Sistematika Penulisan Sejarah dan Perkembangan BNI Syariah

15 Ratio FDR dan Net Revenue Margin NRM, serta melakukan pengujian hipotesis. 3. Skripsi 1429 H 2009 M oleh Emi Jamilatul Hijriah NIM 204046102910 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul STRATEGI PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM MENINGKATKAN JUMLAH PENDAPATAN DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH STUDI KASUS DI LKMS AL HIDAYAH. Dalam skripsinya, penulis membahas tentang strategi yang dilakukan oleh LKMS Al Hidayah, yaitu melalui strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi. Penulis memberikan data pendapatan LKMS Al Hidayah yang diperoleh dari pembiayaan murabahah. Perbedaan antara skripsi penulis dengan skripsi terdahulu terletak pada pola investasi bank syariah yaitu pembiayaan mudharabah, strategi pengembangan serta pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan pembiayaan BNI Syariah dan pengaruhnya terhadap salah satu rasio profitabilitas yakni Return on Investment ROI yang diperoleh BNI Syariah.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi yang merupakan laporan penelitian ini terdiri atas : Bab I. Pendahuluan Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review 16 studi terdahulu, metodologi penelitian yang digunakan, teknik penulisan dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Umum Tentang Pola Investasi Mudharabah Bab ini menguraikan mengenai pengertian strategi pengembangan, pola investasi bank syariah dan pola investasi mudharabah. Bab III. Gambaran Umum BNI Syariah Pada bab ini penulis mendeskripsikan tentang sejarah dan perkembangan BNI Syariah; visi dan misi BNI Syariah; struktur organisasi BNI Syariah; produk dan jasa layanan BNI Syariah; serta aktifitas utama BNI Syariah. Bab IV . Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini penulis membahas mengenai strategi pengembangan pola investasi mudharabah, perkembangan pendapatan BNI Syariah melalui pola investasi mudharabah pada tahun 2007-2009, dan pengaruhnya dalam meningkatkan pendapatan BNI Syariah. Bab V. Penutup Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan dari uraian dan penjelasan yang telah disajikan dan memberikan saran-saran yang dapat 17 bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi BNI Syariah. 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLA

INVESTASI MUDHARABAH

A. Strategi Pengembangan

Menurut Fred. R. David, strategi pengembangan menjadi bagian dalam strategi intensif, yakni strategi yang terdiri atas penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar dilakukan dengan meningkatkan pangsa pasar produk atau jasa yang telah ada. Upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan promosi penjualan, menambah biaya iklan dan publisitas lainnya. Pengembangan pasar merupakan cara yang digunakan dalam memperkenalkan produk atau jasa ke wilayah baru. Sementara pengembangan produk adalah strategi meningkatkan penjualan, yang dapat dilakukan dengan memperbaiki, memodifikasi, atau membuat inovasi produk atau jasa yang telah ada. 1

1. Pengertian Strategi

Kata strategi adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos. Pada saat itu, strategos ditujukan sebagai komandan militer pada zaman demokrasi Athena. Sementara dalam ensiklopedia bebas Wikipedia bahasa Indonesia disebutkan, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang 1 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, Indonesia: PT Indeks, 2004, Ed.Kesembilan, h.239-241. 19 berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. 2 Menurut Alfred Chandler 1962 seperti yang dikutip oleh James C. Craig dan Robert M. Grant, strategi merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu. 3 Pengertian strategi juga dikemukakan oleh Kenneth Andrew 1971, yaitu pola sasaran, maksud atau tujuan dan kebijakan serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis yang dianut atau yang akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa perusahaan ini. 4 Dalam pengertian strategi secara umum dapat dirumuskan strategi adalah proses penentuan keputusan para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Adapun dalam pengertian khusus, strategi adalah tindakan yang bersifat incremental senantiasa meningkat, terus-menerus, 2 Wikipedia bahasa Indonesia, ”Strategi”, artikel diakses pada 15 Mei 2010 dari http:id.wikipedia.orgwikiStrategi . 3 James C. Craig, dan Robert M. Grant, The Fast-Track MBA Series Strategic Management Manajemen Strategi Sumber Daya-Perencanaan-Efisiensi Biaya-Sasaran, Jakarta: PT Gramedia, 1996, Cet.3, h.4. 4 James C. Craig, dan Robert M. Grant, The Fast-Track MBA Series Strategic Management Manajemen Strategi Sumber Daya-Perencanaan-Efisiensi Biaya-Sasaran, h.5. 20 dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan di masa depan.

2. Strategi Pengembangan Bank Syariah

Dalam seminar “Training Perbankan Syariah Bank Mega Syariah Indonesia” yang pernah penulis ikuti, dijelaskan tentang strategi dan pengembangan perbankan syariah. 5 Terdapat enam pilar strategi pengembangan bank syariah, diantaranya: Pertama, penguatan kelembagaan syariah melalui Office Channeling bagi bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah dan Unit Pelayanan Syariah UPS bagi Bank Umum Syariah. Kedua , pengembangan produk dan peningkatan layanan bank syariah. Strategi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan teknologi di bank syariah, menyediakan produk yang lebih bervariatif baik produk penghimpunan dana, penyaluran dana, dan instumen investasi syariah seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah, obligasi syariahSukuk dan reksadana syariah. Pengembangan produk yang menarik dan menguntungkan, akan meningkatkan jumlah nasabah. Ketiga, intensifikasi edukasi publik dan kerjasama dengan mitra strategis. Edukasi publik dapat dilakukan dengan menyelenggarakan seminar, pameran, lokakarya, kegiatan-kegiatan syariah dan meningkatkan promosi melalui iklan melalui media massa, elektronik dan media internet. Dengan cara ini diharapkan masyarakat akan lebih mengetahui, memahami, dan menerapkan konsep-konsep 5 Bank Mega Syariah Indonesia, “Strategi dan Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah ”, Makalah Seminar Training Perbankan Syariah Bank Mega Syariah Indonesia, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 11-12 Juni 2008, t.d. 21 perbankan syariah. Kerjasama dengan mitra strategis, yaitu melakukan kerjasama dengan koperasi syariah, BPRS, BMT, lembaga pendidikan serta organisasi keagamaan untuk sosialisasi perbankan syariah. Keempat , peningkatan peran pemerintah dan penguatan kerangka hukum bank syariah melalui Undang Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008, Fatwa DSN MUI, Peraturan Bank Indonesia tentang Perbankan Syariah. Kelima, penguatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM Bank Syariah, dan Keenam, penguatan pengawasan bank syariah.

B. Pola Investasi Bank Syariah

Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire yang artinya memakai, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan investment. Dalam Ensiklopedi Indonesia, investasi diartikan sebagai: “penanaman uang atau modal dalam proses produksi, yaitu dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya. Dengan demikian, cadangan barang modal barang diperbesar sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti” Ensiklopedi Indonesia, tt: 1470. 6

1. Investasi dalam Islam

Dalam hukum Islam, kegiatan berinvestasi dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang termasuk dalam kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang 6 Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, Ed.1, h.31. 22 mengatur hubungan antar manusia. Sementara menurut kaidah Fikih, hukum asal kegiatan muamalah itu adalah mubah boleh yang berarti semua kegiatan dalam hubungan antar manusia adalah mubah boleh kecuali yang memang jelas ada larangannya haram. Ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut dianggap dapat diperbolehkan kecuali yang memang terdapat implikasi dari al-Qur’an dan Hadist yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit. Islam menganjurkan pada kita agar menggunakan harta secara efektif dan efisien dan mendorong agar setiap kekayaan yang ada pada kita diinvestasikan di sektor riil. Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia dan membiarkan aset yang menganggur. Hal ini sesuai dengan penjelasan Imam al- Ghazali bahwa penimbunan uang al-ikhtinaz merupakan perbuatan zalim dan dapat menghilangkan hikmah yang terkandung di dalamnya. 7 Allah Swt berfirman dalam surat At-Taubah 9 ayat 34: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih”. Aktivitas investasi dalam Islam lebih didasarkan pada motivasi sosial yaitu membantu sebagian masyarakat yang tidak memiliki modal namun memiliki kemampuan berupa keahlian skill dalam menjalankan usaha, baik 7 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta: Granada Press, 2007, Cet.Kedua, h.128. 23 dilakukan dengan bersyarikat musyarakah maupun dengan berbagi hasil mudharabah. Jadi dapat dikatakan bahwa investasi dalam Islam bukan hanya dipengaruhi faktor keuntungan materi, tapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor syariah kepatuhan pada ketentuan syariah dan faktor sosial kemashlahatan umat. Investasi dalam islam pada dasarnya adalah sebagai bentuk aktif dari ekonomi syariah. Prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam investasi yang seharusnya menjadi perhatian bagi pelaku investasi syariah antara lain : a. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram. b. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi. c. Keadilan pendistribusian kemakmuran. d. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha. e. Tidak ada unsur riba, maysir perjudianspekulasi, dan gharar ketidakjelasansamar-samar. Berdasarkan keterangan di atas, kegiatan investasi yang dilakukan oleh para pelaku dan praktisi lembaga keuangan syariah termasuk di dalamnya industri perbankan syariah, hendaknya mengacu pada hukum syariat yang berlaku. Pengelolaan dana investasi bank syariah baik pembiayaan maupun penanaman dana dan bentuk investasi lainnya tidak boleh disalurkan kepada jenis industri yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharamkan. 24

2. Bentuk Investasi Bank Syariah

Investasi oleh Bank Syariah dilakukan dalam rangka mengelola aktiva produktif atau earning assets. Seperti disebutkan dalam Peraturan Bank Indonesia No.57PBI2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah, yang dimaksud aktiva produktif adalah yaitu penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI, yang dapat menghasilkan kontribusi pendapatan bagi bank. 8 Secara umum, beberapa bentuk investasi yang dilakukan oleh Bank Syariah antara lain : a. Pembiayaan yaitu penyediaan dana danatau tagihan berdasarkan akad mudharabah, musyarakah, danatau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip syariah. b. Piutang yaitu tagihan yang timbul dari transaksi jual beli danatau sewa berdasarkan akad murabahah, salam, istishna danatau ijarah. c. Surat berharga syariah yaitu surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang danatau pasar modal antara 8 Bank Indonesia Direktorat Perbankan Syariah, Himpunan Ketentuan Perbankan Syariah Indonesia: Agustus 1999-Januari 2005, Peraturan Bank Indonesia No: 57PBI2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah, Jakarta: 2003, h.68-70. 25 lain wesel, obligasi syariah, sertifikasi reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah. d. Penempatan yaitu penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya danatau bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah BPRS antara lain dalam bentuk giro dan atau tabungan wadiah, deposito berjangka danatau tabungan muharabah, pembiayaan yang diberikan, sertifikat investasi mudharabah antar bank IMA dan atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah. e. Penyertaan modal yaitu penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi convertible bonds dengan opsi saham equity options atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah. f. Penyertaan modal sementara yaitu penyertaan modal bank syariah dalam perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan danatau piutang debt to equity swap, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku termasuk dalam bentuk surat utang konversi convertible bonds dengan opsi saham equity options atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah. 26 g. Transaksi rekening administrasi yaitu komitmen dan kontijensi off balance sheet berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi endorsemen, irrevocable Letter of Credit LC dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah. h. Sertifikasi Wadiah Bank Indonesia SWBI yaitu sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah.

3. Bentuk Pembiayaan Bank Syariah

Dalam Undang Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dijelaskan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; 1 Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan antara pemilik dana dan pengelola usaha untuk melakukan kerjasama usaha tertentu dengan pembagian nisbah keuntungan yang disepakati pada awal akad. 2 Pembiayaan musyarakah adalah kerjasama antara pemilik modaldana untuk bersama menggabungkan modal mereka untuk usaha tertentu. Nisbah keuntungan disepakati bersama pada saat akad. b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli atau dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; 1 Pembiayaan ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang selama waktu tertentu melalui pembayaran sewa. 27 2 Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik adalah pembiayaan dengan prinsip sewa menyewa suatu barang, dengan perpindahan kepemilikan objek sewa dari pihak yang memberi sewa kepada pihak yang menyewa pada akhir masa perjanjian. c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna; 1 Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membelikan barang yang diperlukan nasabah dan menjualnya kembali kepada nasabah dengan nilai jual dan margin keuntungan yang diketahui dan disepakati oleh nasabah. 2 Pembiayaan salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan pembayaran harga lebih dahulu. 3 Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dengan pemesanan pembuatan dimana kriteria dan persyaratannya telah disepakati penjual dan pemesan. d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, adalah penyediaan dana dan atau tagihan antara bank syariah dengan nasabah peminjam dalam jangka waktu tertentu; e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Jenis-jenis pembiayaan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana 28 tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

C. Pola Investasi Mudharabah

Pola investasi melalui pembiayaan mudharabah merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang diterapkan oleh bank syariah. Berikut adalah pengertian, dasar hukum, jenis dan penerapannya pada bank syariah.

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. 9 Disebut juga qiradh, yang berasal dari kata al-Qardhu yang berarti al-Qath’u potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya. 10 Orang-orang Madinah menyebut kontrak jenis ini dengan sebutan muqaradah, yang diambil dari perkataan qard yang berarti menyerahkan. Dalam hal ini pemilik modal akan menyerahkan modalnya kepada pengusaha. Secara terminologi, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh 100 modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola mudharib. 9 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet.1, h.95. 10 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12-13-14, Bandung: PT Alma’arif, 1987, Cet.12, h.31. 29 Menurut Adiwarman A. Karim, mudharabah adalah bentuk kontrak kerja sama antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan jumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung. 11 Sementara menurut Muhammad Syafi’i Antonio, mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh 100 modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan kelalaian si pengelola seandainya kerugian itu disebabkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Dari penjelasan mengenai definisi mudharabah di atas, dapat diketahui bahwa keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, misalnya antara bank dan nasabah 50 : 50 sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu tidak disebabkan oleh kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian tersebut. 11 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, Ed.3, Cet.6, h.205. 30

2. Landasan Syariah Mudharabah

Dalam Islam, dasar hukum mudharabah adalah jaiz boleh berdasarkan dalil as-Sunnah taqrîr Nabi Saw dan Ijma sahabat an-Nabhani, 1990: 153, 12 karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal rab al-mal dengan pengelola usaha mudharib. Meskipun mudharabah tidak secara langsung disebutkan oleh al-Quran atau Sunnah, ia adalah sebuah kebiasaan yang diakui dan dipraktikkan oleh umat Islam, dan bentuk dagang semacam ini terus hidup sepanjang periode awal masa Islam sebagai tulang punggung perdagangan karavan dan perdagangan jarak jauh. Di antara orang yang melakukan kegiatan mudharabah ialah Nabi Muhammad SAW sebelum beliau menjadi Rasul. Beliau bermudharabah dengan calon istrinya Khadijah dalam melakukan perniagaan antara Negeri Mekah dengan Negeri Syam. Secara umum landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha, hal ini tampak dari dasar hukum mudharabah berikut ini : a. al-Qur’an ﱠ ا ْ ﻓ ْ نﻮﻐ ْ ضْرﺄْا ﻓ نﻮ ﺮْ نوﺮﺧاءو ... “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah Swt… ” QS. al-Muzammil73: 20 12 Farid Maruf, Kerjasama Bisnis Syirkah Dalam Islam, artikel diakses pada 9 April 2010 dari www.investasisyariah.wordpress.com . 31 اوﺮ ْﺎﻓ ةﺎ ﱠ ا اذﺈﻓ ﱠ ا اوﺮآْذاو ﱠ ا ْ ﻓ ْ اﻮﻐ ْاو ضْرﺄْا ﻓ نﻮ ْ ْ ﻜﱠ اﺮ آ “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” QS. al-Jumuah62: 10 ْ ﻜﱢر ْ ﺎ ْ ﻓ اﻮﻐ ْ ْنأ حﺎ ﺟ ْ ﻜْ ْ , اوﺮآْذﺎﻓ تﺎﻓﺮ ْ ْ ْ ﻓأ اذﺈﻓ ماﺮ ْا ﺮ ْ ْا ﺪْ ﱠ ا , ْ ْ ْ ْآ ْنإو ْ آاﺪه ﺎ آ وﺮآْذاو , ﱢﺎﱠ ا “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia rezki hasil perniagaan dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari `Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berdzikirlah dengan menyebut Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.” QS. al- Baqarah2: 198 Ketiga ayat tersebut di atas, secara umum mengandung kebolehan akad mudharabah, yang secara bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah Swt di muka bumi. b. Hadis Hadis Rasulullah yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi al- mudharabah adalah : طﺮ ْ ا ﺔ رﺎ لﺎ ْا ﻓد اذإ ﱢ ْا ﺪْ ْ سﺎﱠ ْا ﺎ ﺪﱢ نﺎآ ْنأ ﺎ ﻰ 32 ،اﺮْ ﻚ ْ ﺪ آ تاذ ﺔﱠاد يﺮ ْ و ،ﺎ داو لﺰْ و ْ ﷲا ﻰﱠ ﷲا لْﻮ ر ْﺮ ﻎ ﻓ ، ﻚ ذ ﻓ ْنﺈﻓ ،ﺔ ْ ر زﺎﺟﺄﻓ ﱠ و ﺁو سﺎ ا وﻷا ﻰﻓ اﺮ ا اور . Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muntalib jika memberikan dana kepada mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan dan tidak mengarungi lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia mudharib harus bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah Saw dan Rasulullah pun membolehkannya. HR. Thabrani. Hadis lain telah diriwayatkan oleh Imam Quthni dan perawi-perawi yang dapat dipercaya. ﱠ و ﺁو ْ ﷲا ﻰﱠ ﱠ ﱠ ا ﱠنأ لﺎ : ﺔآﺮ ْا ﱠ ﻬْﻓ ث ﺛ : ﻰ إ ْ ْا ، ﺟأ ْ ْ ْ ْ ﺮْ ﱠ ﺎ ﱢﺮ ْا ْﺧو ،ﺔ رﺎ ْاو ﺟﺎ ا اور ﻬ Diriwayatkan dari Shuhaib r.a bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli tidak tunai secara kredit, muqaradah nama lain dari mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual. HR. Ibnu Majah. c. Ijma’ Imam Zailai dalam kitabnya Nashbu ar-Rayah 413, telah menyatakan bahwa para Sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini 33 sejalan dengan spirit hadist yang dikutip Abu Ubaid dalam kitab al-Amwal 454 : ”Rasulullah saw telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada di tanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat.” Indikasi dari hadis ini adalah apabila menginvestasikan harta anak yatim secara mudharabah sudah dianjurkan, apalagi mudharabah dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat di sini adalah seandainya harta tersebut diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari keuntungan bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut senantiasa berkembang, bukan berkurang. d. Praktek mudharabah pada masa awal Islam Diriwayatkan bahwa Abdullah dan Ubaidillah, putra-putra Umar bin Khattab r.a., keluar bersama pasukan Irak. Ketika mereka kembali, mereka singgah pada bawahan Umar, yaitu Abu Musa Al Asyhari, gubernur Basrah. Ia menerima mereka dengan senang hati dan berkata : “sekiranya aku dapat memberikan pekerjaan kepada kalian yang bermanfaat, aku akan melakukannya.”, kemudian ia berkata: “sebetulnya begini, ini adalah sebagian dari harta Allah yang aku ingin kirimkan kepada Amirulmukminin. Aku pinjamkan kepada kalian untuk dipakai membeli barang-barang yang ada di Irak, kemudian kalian jual di Madinah. Kalian kembalikan modal pokoknya kepada Amirulmukminin, dengan demikian kalian mendapat keuntungan.” Keduanya lalu berkata: “kami senang melakukannya.” Selanjutnya Abu Musa melakukannya, dan menulis surat kepada Umar agar beliau mengambil harta dari keduanya. Setelah mereka tiba, mereka menjual barang dan mendapatkan laba. Umar lalu berkata “adakah semua pasukan telah dipinjamkan uang seperti kamu?” mereka menjawab: “tidak.” Umar kemudian berkata: “dua anak Amirulmukminin, karena mereka meminjamkan kepada keduanya. Serahkanlah harta dan labanya.” 34 Abdullah diam saja, tetapi Ubaidillah menjawab: ‘wahai Amirulmukminin, kalau harta itu binasa habis kami menjaminnya.” Ia Umar terus berkata: “serahkanlah.” Abdullah diam saja dan Ubaidillah terus mendebatnya. Salah seorang yang hadir di majelis Umar berkata: “wahai Amirulmukminin, bagaimana sekiranya harta itu anda anggap qiradh?” Umar lalu menyetujui pendapat ini dan mengambil modal berikut setengah dari labanya. 13 Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa mudharabah telah dipraktekkan pada masa awal Islam dan syariat membolehkan karena termasuk dari kegiatan muamalah. Mudharabah sangat bermanfaat bagi kedua pihak, yaitu orang yang memiliki harta dan orang yang mampu mengelola usaha, membuat harta lebih produktif. e. Fatwa DSN MUI 1 Fatwa DSN MUI No.07DSN-MUIIV2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Qiradh. Dalam ketentuan pembiayaan ayat satu dan dua disebutkan “Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh Lembaga Keuangan Syariah LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal pemilik dana membiayai 100 kebutuhan suatu proyek usaha, sedangkan pengusaha nasabah bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha”. 14 13 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12-13-14, h.32. 14 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah , Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07DSN-MUIIV2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Qiradh, Ed.Pertama, Cet.ke-1, Jakarta: Kencana, 2007, h.340. 35 2 Fatwa DSN MUI No.50DSN-MUIIII2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah.

3. Rukun dan Syarat Mudharabah

Mudharabah merupakan salah satu dari jenis pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil. Akad pembiayaan mudharabah akan terjadi jika terpenuhi rukun seperti berikut : a. Pemilik modal shahibul maal; b. Pelaksana usaha mudharib; c. Modal maal; d. Kerjausaha ‘amal; e. Persetujuan kedua belah pihak ijab kabulsighat; dan f. Nisbah bagi hasil. Sedangkan syarat mudharabah antara lain : a. Pemilik modal shahibul maal dan pelaksana usaha mudharib harus cakap hukum. b. Modal maal adalah sejumlah uang danatau asset yang diberikan oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha. Syaratnya antara lain modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, dapat berbentuk uang atau barang yang dapat dinilai, berbentuk tunai bukan piutang dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya melakukan usaha, baik secara sekaligus maupun bertahap. 36 c. Kerjausaha ‘amal yang dikelola mudharib tidak bertentangan dengan hukum syariah berkaitan dengan mudharabah dan etika bisnis yang berlaku. Dalam hal kegiatan usaha, penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yakni keuntungan. d. Persetujuan kedua belah pihak ijab qabulsighat, hendaknya jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad, antara ijab qabul harus selaras baik dalam modal maupun dalam kerja. e. Nisbah bagi hasil, penentuan nisbah harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan untuk satu pihak. Dalam mudharabah, pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk presentase nisbah keuntungan sesuai kesepakatan.

4. Jenis Mudharabah

Secara umum Mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu Mudharabah Muqayyadah dan Mudharabah Muthlaqah. a. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabahspecified mudharabah adalah kontrak kerjasama dimana mudharib di batasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Dalam investasi terikat ini bank bertindak sebagai agen saja, dan atas kegiatannya tersebut bank menerima imbalan berupa fee. b. Mudharabah Muthlaqah 37 Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam perkembangan aplikasi mudharabah, terdapat satu bentuk mudharabah lain yang mulai banyak diaplikasikan pada bank syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya, yaitu : c. Mudharabah Musytarakah Mudharabah Musytarakah yang merupakan perpaduan dari akad mudharabah dan akad musyarakah adalah bentuk akad mudharabah di mana pengelola.

5. Skema dan Aplikasi Mudharabah pada Perbankan Syariah

Secara umum, aplikasi dari pembiayaan mudharabah dapat digambarkan dari skema di bawah ini : Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah 38 Keterangan skema : 1. Nasabah atau mudharib mengajukan permohonan pembiayaan mudharabah kepada Bank Syariah sebagai shahibul maal. 2. Dalam suatu proyekusaha, Bank Syariah memberikan kontribusi berupa 100 modal dan nasabah memberikan kontribusi berupa keahliantenaga untuk mengelola proyekusaha. 3. Keuntungan yang diperoleh dari proyekusaha akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati antara bank syariah dan nasabah bagi hasil. 4. Nasabah mengembalikan jumlah modal dari bank syariah dengan angsuran atau sekaligus sesuai kesepakatan. 39 Pada aplikasi perbankan syariah, mudharabah dapat diaplikasikan pada produk penghimpunan dana dan pembiayaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diaplikasikan pada : a. Tabungan mudharabah berjangka yaitu tabungan berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya. Dalam hal ini bank syariah mengelola dana yang diinvestasikan oleh penabung secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank, sesuai bagi hasil atau nisbah yang disepakati bersama. b. Deposito mudharabah, merupakan produk investasi dalam jangka waktu tertentu menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai nisbah yang disepakati bersama sebelumnya. c. Deposito investasi khusus, adalah suatu bentuk investasi nasabah dengan akad mudharabah muqayyadah, yang disalurkan langsung kepada pembiayaan tertentu sesuai dengan keinginan nasabah. Perbandingan atau nisbah bagi hasil ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara bank, nasabah serta penasihat keuangan jika diperlukan. Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah ditetapkan untuk : a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. 40 b. Investasi khusus disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

6. Manfaat dan Resiko Mudharabah

Seperti halnya dengan jenis investasi dan pembiayaan yang lain, mudharabah juga memiliki banyak manfaat, demikian juga resiko yang terdapat di dalamnya. Pembiayaan mudharabah memiliki banyak manfaat baik bagi shahibul maal penyedia modal maupun bagi mudharib pengelola usaha, sebagaimana telah dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i Antonio diantaranya adalah : a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pandapatan atau hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negatif spread. c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang nyata dan benar terjadi itulah yang akan dibagikan. e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah berbeda dengan prinsip bunga dimana bank akan menagih penerima pembiayaan nasabah satu jumlah bunga tetap 41 berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun usaha mengalami kerugian atau terjadi krisis ekonomi. Sementara, resiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapan dalam pembiayaan yang relatif tinggi. Diantara resiko tersebut adalah: a. Side Streaming, yaitu nasabah melakukan penyimpangan dan menggunakan dana tidak sesuai yang disebut dalam kontrak. b. Kelalaian dan kesalahan yang disengaja oleh nasabah pembiayaan. c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Dalam hal ini, nasabah dapat membuat pemalsuan laporan keuangan dan tingkat keuntungan yang sebenarnya diperoleh oleh nasabah pengelola usaha. 41

BAB III GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH

A. Sejarah dan Perkembangan BNI Syariah

BNI Syariah lahir dari sebuah bank besar dengan nama besar PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk. Bank papan atas ini menjadi pelopor pengembangan syariah di Indonesia. Seiring dengan diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998, BNI menerapkan dual banking system yakni dengan menyediakan dua layanan perbankan sekaligus, konvensional dan syariah yang didukung dengan teknologi yang canggih yang bisa menjamin tidak akan bercampurnya antara dana yang berasal dari bank konvensional dengan syariah. Unit Usaha Syariah UUS BNI didirikan sejak tahun 1999. Setelah memperoleh izin prinsip dan usaha dari Bank Indonesia, pada 29 april 2000, BNI meresmikan lima kantor cabang syariah di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Kemudian pada tahun 2001 sesuai Surat Izin Bank Indonesia No.31DpDDPIP tanggal 3 Mei 2001, BNI Syariah membuka dua cabang syariah di Jakarta dan satu cabang di Bandung. Hingga tahun 2009, BNI Syariah telah memiliki 27 Kantor Cabang Syariah KCS dan 31 Kantor Cabang Pembantu Syariah KCPS. Selanjutnya berlandaskan peraturan Bank Indonesia No 83PBI2006 tentang pemberian ijin bagi kantor cabang Bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah untuk melayani 42 pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah juga menerapkan Syariah Channelling Outlet SCO yang hingga kini terdapat di 678 outlet kantor cabang konvensional. Dengan adanya fasilitas Syariah Chanelling Outlet yang disediakan oleh BNI Syariah, BNI Syariah berharap dapat membantu masyarakat memperoleh kemudahan untuk mendapatkan layanan syariah di cabang-cabang BNI konvensional. Inilah salah satu strategi BNI syariah untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Kinerja BNI Syariah sendiri dari tahun ke tahun memperlihatkan pertumbuhan yang positif dengan posisi semester satu Juni 2008, aset BNI Syariah mencapai Rp 3,38 triliun dengan pembiayaan sebesar Rp 2,69 triliun dan dana pihak ketiga DPK sebesar Rp 2,63 triliun. Sedangkan pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah didukung oleh keberhasilan penyaluran produk BNI Wirausaha Syariah sekitar Rp 55,52 miliar dan BNI Tunas Usaha sebesar Rp18,82 miliar. 1 Dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah memperlihatkan perkembangan, kinerja dan kepatuhannya terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari Bank Indonesia BI pada tahun 2007 sebagai “The Best Marketshare Expansion”, kemudian diikuti dengan penghargaan dari Karim Business 1 BNI Syariah, artikel diakses pada 18 Mei 2010 dari http:www.bni.co.idSyariahtabid174Default.aspx . 43 Consulting pada tahun 2008 sebagai “The Best Unit Sharia” serta “The Best Banking Service Excellence” pada tahun 2009 dari MRI Info Bank. 2 Selanjutnya, pada tahun 2001 sesuai Surat Izin Bank Indonesia No.31DpDDPIP tanggal 3 Mei 2001, BNI Syariah membuka dua cabang syariah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, serta satu cabang di Bandung. 3 Ke depannya, BNI Syariah berupaya untuk memperluas akselerasi bisnis, meningkatkan kepercayaan dan citra, meningkatkan efektivitas, efisiensi dan fleksibilitas pengembangan bisnis, dan mempertajam kompetensi Sumber Daya Manusia SDM dengan melakukan Spin Off Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.

B. Visi dan Misi BNI Syariah