Landasan Syariah Mudharabah Pola Investasi Mudharabah

30

2. Landasan Syariah Mudharabah

Dalam Islam, dasar hukum mudharabah adalah jaiz boleh berdasarkan dalil as-Sunnah taqrîr Nabi Saw dan Ijma sahabat an-Nabhani, 1990: 153, 12 karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal rab al-mal dengan pengelola usaha mudharib. Meskipun mudharabah tidak secara langsung disebutkan oleh al-Quran atau Sunnah, ia adalah sebuah kebiasaan yang diakui dan dipraktikkan oleh umat Islam, dan bentuk dagang semacam ini terus hidup sepanjang periode awal masa Islam sebagai tulang punggung perdagangan karavan dan perdagangan jarak jauh. Di antara orang yang melakukan kegiatan mudharabah ialah Nabi Muhammad SAW sebelum beliau menjadi Rasul. Beliau bermudharabah dengan calon istrinya Khadijah dalam melakukan perniagaan antara Negeri Mekah dengan Negeri Syam. Secara umum landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha, hal ini tampak dari dasar hukum mudharabah berikut ini : a. al-Qur’an ﱠ ا ْ ﻓ ْ نﻮﻐ ْ ضْرﺄْا ﻓ نﻮ ﺮْ نوﺮﺧاءو ... “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah Swt… ” QS. al-Muzammil73: 20 12 Farid Maruf, Kerjasama Bisnis Syirkah Dalam Islam, artikel diakses pada 9 April 2010 dari www.investasisyariah.wordpress.com . 31 اوﺮ ْﺎﻓ ةﺎ ﱠ ا اذﺈﻓ ﱠ ا اوﺮآْذاو ﱠ ا ْ ﻓ ْ اﻮﻐ ْاو ضْرﺄْا ﻓ نﻮ ْ ْ ﻜﱠ اﺮ آ “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” QS. al-Jumuah62: 10 ْ ﻜﱢر ْ ﺎ ْ ﻓ اﻮﻐ ْ ْنأ حﺎ ﺟ ْ ﻜْ ْ , اوﺮآْذﺎﻓ تﺎﻓﺮ ْ ْ ْ ﻓأ اذﺈﻓ ماﺮ ْا ﺮ ْ ْا ﺪْ ﱠ ا , ْ ْ ْ ْآ ْنإو ْ آاﺪه ﺎ آ وﺮآْذاو , ﱢﺎﱠ ا “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia rezki hasil perniagaan dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari `Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berdzikirlah dengan menyebut Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.” QS. al- Baqarah2: 198 Ketiga ayat tersebut di atas, secara umum mengandung kebolehan akad mudharabah, yang secara bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah Swt di muka bumi. b. Hadis Hadis Rasulullah yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi al- mudharabah adalah : طﺮ ْ ا ﺔ رﺎ لﺎ ْا ﻓد اذإ ﱢ ْا ﺪْ ْ سﺎﱠ ْا ﺎ ﺪﱢ نﺎآ ْنأ ﺎ ﻰ 32 ،اﺮْ ﻚ ْ ﺪ آ تاذ ﺔﱠاد يﺮ ْ و ،ﺎ داو لﺰْ و ْ ﷲا ﻰﱠ ﷲا لْﻮ ر ْﺮ ﻎ ﻓ ، ﻚ ذ ﻓ ْنﺈﻓ ،ﺔ ْ ر زﺎﺟﺄﻓ ﱠ و ﺁو سﺎ ا وﻷا ﻰﻓ اﺮ ا اور . Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muntalib jika memberikan dana kepada mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan dan tidak mengarungi lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia mudharib harus bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah Saw dan Rasulullah pun membolehkannya. HR. Thabrani. Hadis lain telah diriwayatkan oleh Imam Quthni dan perawi-perawi yang dapat dipercaya. ﱠ و ﺁو ْ ﷲا ﻰﱠ ﱠ ﱠ ا ﱠنأ لﺎ : ﺔآﺮ ْا ﱠ ﻬْﻓ ث ﺛ : ﻰ إ ْ ْا ، ﺟأ ْ ْ ْ ْ ﺮْ ﱠ ﺎ ﱢﺮ ْا ْﺧو ،ﺔ رﺎ ْاو ﺟﺎ ا اور ﻬ Diriwayatkan dari Shuhaib r.a bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli tidak tunai secara kredit, muqaradah nama lain dari mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual. HR. Ibnu Majah. c. Ijma’ Imam Zailai dalam kitabnya Nashbu ar-Rayah 413, telah menyatakan bahwa para Sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini 33 sejalan dengan spirit hadist yang dikutip Abu Ubaid dalam kitab al-Amwal 454 : ”Rasulullah saw telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada di tanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat.” Indikasi dari hadis ini adalah apabila menginvestasikan harta anak yatim secara mudharabah sudah dianjurkan, apalagi mudharabah dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat di sini adalah seandainya harta tersebut diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari keuntungan bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut senantiasa berkembang, bukan berkurang. d. Praktek mudharabah pada masa awal Islam Diriwayatkan bahwa Abdullah dan Ubaidillah, putra-putra Umar bin Khattab r.a., keluar bersama pasukan Irak. Ketika mereka kembali, mereka singgah pada bawahan Umar, yaitu Abu Musa Al Asyhari, gubernur Basrah. Ia menerima mereka dengan senang hati dan berkata : “sekiranya aku dapat memberikan pekerjaan kepada kalian yang bermanfaat, aku akan melakukannya.”, kemudian ia berkata: “sebetulnya begini, ini adalah sebagian dari harta Allah yang aku ingin kirimkan kepada Amirulmukminin. Aku pinjamkan kepada kalian untuk dipakai membeli barang-barang yang ada di Irak, kemudian kalian jual di Madinah. Kalian kembalikan modal pokoknya kepada Amirulmukminin, dengan demikian kalian mendapat keuntungan.” Keduanya lalu berkata: “kami senang melakukannya.” Selanjutnya Abu Musa melakukannya, dan menulis surat kepada Umar agar beliau mengambil harta dari keduanya. Setelah mereka tiba, mereka menjual barang dan mendapatkan laba. Umar lalu berkata “adakah semua pasukan telah dipinjamkan uang seperti kamu?” mereka menjawab: “tidak.” Umar kemudian berkata: “dua anak Amirulmukminin, karena mereka meminjamkan kepada keduanya. Serahkanlah harta dan labanya.” 34 Abdullah diam saja, tetapi Ubaidillah menjawab: ‘wahai Amirulmukminin, kalau harta itu binasa habis kami menjaminnya.” Ia Umar terus berkata: “serahkanlah.” Abdullah diam saja dan Ubaidillah terus mendebatnya. Salah seorang yang hadir di majelis Umar berkata: “wahai Amirulmukminin, bagaimana sekiranya harta itu anda anggap qiradh?” Umar lalu menyetujui pendapat ini dan mengambil modal berikut setengah dari labanya. 13 Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa mudharabah telah dipraktekkan pada masa awal Islam dan syariat membolehkan karena termasuk dari kegiatan muamalah. Mudharabah sangat bermanfaat bagi kedua pihak, yaitu orang yang memiliki harta dan orang yang mampu mengelola usaha, membuat harta lebih produktif. e. Fatwa DSN MUI 1 Fatwa DSN MUI No.07DSN-MUIIV2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Qiradh. Dalam ketentuan pembiayaan ayat satu dan dua disebutkan “Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh Lembaga Keuangan Syariah LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal pemilik dana membiayai 100 kebutuhan suatu proyek usaha, sedangkan pengusaha nasabah bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha”. 14 13 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12-13-14, h.32. 14 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah , Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07DSN-MUIIV2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Qiradh, Ed.Pertama, Cet.ke-1, Jakarta: Kencana, 2007, h.340. 35 2 Fatwa DSN MUI No.50DSN-MUIIII2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah.

3. Rukun dan Syarat Mudharabah