1
STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI MUDHARABAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN BNI SYARIAH
A. Latar belakang Masalah
Tidak dapat dipungkiri, perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat, tidak terlepas dari sejarah panjang dan perkembangannya hingga kini. Dirintis
pertama kali pada akhir tahun 1950 oleh sebuah Bank pedesaaan di Pakistan dengan sistem operasional tanpa bunga yang menerima simpanan dana dari masyarakat,
khususnya para tuan tanah, dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Pendapatan Bank tidak diperoleh dari bunga, melainkan dari biaya
administrasi. Langkah ini kemudian diikuti oleh Mit Ghamr Bank di Mesir yang didirikan
oleh Ahmad El Najjar. Bank yang bersifat rural social bank atau bank pedesaan ini, dalam prakteknya tidak memungut bunga dan hanya berinvestasi hanya pada usaha-
usaha perdagangan dan industri secara langsung secara partnership, serta memberi keuntungan pada penabung. Bank ini juga dianggap memiliki tingkat keberhasilan
cukup tinggi pada saat itu, karena mampu berkembang pesat pada tiga tahun
pertamanya.
Perkembangan ini dilanjutkan oleh pendirian Islamic Development Bank IDB pada tahun 1975 atas prakarsa Organisasi Konferensi Islam OKI. IDB
berperan membantu memenuhi kebutuhan negara-negara Islam dengan memberikan
2
pinjaman jangka panjang untuk proyek infrastruktur. Lahirnya IDB menjadi inspirasi
bagi banyak negara untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan syariah.
Bank Syariah sebagai salah satu aplikasi dari sistem ekonomi syariah Islam yang merupakan bagian dari nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur bidang
perekonomian umat dan tidak terpisahkan dari aspek-aspek lain ajaran Islam yang komprehensif dan universal. Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum seluruh
aspek kehidupan, baik ritual maupun sosial kemasyarakatan termasuk bidang ekonomi, universal bermakna bahwa syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat tanpa memandang perbedaan ras, suku, golongan, dan agama
sesuai prinsip Islam sebagai “rahmatan lil alamin”.
Kini, sistem perbankan dan keuangan Islam telah beroperasi lebih dari 55 negara yang pasarnya sedang bangkit dan berkembang
1
, dimana Indonesia menjadi bagian didalamnya. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus mengalami
peningkatan yang menggembirakan, ditandai dengan meningkatnya jumlah aset,
jumlah nasabah dan jumlah kantor bank yang memberikan pelayanan syariah.
Perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. DPP Asosiasi Bank Syariah Indonesia Asbisindo Bambang
Sutrisno menjelaskan, hingga November 2009, aset perbankan syariah Indonesia mencapai Rp61,36 triliun. Selama lima tahun terakhir, aset bank syariah tumbuh rata-
rata 31,04 persen pertahun. Hingga akhir tahun 2009, jumlah bank syariah terdiri atas
1
Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud., Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik, dan Prospek, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007, h.9.
3
7 BUS Bank Umum Syariah dan 25 UUS Unit Usaha Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan syariah telah didukung oleh baiknya kinerja
perbankan syariah, meningkatnya pemahaman dan minat masyarakat serta komitmen
pemerintah dalam mendukung perkembangan perbankan syariah.
Perkembangan ini menuntut industri perbankan syariah untuk terus meningkatkan kinerja dan stabilitas keuangan, salah satunya adalah dengan menjaga
kualitas aktiva produktif dengan menerapkan kebijakan investasi dana bank syariah baik menurut sektor ekonomi, sektor industri maupun wilayah pemasaran. Dalam
meningkatkan pendapatan, bank syariah mengoptimalkan investasinya dalam
berbagai pola investasi yang halal, bermanfaat, dan profitable.
Beberapa pola investasi atau penanaman dana Bank Syariah antara lain dalam bentuk piutang, Qardh, surat berharga syariah, penempatan pada bank syariah lain
danatau pembiayaan rakyat yang berdasarkan prinsip syariah BPRS, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi off balance sheet
pada transaksi rekening administrasi berdasarkan prinsip syariah, Sertifikasi Wadiah
Bank Indonesia SWBI, dan pembiayaan.
Pola investasi dalam bentuk pembiayaan menjadi prioritas utama yang dilakukan bank syariah karena pembiayaan menjadi salah satu kegiatan utama bank
syariah sebagai financial intermediary institution. Dalam menyalurkan dananya, bank syariah memiliki beragam pola pembiayaan. Pertama, pembiayaan dengan
prinsip jual beli ba’i seperti pembiayaan Murabahah, Salam dan Istishna. Kedua, pembiayaan dengan prinsip sewa seperti Ijarah dan Ijarah Muttahiya bit Tamlik.
4
Ketiga, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil syirkah seperti pembiayaan Musyarakah dan Murabahah. Dan keempat, pembiayaan dengan akad pelengkap
seperti pembiayaan dengan Hiwalah pangalihan utang-piutang, Rahn gadai, Qardh pinjaman, Wakalah perwakilan dan Kafalah garansi bank.
2
Salah satu karakteristik pola investasi sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil atau profit and loss sharing adalah
menyalurkan pembiayaan dengan pola investasi pembiayaan Mudharabah. Mudharabah dalam implementasinya dibedakan menjadi dua jenis akad, yakni
Mudharabah Muqayyadah dan Mudharabah Muthlaqah. Mudharabah Muqayadah Investasi Khusus, yaitu dana investasi khusus yang ditujukan pada proyek-proyek
khusus atau terbatas sesuai dengan kesepakatan pihak investor dengan Bank, dan Mudharabah Muthlaqah Dana Investasi, yaitu dana masyarakat yang diinvestasikan
melalui bank dana pool of fund.
Pendapatan yang diperoleh bank syariah berasal dari sumber-sumber pendapatan bagi hasil atas pola investasi berdasar akad mudharabah dan akad
musyarakah, keuntungan atas investasi berdasar prinsip jual beli, hasil sewa atas investasi dengan akad ijarah, serta fee dan biaya administrasi atas jasa dan layanan
yang diberikan bank syariah kepada para nasabah.
Salah satu cara melihat perkembangan pendapatan yang diperoleh bank syariah adalah dengan mengukur rasio profitabiltas, atau rasio untuk menilai
2
Ir.Adiwarman A.Karim,SE,MBA,MAEP, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, Ed.3, h.97.
5
kemampuan bank syariah dalam mencari keuntunganlaba. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu, menilai
perkembangan laba dari waktu ke waktu danatau menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
3
Mengukur rasio profitabilitas salah satu caranya adalah dengan melihat Return on Investment ROI atau hasil atau tingkat pengembalian investasi yang telah
dilakukan bank syariah. Return on Investment atau return on total assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga menjadi suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
4
Mudharabah adalah salah satu bentuk investasi yang mempengaruhi pendapatan bank syariah, melalui strategi-strategi yang dapat dilakukan bank syariah
dalam mengelola pembiayaan mudharabah tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji, dan menganalisa lebih jauh
permasalahan tersebut dalam skripsi ini dengan judul ”STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI MUDHARABAH DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN BNI SYARIAH”.
3
Kasmir, SE., MM., Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, Ed.1, h.197.
4
Kasmir, SE., MM., Analisis Laporan Keuangan, h.201.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah