13
b. Menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama misalnya bahasa Arab
dijelaskan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan
bahasa Indonesia pula.
c. Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab
dijelaskan dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya.
d. Memindahkan tuturan dari suatu bahasa ke bahasa lain seperti mengalihkan
bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Karena itu, penerjemah disebut pula
pengalih bahasa.
Adapun secara
terminologis, menerjemah
didefinisikan sebagai
mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu.
15
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terjemah adalah memindahkan Bahasa Sumber ke Bahasa Sasaran dengan memperhatikan maksud yang terkandung di dalam Bahasa
Sumber atau dengan kata lain mengalih suatu serangkaian pembicaraan dari bahasa satu ke bahasa lain, dengan tujuan memahami maksud yang terkandung di dalam
bahasa asal. Terjemahan dapat diartikan sebagai mengganti teks dari suatu bahasa ke bahasa lain dengan tetap menjaga keutuhan makna.
2. Metode Penerjemahan Al-Quran
Metode penerjemahan berarti cara penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam mengungkapkan makna nas sumber secara keseluruhan di dalam
15
Syihabuddin, Penerjemahan Arab- Indonesia Teori dan praktek, Bandung: Humaniora, 2005, h. 8
14
bahasa penerima.
16
Sehingga merupakan usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan yang tertulis dalam satu bahasa dengan berupa pesan atau pernyataan
yang sama dengan bahasa lain. Metode penerjemahan bisa diartikan cara melakukan penerjemahan dan
rencana dalam pelaksanaan penerjemahan.
17
Metode penerjemahan adalah cara melakukan penerjemahan dan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan.
18
Oleh karena itu, dalam melakukan suatu kegiatan menerjemahkan diperlukan kehati-hatian, karena kesalahan dalam satu tahap akan
menimbulkan kesalahan dalam tahap lainnya. Apabila hal ini terjadi, maka terjemahan yang dihasilkan akan mengandung kesalahan-kesalahan.
3. Cara penerjemahan Al-Quran
Cara menerjemahkan Al-Qur ’an ke dalam bahasa Indonesia yang baik yaitu
dengan melalui beberapa tahapan.
19
Terjemahan terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu 1 terjemahan harfiah, ialah terjemahan yang dilakukan kata demi kata dengan tujuan tidak menyimpang
sedikit pun dari bentuk lahiriah Bahasa Sumber, 2 terjemahan bahasa, yaitu terjemahan yang bentuk bahasanya tidak terikat pada naskah sumbernya, tetapi
tujuannya adalah mengungkapkan sari ide atau maksud yang terkandung dalam
16
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia teori dan Praktek, h. 68
17
Frans Sayogi, Teori dan Praktek Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Tanggerang: Pustaka Anak Negri, 2009, h. 89
18
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008, h. 83
19
Alam Datuk Tombak, Metode Menerjemahkan Al-quran karim 100 kali pandai, Jakarta: Rineka cipta, 1992, h. 5
15
naskah asli, dan 3 terjemahan idiomatik, yaitu terjemahan yang mengarah pada kesepadanan anatara Bahasa Sumber dan Bahasa Sasaran.
Kata “terjemah” dapat dipergunakan pada dua arti kata: 1 Terjemah Harfiah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-lafaz yang serupa dari
bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama, 2 Terjemahan Tafsiriyah atau Terjemahan
Maknawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.
20
Jadi, metode penerjemahan adalah cara memindahkan makna dari satu unit bahasa ke bahasa yang lain.
Ada beberapa metode dan jenis terjemahan yang diterapkan dalam praktik menerjemahkan. Hal ini disebabkan adannya beberapa faktor:
1. Adanya perbedaan beberapa sistem antara Bahasa Sumber dengan Bahasa
Sasaran. 2.
Adanya perbedaan jenis materi teks yang diterjemahkan. 3.
Adanya anggapan bahwa terjemahan adalah alat komunikasi. 4.
Adanya perbedaan tujuan dalam menerjemahkan suatu teks. Dalam proses menerjemahkan yang sesungguhnya, keempat faktor tersebut
tidak selalu berdiri sendiri, dalam artian bahwa ada kemungkinan seorang penerjemah
20
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al- Qur’an, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,
2001, h. 443
16
menetapkan dua atau tiga jenis penerjemahan sekaligus dalam proses penerjemahan sebuah teks.
21
Adapun beberapa metode atau cara penerjemahan itu yakni: a.
Penejemahan Kata Demi Kata Dalam penerjemahan kata per kata, sering disebut Interlinear Translation,
yaitu susunan kata Bahasa Sumber BSu dipertahankan dan kata-kata diterjemahkan satu per satu dengan makna yang paling umum, di luar konteks.
Kata-kata kultural diterjemahkan secara harfiah. b.
Penerjemahan Harfiah Dengan menggunakan metode harfiah ini, kontruksi gramatikal Bahasa
Sumber dikonversikan ke padanan bahasa sasaran yang paling dekat tetapi kata-kata leksikal masih diterjemahkan kata perkata, di luar konteks
c. Penerjemahan Setia
Penerjemahan setia ini berupaya menghasilkan kembali makna kontekstual Bahasa Sumber yang tepat dalam melaksanakan hal itu, penerjemahan akan
berhadapan dengan kendala struktur gramatikal Bahasa Sasaran. Dengan menggunakan metode ini penerjemah mentransfer kata-kata kultural dan
mempertahankan tingkat
ketidakwajaran gramatikal
dan leksikal
penyimpangan dari norma-norma Bahasa Sumber dalam penerjemahan.
21
M. Rudolf, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris ,Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, cet ke 1, h. 29
17
d. Penerjemahan Semantik
Berbeda antara penerjemahan setia dan penerjemahan semantik adalah bahwa metode setia lebih kaku dan tidak berkompromi dengan kaidah, sedangkan
metode semantik lebih luas. e.
Saduran Metode ini merupakan bentuk penerjemahan “paling bebas”. Pada umumnya
jenis ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi yang dimana tema, karakter, dan alur dipertahankan.
f. Penerjemahan Bebas
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bahasa Sumber. Biasanya metode ini berbentuk
paraphrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari teks aslinya dan biasa dipakai di kalangan media massa.
g. Penerjemahan Idiomatik
Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks Bahasa Sumber, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang
tidak didapati pada versi aslinya.
18
h. Penerjemahan Komunikasi
Berupaya memberikan makna kontekstual Bahasa Sumber yang tepat sedemikian rupa sehingga isinya dan bahasanya dapat diterima dan dimengerti
oleh pembaca.
22
Jadi, penerjemahan adalah merupakan usaha untuk menyatakan kembali ide dari satu bahasa ke bahasa lain. Penerjemahan mengimplikasikan adanya dua bahasa,
yakni Bahasa Sumber dan Bahasa Sasaran. Bahasa Sumber adalah bahasa teks yang diterjemahkan dan Bahasa Sasaran adalah bahasa teks hasil terjemahan. Jadi, kita
menerjemahkan teks Arab ke dalam bahasa Indonesia, maka bahasa Arab adalah Bahasa Sumber dan bahasa Indonesia merupakan Bahasa Sasarannya.
B. Sintaksis