keadaan yang terjadi pada klausa bawahan.
Contohnya:
Pencuri naas itu dipukulin orang banyak sampai, mukanya babak belur. Selain sampai, kojungsi jenis yang lain adalah akibatnya. Perbedaan
antara keduanya. Bedanya akibatnya untuk menghubungkan dua buah kalimat yang berturutan.
Sedangkan konjungsi sehingga, sama dengan konjungsi sampai. Dalam dua tejemahan yang penulis temukan di atas terdapat perbedaan
dalam menerjemahkan ىتح HB. Jassin menggunakan konjungsi sampai, sedangkan
M. Yunus menggunakan konjungsi sehingga. Menurut Abdul Chaer yang dikutip dari b
ukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini memiliki perbedaan yang signifika dalam penggunaannya.
Sampai
merupakan konjungsi pengakibatan, konjungsi pengakibatan adalah konjungsi untuk menghubungkan menyatakan akibat atas terjadinya, peristiwa, atau
keadaan yang terjadi pada klausa bawahan.
49
Contohnya:
Pencuri naas itu dipukulin orang banyak sampai, mukanya babak belur.
Selain sampai, kojungsi jenis yang lain adalah akibatnya. Perbedaan antara keduanya. Bedanya akibatnya untuk menghubungkan dua buah kalimat yang
berturutan.
Sedangkan konjungsi sehingga, sama dengan konjungsi sampai.
Contohnya:
Saya banyak mengeluarkan uang untuk keperluan ini itu sehingga, tabungan saya ludes.
74
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa dua konjungsi ini sehingga dan sampai dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat. Sehingga, sinonim dari
sampai. Sedangkan penerjemahan hanya dapat dilakukan dengan kata yang saling sepada dengan kata asalnya. Jadi, dalam hal ini si penerjemah harus menentukan
terjemahan dari hatta ىتح tersebut dengan mengetahui tipe hatta ىتح tersebut terlebih
dahulu dan menetukan diksi yang tepat yang akan digunakannya. Ayat di atas berbentuk kalimat pengakibatan karena konjungsi ini
menghubungkan menyatakan akibat atas terjadinya kejadian, peristiwa atau tindakan yang terjadi pada klausa utama terhadap kejadian peristiwa. Sehingga konjungsi yang
digunakan adalah: sampai, maupun sehingga, sehingga dapat digunakan, karena
74
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, h. 107
50
merupakan konjungsi yang sama. Jika dievaluasi secara sintaksis maka diksi yang seharusnya digunakan adalah sampai maupun sehingga, yaitu terjemahan dari
Mahmud Yunus dan H. B. Jassin.
Demikian juga pada Q.S. An-Nissa ayat 6 dan surat Ali Imran ayat 179 3.
Q.S. An-Nissa 6
Terjemahan M. Yunus:
“Ujilah olehmu anak-anak yatim itu, sehingga sampai umurnya baliq”.
Terjemahan H.B. Jassin:
“Dan ujilah anak yatim sampai mereka mencapai usia untuk kawin”
4. Q.S. Ali-Imran 179
Terjemahan M. Yunus: “Allah tiada membiarkan orang-orang yang beriman menurut keadaan kamu
sekarang, sehingga ia membedakan orang yang jahat dari orang yang
baik” Terjemahan HB. Jassin:
51
“Allah tiada hendak membiarkan orang-orang mukmin dalam keadaan kamu
sekarang. Sampai
ia memisahkan yang jahat dari yang baik”.
Pada kasus ayat yang ketiga pada surah Ali-Imran mempunyai kasus yang sama dengan Q.S. An-Nissa ayat 6 ayat yang diatas. Antara kata sampai dan
sehingga, Ayat di atas berbentuk kalimat pengakibatan karena konjungsi ini menghubungkan menyatakan akibat atas terjadinya kejadian, peristiwa atau tindakan
yang terjadi pada klausa utama terhadap kejadian peristiwa. jadi tidak ada perbedaan kata hatta
ىتح dalam terjemahan versi H.B. Jassin dan M. Yunus.
5. Q.S. Ali-Imran 183
Terjemahan M. Yunus: “Yaitu orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah telah menjanjikan
kepada kami, bahwa kami tiada akan beriman kepada Rasul, kecuali jika
Rasul itu mendatngkan kepada kami kurban yang dimakan api’. Terjemahan HB Jassin:
“Dan terhadap mereka yang berkata, Allah telah memerintahkan kepada
kami, jangan beriman kepada seorang Rasul sebelum ia membawa kami
korban yang dimakan api ”
52
Dalam dua tejemahan yang penulis temukan di atas terdapat perbedaan dalam menerjemahkan hatta. M. Yunus menggunakan konjungsi kecuali. H.B. Jassin
menggunakan konjungsi sebelum. Menurut Abdul Chaer yang penulis kutip dari bukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini memiliki perbedaan yang
signifikan dalam penggunaannya.
75
Kecuali merupakan konjungsi pembatasan, konjungsi pembatasan adalah
konjungsi yang menghubungkan membatasi. Selain itu juga konjungsi kecuali juga berlaku sebagai adverbia pembatasan.
Contohnya:
Semua pertanyaan dapat kujawab; kecuali pertanyaan mengenai jumlah penduduk miskin itu.
Semua bangunan hancur dilanda gempa, kecuali rumah beliau
Selain kecuali, konjungsi jenis yang lain adalah hanya. Perbedaan antara keduanya. Bedanya hanya
untuk mnghubungkan „membatasi’ pada dasarnya sama dengan adverbia pembatasan hanya.
Sedangkan konjungsi sebelum, merupaka konjungsi pengurutan yaitu, konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kluasa dengan klausa dalam urutan
beberapa kejadian atau peristiwa secara kronologis. Yang termasuk konjungsi pengurutan ini, adalah kata-kata sesudah, sebelum, lalu, mula-mula, kemudian,
selanjutnya, dan setelah itu.
75
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, h. 92
53
Contohnya:
Sebelum makan, dia mencuci tangan dulu, Sesudah sarapan, kami berangkat ke sekolah.
Konjungsi sebelum juga bisa digunakan sebagai konjungsi antarkalimat. Konjungsi
antarkalimat anatara lain adalah konjungsi sebelum itu, setelah itu, selanjutnya, seterusnya, kemudian dari itu, dan sesaat kemudian.
Contohnya:
Mula-mula dai mengambil selembar kertas dan sebuah pensil lalu ditulisnya beberapa catatan. Setelah itu disimaknya kembali catatan itu.
Setelah makan, kami mencuci piring dan gelas-gelas kotor. Sesaat kemudian kami mendengar suara ketukan di pintu depan.
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa dua konjungi ini kecuali dan sebelum tidak dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat. Sebelum bukanlah,
sinonim dari kecuali. Sedangkan penerjemahan hanya dapat dilakukan dengan kata yang saling sepada dengan kata asalnya. Jadi, dalam hal ini si penerjemah harus
menentukan terjemahan dari hatta ىتح tersebut dengan mengetahui tipe hatta ىتح
tersebut terlebih dahulu dan menetukan diksi yang tepat yang akan digunakannya. Jika dievaluasi secara sintaksis maka diksi yang tepat yang seharusnya
digunakan adalah sebelum, yaitu terjemahan dari H. B. Jassin.
.
54
6. Demikian juga dalam Q.S, An-Nissa 18
Terjemahan M. Yunus:
“Tiadalah diterima taubat mereka yang mengerjakan kejahatan, sehingga
apabila seorang di antara mereka hampir mati”
Terjemahan H.B. Jassin:
“Tapi tiada taubat bagi orang yang terus melakukan kejahatan, sampai,
bila maut datang kepada salah seorang dari mereka”.
7. Q.S. An-Nissa 15
Terjemahan M. Yunus: “Kalau mereka itu mempersaksikan, penjarakanlah perempuan itu dalam
rumahmu, sampai mereka mati atau Allah mengadakan jalan yang lain bagi
meraka ganti hukuman itu” Terjemahan H.B. Jassin:
“Dan jika mereka ini memberikan kesaksiaan kurunglah istri-istrimu itu
dalam rumah, sampai maut menagambil nyawanya, atau Allah menentukan
jalan baginya”
55
Dalam dua tejemahan yang penulis temukan di atas tidak ada perbedaan dalam menerjemahkan hatta. M. Yunus menggunakan konjungsi sampai, sedangkan
H.B. Jassin menggunakan konjungsi sampai,. Menurut Abdul Chaer yang Penulis kutip dari bukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini tidak memiliki
perbedaan yang signifika dalam penggunaannya. Jika dievaluasi secara sintaksis maka diksi yang tepat yang seharusnya
digunakan adalah sampai, yaitu terjemahan dari H. B. Jassin dan Mahmud Yunus 8.
Q.S An-Nissa 43
Terjemahan M. Yunus:
“Hai orang-orang yang beriaman, janganlah kamu kerjakan sembayang,
ketika kamu sedang mabuk, kecuali jika kamu telah mengetahui apa-apa
yang kamu katakana dan jangan pula sedang junub sudah campur dengan
isterimu, sehingga
kamu mandi lebih dahulu” Terjemahan H.B. Jassin:
“Hai orang yang beriman, jangan kamu lakukan salat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sampai kamu mengerti apa yang kamu katakan. jangan
pula hampiri tempat salat dalam keadaan junub kecuali jika kamu hanya
lewat di jalan sampai
kamu bersuci diri”.
56
Dalam dua tejemahan yang Penulis temukan di atas terdapat perbedaan dalam menerjemahkan hatta. M. Yunus menggunakan konjungsi kecuali, dan sehingga
sedangkan H.B. Jassin menggunakan konjungsi sampai,. Menurut Abdul Chaer yang Penulis kutip dari bukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini memiliki
perbedaan yang signifika dalam penggunaannya.
Kecuali merupakan konjungsi pembatasan, konjungsi pembatasan adalah
konjungsi yang menghubungkan membatasi. Selain itu juga konjungsi kecuali juga berlaku sebagai adverbia pembatasan.
Contohnya:
Semua pertanyaan dapat kujawab; kecuali pertanyaan mengenai jumlah penduduk miskin itu.
Semua bangunan hancur dilanda gempa, kecuali rumah beliau
Selain kecuali, konjungsi jenis yang lain adalah hanya. Perbedaan antara keduanya. Bedanya hanya
untuk mnghubungkan „membatasi’ pada dasarnya sama dengan adverbia pembatasan hanya.
Sampai merupakan konjungsi pengakibatan, konjungsi pengakibatan adalah
konjungsi untuk menghubungkan menyatakan akibat atas terjadinya, peristiwa, atau keadaan yang terjadi pada klausa bawahan.
Contohnya:
Pencuri naas itu dipukulin orang banyak sampai, mukanya babak belur.
57
Selain sampai, kojungsi jenis yang lain adalah akibatnya. Perbedaan antara keduanya. Bedanya akibatnya untuk menghubungkan dua buah kalimat yang
berturutan. Sedangkan konjunngsi sehingga, sama dengan konjungsi sampai.
Contohnya:
Saya banyak mengeluarkan uang untuk keperluan ini itu sehingga, tabungan saya ludes.
76
Jika dievaluasi secara sintaksis maka diksi yang tepat yang seharusnya digunakan adalah kecuali, dan sehingga yaitu terjemahan dari Mahmud Yunus,
padahal antara Mahmud Yunus dan H. B. Jasin mempunyai persamaan arti yang sama, tapi pada ayat yang sebelumnya memiliki artian hatta yang berbeda. Mahmud
Yunus memakai konjungsi kecuali sedangkan H.B. Jassin menggunakan konjungsi sampai.
9. Q.S. An-Nissa 65
Terjemahan M. Yunus: “Tidak, demi Tuhanmu, mereka tiada juga beriman kepada engkau,
sehingga mereka mengatakan engkau menjadi hakim, untuk mengurus
perselisihan antara mereka”
76
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, h. 92
58
Terjemahan H.B. Jassin:
“Tapi tidak, demi Tuhanmu, mereka tiada beriman, kecuali jika mereka
rela menjadikan kau hakim dalam segala perselisihan di antara mereka”
Dalam dua tejemahan yang penulis temukan di atas terdapat perbedaan dalam menerjemahkan hatta
ىتح. M. Yunus menggunakan konjungsi sehingga. Sedangkan H.B. Jassin menggunakan konjungsi kecuali, sedangkan Menurut Abdul Chaer yang
penulis kutip dari bukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini memiliki
perbedaan yang signifikan dalam penggunaannya. Dalam dua tejemahan yang penulis temukan di atas terdapat perbedaan dalam
menerjemahkan hatta. H.B. Jassin menggunakan konjungsi kacuali, sedangkan M. Yunus menggunakan konjungsi sehingga. Menurut Abdul Chaer yang penulis kutip
dari bukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam penggunaannya.
Sehingga merupakan konjungsi pengakibatan, konjungsi pengakibatan
adalah konjungsi untuk menghubungkan menyatakan akibat atas terjadinya, peristiwa, atau keadaan yang terjadi pada klausa bawahan.
Contohnya:
Pencuri naas itu dipukulin orang banyak sampai, mukanya babak belur.
Kecuali merupakan konjungsi pembatasan, konjungsi pembatasan adalah
konjungsi yang menghubungkan membatasi. Selain itu juga konjungsi kecuali juga berlaku sebagai adverbia pembatasan.
59
Contohnya:
Semua pertanyaan dapat kujawab; kecuali pertanyaan mengenai jumlah penduduk miskin itu.
Semua bangunan hancur dilanda gempa, kecuali rumah beliau Selain kecuali, konjungsi jenis yang lain adalah hanya. Perbedaan antara
keduanya. Bedanya hanya untuk mnghubungkan „membatasi’ pada dasarnya sama
dengan adverbia pembatasan hanya.
77
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa dua konjungsi ini kecuali dan sehingga tidak dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat. kecuali bukanlah,
sinonim dari sehingga. Sedangkan penerjemahan hanya dapat dilakukan dengan kata yang saling sepada dengan kata asalnya. Jadi, dalam hal ini si penerjemah harus
menentukan terjemahan dari hatta ىتح tersebut dengan mengetahui tipe hatta ىتح
tersebut terlebih dahulu dan menetukan diksi yang tepat yang akan digunakannya. Ayat di atas berbentuk kalimat pengurutan. Sehingga konjungsi yang tepat
digunakan adalah: sehinngga. Tidak dapat digunakan kecuali karena merupakan konjungsi pengurutan. Tidak dapat digunakan dalam kalimat pembatasan sebagimana
ayat di atas. Jika dievaluasi secara sintaksis maka diksi yang tepat yang seharusnya
digunakan adalah sehingga, yaitu terjemahan dari Mahmud Yunus.
77
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, h. 92
60
10. Q.S An-Nissa 89
Terjemahan M. Yunus:
“Sebab itu janganlah kamu angkat mereka jadi wali, kecuali jika mereka
t elah berhijrah pada jalan Allah”
Terjemahan H.B. Jassin:
“Maka janganlah ambil mereka sebagai sahabat, sampai mereka hijrah di
jalan Allah” Dalam dua tejemahan yang Penulis temukan di atas terdapat perbedaan dalam
menerjemahkan ىتح M. Yunus menggunakan konjungsi kecuali sedangkan H.B.
Jassin menggunakan konjungsi sampai. Menurut Abdul Chaer yang dikutip dari bukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini memiliki perbedaan yang
signifikan dalam penggunaannya.
Sampai merupakan konjungsi pengakibatan, konjungsi pengakibatan adalah
konjungsi untuk menghubungkan menyatakan akibat atas terjadinya, peristiwa, atau keadaan yang terjadi pada klausa bawahan.
Contohnya:
Pencuri naas itu dipukuli orang banyak sampai mukanya babak belur.
61
Kecuali merupakan konjungsi pembatasan, konjungsi pembatasan adalah
konjungsi yang menghubungkan membatasi. Selain itu juga konjungsi kecuali juga berlaku sebagai adverbia pembatasan.
Contohnya:
Semua pertanyaan dapat kujawab; kecuali pertanyaan mengenai jumlah penduduk miskin itu.
Semua bangunan hancur dilanda gempa, kecuali rumah beliau
Selain kecuali, konjungsi jenis yang lain adalah hanya. Perbedaan antara keduanya. Bedanya hanya
untuk mnghubungkan „membatasi’ pada dasarnya sama dengan adverbia pembatasan hanya.
78
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa dua konjungsi ini sampai dan kecuali tidak dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat. sampai bukanlah,
sinonim dari kecuali. Sedangkan penerjemahan hanya dapat dilakukan dengan kata yang saling sepada dengan kata asalnya. Jadi, dalam hal ini si penerjemah harus
menentukan terjemahan dari hatta ىتح tersebut dengan mengetahui tipe hatta ىتح
tersebut terlebih dahulu dan menetukan diksi yang tepat yang akan digunakannya. Ayat di atas berbentuk kalimat pembatasan yang menghubungkan membatasi.
Sehingga konjungsi yang tepat digunakan adalah: kecuali. Sampai Tidak dapat digunakan, karena merupakan konjungsi pengakibatan.
78
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, h. 92
62
Jika dievaluasi secara sintaksis maka diksi yang tepat yang seharusnya digunakan adalah kecuali, karena kecuali merupakan kalimat pembatas yang
menghubungkan membatasi, walaupun di dalam kamus al munawir tidak ada penerjemahan kecuali, maka penulis penulis mengambil sebuah kesimpulan pada ayat
di atas, jadi dalam penerjemah sebuah teks itu berkaitan pada penerjemahan yang sesudahnya dan yang sebelumnya karena keduanya mempunyai kaitan yang sama
dalam alurnya. yaitu terjemahan dari Mahmud Yunus
11. Q.S. An-Nissa 140
Terjemahan M. Yunus:
“Sehingga mereka masuk dalam perkataan yang lain jika kamu duduk
bersama mereka, niscaya kamu seumpama mereka”
Terjemahan H.B. Jassin:
“Sebelum mereka beralih kepada pembicara yang lain jika kamu tetap
duduk bersama mereka. .
Dalam dua tejemahan yang penulis temukan di atas terdapat perbedaan dalam menerjemahkan hatta
ىتح. M. Yunus menggunakan konjungsi sehingga, sehingga H.B. Jassin menggunakan konjungsi sebelum. Menurut Abdul Chaer yang penulis
kutip dari bukunya “Sintaksis Bahasa Indonesia” dua konjungsi ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam penggunaannya.
63
Sebelum, merupakan konjungsi kesewaktuan yang merupakan konjungsi
yang menghubungkan menyatakan waktu antara dua buah peristiwa, atau tindakan antara dua buah klausa pada sebuah kalimat majemuk atau antara dua kalimat dalam
sebuah paragraf. Konjungsi sebelum juga menyatakan waktu kejadian, peristiwa, atau tidakan
pada klausa utama terjadi „sebelum’ terjadinya kejadian, pristiwa, atau tindakan pada klausa bawahan.
Contoh: Dia mandi dulu sebelum makan pagi
Beliau sudah hadir sebelum kami tiba
Sehingga merupakan konjungsi pengakibatan, konjungsi pengakibatan adalah
konjungsi untuk menghubungkan menyatakan akibat atas terjadinya, peristiwa, atau keadaan yang terjadi pada klausa bawahan.
Contohnya:
Pencuri naas itu dipukulin orang banyak sampai, mukanya babak belur.
79
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa dua konjungi ini sebelum dan sehingga tidak dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat. sebelum bukanlah,
sinonim dari sehingga. Sedangkan penerjemahan hanya dapat dilakukan dengan kata yang saling sepada dengan kata asalnya. Jadi, dalam hal ini si penerjemah harus
79
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, h. 92
64
menentukan terjemahan dari hatta ىتح tersebut dengan mengetahui tipe hatta ىتح
tersebut terlebih dahulu dan menetukan diksi yang tepat yang akan digunakannya. Ayat di atas berbentuk kalimat kesewaktuan yang merupaka konjungsi
menyatkan kejadian, peristiwa, terjadi sebelum kejadian. Sehingga konjungsi yang tepat digunakan adalah: sebelum. sehingga Tidak dapat digunakan, karena merupakan
konjungsi pengakibatan. Jika dievaluasi secara sintaksis maka diksi yang tepat yang seharusnya
digunakan adalah sampai, yaitu terjemahan dari H. B. Jassin
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN