Strategi pengembangan pola investasi mudharabah dalam meningkatkan pendapatan BNI Syariah

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI

MUDHARABAH DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN BNI SYARIAH

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

DINI RESTU SYABISTARI

NIM 206046103822

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI

MUDHARABAH DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN BNI SYARIAH

Skripsi

Diajukan Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

DINI RESTU SYABISTARI NIM 206046103822

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. ZAINUL ARIFIN YUSUF, M.Pd DRS. H. HAMID FARIHI, MA. NIP. 195607121981031003 NIP. 195811191986031001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Pola Investasi Mudharabah Dalam Meningkatkan Pendapatan BNI Syariah, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Syariah).

Jakarta, 22 September 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (...) NIP. 195505051982031012

Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag (...) NIP. 196404121994031004

Pembimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd (...) NIP. 195607121981031003

Pembimbing II: Drs. H. Hamid Farihi, MA (...) NIP. 195811191986031001

Penguji I : Dr. H. Abd. Wahab Abd Muhaimin, Lc, MA (...) NIP. 194512301967122001

Penguji II : Drs. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 19500811989031001


(4)

ِﻢْﻴِﺣﱠﺮﻟا

ِﻦﻤْﺣﱠﺮﻟا

ِﷲا

ِﻢْﺴِﺑ

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dini Restu Syabistari

NIM : 206046103822

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 17 September 1987

Alamat : Jl. H. Saikin RT 013 RW 08 No. 8 Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jakarta 12310

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Pola Investasi Mudharabah Dalam Meningkatkan Pendapatan BNI Syariah” merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu pernyataan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian Lembar Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta: 22 September 2010 M

13 Syawal 1431 H

Dini Restu Syabistari NIM: 206046103822


(5)

ِﻢْﻴِﺣﱠﺮﻟا

ِﻦﻤْﺣﱠﺮﻟا

ِﷲا

ِﻢْﺴِﺑ

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan segala nikmat, rahmat, hidayah dan ridhaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Pola Investasi Mudharabah Dalam Meningkatkan Pendapatan BNI Syariah” sesuai waktu yang telah ditetapkan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat dan salam untuk baginda Rasulullah SAW. tercinta yang telah memberikan ilmu dan suri teladan untuk kita semua.

Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang tiada hingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Drs. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag selaku Ketua Prodi Muamalah dan Sekretaris Prodi Muamalah, serta Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag selaku Ketua Koordinator Teknis Program Non Reguler dan Sekretaris Koordinator Teknis Program Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum, UIN


(6)

3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Drs. H. Hamid Farihi, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan banyak ilmu, dukungan dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan keberkahan kepada beliau.

4. Pihak-pihak BNI Syariah yang telah banyak membantu dan memberikan informasi, Ibu Eni di Divisi Pendidikan dan Pelatihan, Ibu Tri di Divisi Usaha Syariah, serta Bapak Heru, Bapak Haryadi dan Bapak Uki di Unit Pemasaran Pembiayaan Syariah BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan.

5. Segenap pimpinan dan staff perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dan referensi yang dibutuhkan selama penulisan skripsi.

6. Ayah dan bunda yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa yang tiada henti dan tidak mengenal lelah hingga saat ini.

7. Adik-adik yang tersayang, Dias, Dizar, Danu dan Didit. Jangan pernah lelah mencari ilmu dan menggapai cita-cita. Semoga kita semua menjadi anak-anak yang shalihin dan berbakti serta memberi kebanggaan.

8. Untuk seseorang yang setia menemani penulis, yang tak pernah henti memberi saran, semangat, doa dan cinta.


(7)

9. Teman-teman Perbankan Syariah seperjuangan, terima kasih telah saling berbagi, mendukung, mengingatkan dan mendoakan. Semoga silaturrahim kita semua tetap terjaga, langgeng dan lestari.

10. Teman, sahabat, kerabat dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis serahkan, semoga kebaikan yang telah diberikan menjadi amal saleh dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Innallaahu laa yudhii’u ajrol muhsiniin.

Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, semoga Allah SWT. selalu memberikan jalan kebaikan dan keridhaan dalam setiap langkah baik kita. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta: 22 September 2010 M

13 Syawal 1431 H

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan Panitia Ujian ... iii

Lembar Pernyataan ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Review Studi Terdahulu ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG POLA INVESTASI MUDHARABAH ... 18

A. Strategi Pengembangan ... 18

1. Pengertian Strategi ... 19

2. Strategi Pengembangan Bank Syariah ... 20 viii


(9)

B. Pola Investasi Bank Syariah... 21

1. Investasi dalam Islam ... 21

2. Bentuk Investasi Bank Syariah ... 24

3. Bentuk Pembiayaan Bank Syariah ... 26

C. Pola Investasi Mudharabah ... 28

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah ... 28

2. Landasan Syariah Mudharabah ... 30

3. Rukun dan Syarat Mudharabah ... 34

4. Jenis Mudharabah ... 36

5. Skema dan Aplikasi Mudharabah pada Perbankan Syariah ... 37

6. Manfaat dan Resiko Mudharabah ... 39

BAB III : GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH ... 41

A. Sejarah dan Perkembangan BNI Syariah ... 41

B. Visi dan Misi BNI Syariah ... 43

C. Struktur Organisasi BNI Syariah ... 44

D. Produk dan Jasa Layanan BNI Syariah ... 49

E. Aktifitas Utama BNI Syariah ... 57

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Strategi Pengembangan Pola Investasi Mudharabah ... 67 ix


(10)

B. Perkembangan Pendapatan BNI Syariah melalui Pola

Investasi Mudharabah pada Tahun 2007-2009 ... 69

C. Pengaruh Pendapatan Pola Investasi Mudharabah terhadap Pendapatan BNI Syariah ... 73

BAB V : PENUTUP ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 89


(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Jumlah dan Pendapatan Pembiayaan Tahun 2007 ... 71

2. Tabel 4.2 Jumlah dan Pendapatan Pembiayaan Tahun 2008 ... 71

3. Tabel 4.3 Jumlah dan Pendapatan Pembiayaan Tahun 2009 ... 72

4. Tabel 4.4 Jumlah Pendapatan Mudharabah dan Pendapatan Pembiayaan BNI Syariah Tahun 2007-2009... 73

5. Tabel 4.5 Tabel Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 74

6. Tabel 4.6 Pedoman Koefisien Korelasi ... 75

7. Tabel 4.7 Tabel Korelasi ... 76

8. Tabel 4.8 Tabel ANOVA ... 77

9. Tabel 4.9 Pendapatan Pembiayaan Mudharabah dan ROI BNI Syariah Tahun 2007-2009 ... 80

10. Tabel 4.10 Tabel Korelasi Pendapatan Mudharabah terhadap ROI ... 80


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah ... 37 2. Gambar 3.1 Produk - Produk BNI Syariah ... 50 3. Gambar 3.2 Kegiatan Utama BNI Syariah ... 58 4. Gambar 4.1 Plot Kenormalan Pendapatan Pembiayaan

Mudharabah ... 79 5. Gambar 4.2 Plot Kenormalan Pendapatan Pembiayaan... 79


(13)

1

STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI MUDHARABAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN BNI SYARIAH

A. Latar belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri, perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat, tidak terlepas dari sejarah panjang dan perkembangannya hingga kini. Dirintis pertama kali pada akhir tahun 1950 oleh sebuah Bank pedesaaan di Pakistan dengan sistem operasional tanpa bunga yang menerima simpanan dana dari masyarakat, khususnya para tuan tanah, dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Pendapatan Bank tidak diperoleh dari bunga, melainkan dari biaya administrasi.

Langkah ini kemudian diikuti oleh Mit Ghamr Bank di Mesir yang didirikan oleh Ahmad El Najjar. Bank yang bersifat rural social bank atau bank pedesaan ini, dalam prakteknya tidak memungut bunga dan hanya berinvestasi hanya pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung secara partnership, serta memberi keuntungan pada penabung. Bank ini juga dianggap memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi pada saat itu, karena mampu berkembang pesat pada tiga tahun pertamanya.

Perkembangan ini dilanjutkan oleh pendirian Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 atas prakarsa Organisasi Konferensi Islam (OKI). IDB berperan membantu memenuhi kebutuhan negara-negara Islam dengan memberikan


(14)

2

pinjaman jangka panjang untuk proyek infrastruktur. Lahirnya IDB menjadi inspirasi bagi banyak negara untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan syariah.

Bank Syariah sebagai salah satu aplikasi dari sistem ekonomi syariah Islam yang merupakan bagian dari nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur bidang perekonomian umat dan tidak terpisahkan dari aspek-aspek lain ajaran Islam yang komprehensif dan universal. Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual maupun sosial kemasyarakatan termasuk bidang ekonomi, universal bermakna bahwa syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat tanpa memandang perbedaan ras, suku, golongan, dan agama sesuai prinsip Islam sebagai “rahmatan lil alamin”.

Kini, sistem perbankan dan keuangan Islam telah beroperasi lebih dari 55 negara yang pasarnya sedang bangkit dan berkembang1, dimana Indonesia menjadi bagian didalamnya. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan yang menggembirakan, ditandai dengan meningkatnya jumlah aset, jumlah nasabah dan jumlah kantor bank yang memberikan pelayanan syariah.

Perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. DPP Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Bambang Sutrisno menjelaskan, hingga November 2009, aset perbankan syariah Indonesia mencapai Rp61,36 triliun. Selama lima tahun terakhir, aset bank syariah tumbuh rata-rata 31,04 persen pertahun. Hingga akhir tahun 2009, jumlah bank syariah terdiri atas

1

Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud., Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik, dan Prospek,


(15)

3

7 BUS (Bank Umum Syariah) dan 25 UUS (Unit Usaha Syariah). Hal ini menunjukkan bahwa perbankan syariah telah didukung oleh baiknya kinerja perbankan syariah, meningkatnya pemahaman dan minat masyarakat serta komitmen pemerintah dalam mendukung perkembangan perbankan syariah.

Perkembangan ini menuntut industri perbankan syariah untuk terus meningkatkan kinerja dan stabilitas keuangan, salah satunya adalah dengan menjaga kualitas aktiva produktif dengan menerapkan kebijakan investasi dana bank syariah baik menurut sektor ekonomi, sektor industri maupun wilayah pemasaran. Dalam meningkatkan pendapatan, bank syariah mengoptimalkan investasinya dalam berbagai pola investasi yang halal, bermanfaat, dan profitable.

Beberapa pola investasi atau penanaman dana Bank Syariah antara lain dalam bentuk piutang, Qardh, surat berharga syariah, penempatan pada bank syariah lain dan/atau pembiayaan rakyat yang berdasarkan prinsip syariah (BPRS), penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi (off balance sheet) pada transaksi rekening administrasi berdasarkan prinsip syariah, Sertifikasi Wadiah Bank Indonesia (SWBI), dan pembiayaan.

Pola investasi dalam bentuk pembiayaan menjadi prioritas utama yang dilakukan bank syariah karena pembiayaan menjadi salah satu kegiatan utama bank syariah sebagai financial intermediary institution. Dalam menyalurkan dananya, bank syariah memiliki beragam pola pembiayaan. Pertama, pembiayaan dengan prinsip jual beli (ba’i) seperti pembiayaan Murabahah, Salam dan Istishna. Kedua, pembiayaan dengan prinsip sewa seperti Ijarah dan Ijarah Muttahiya bit Tamlik.


(16)

4

Ketiga, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah) seperti pembiayaan Musyarakah dan Murabahah. Dan keempat, pembiayaan dengan akad pelengkap seperti pembiayaan dengan Hiwalah (pangalihan utang-piutang), Rahn (gadai), Qardh (pinjaman), Wakalah (perwakilan) dan Kafalah (garansi bank).2

Salah satu karakteristik pola investasi sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil atau profit and loss sharing adalah menyalurkan pembiayaan dengan pola investasi pembiayaan Mudharabah. Mudharabah dalam implementasinya dibedakan menjadi dua jenis akad, yakni Mudharabah Muqayyadah dan Mudharabah Muthlaqah. Mudharabah Muqayadah (Investasi Khusus), yaitu dana investasi khusus yang ditujukan pada proyek-proyek khusus atau terbatas sesuai dengan kesepakatan pihak investor dengan Bank, dan Mudharabah Muthlaqah (Dana Investasi), yaitu dana masyarakat yang diinvestasikan melalui bank dana (pool of fund).

Pendapatan yang diperoleh bank syariah berasal dari sumber-sumber pendapatan bagi hasil atas pola investasi berdasar akad mudharabah dan akad musyarakah, keuntungan atas investasi berdasar prinsip jual beli, hasil sewa atas investasi dengan akad ijarah, serta fee dan biaya administrasi atas jasa dan layanan yang diberikan bank syariah kepada para nasabah.

Salah satu cara melihat perkembangan pendapatan yang diperoleh bank syariah adalah dengan mengukur rasio profitabiltas, atau rasio untuk menilai

2

Ir.Adiwarman A.Karim,SE,MBA,MAEP, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,


(17)

5

kemampuan bank syariah dalam mencari keuntungan/laba. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu, menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu dan/atau menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.3

Mengukur rasio profitabilitas salah satu caranya adalah dengan melihat Return on Investment (ROI) atau hasil atau tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan bank syariah. Return on Investment atau return on total assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga menjadi suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.4

Mudharabah adalah salah satu bentuk investasi yang mempengaruhi pendapatan bank syariah, melalui strategi-strategi yang dapat dilakukan bank syariah dalam mengelola pembiayaan mudharabah tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji, dan menganalisa lebih jauh permasalahan tersebut dalam skripsi ini dengan judul ”STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI MUDHARABAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN BNI SYARIAH”.

3

Kasmir, SE., MM., Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Ed.1, h.197.

4


(18)

6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien, maka penulis membatasi pembahasan pada strategi pengembangan pola investasi mudharabah dan perkembangan pendapatan BNI Syariah pada tahun 2007-2009 serta pengaruh pendapatan pembiayaan mudharabah dalam meningkatkan pendapatan pembiayaan BNI Syariah.

Dari pembatasan tersebut maka pokok masalah dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa saja strategi pengembangan pola investasi mudharabah yang dilakukan oleh BNI Syariah?

2. Bagaimana perkembangan pendapatan BNI Syariah melalui pola investasi mudharabah pada tahun 2007-2009?

3. Berapa besar pengaruh pendapatan pembiayaan mudharabah dalam meningkatkan pendapatan BNI Syariah?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan beberapa tujuan yang hendak dicapai, antara lain :

1. Untuk mengetahui strategi pengembangan pola investasi mudharabah yang dilakukan oleh BNI Syariah.

2. Untuk mengetahui perkembangan pendapatan BNI Syariah melalui pola investasi mudharabah pada tahun 2007-2009.


(19)

7

3. Untuk mengetahui besar pengaruh pendapatan pembiayaan mudharabah dalam meningkatkan pendapatan BNI Syariah.

Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Secara akademisi untuk manambah wawasan dan pengetahuan dalam konsep dan aplikasi perbankan syariah dalam meningkatkan pendapatan bank syariah, khususnya mengenai pola investasi mudharabah pada BNI Syariah.

2. Secara praktisi sebagai referensi, saran dan informasi bagi bank syariah khususnya BNI Syariah untuk mengoptimalkan pola investasi mudharabah dalam pengelolaan dana investasi bank, agar dapat memberikan banyak manfaat bagi BNI Syariah sebagai salah satu penyedia produk dan layanan investasi.

3. Secara pribadi, yaitu penulis dapat menambah pengetahuan secara langsung serta dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan kalimat. Adapun data kuantitatif digunakan penulis dalam membantu menganalisis data kualitatif dan sebagai penguat dalam melakukan analisis data.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (descriptive research) dengan pendekatan analisis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam


(20)

8

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.5

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena pada objek penelitian sesuai dengan permasalahan yang diteliti, untuk kemudian dianalisis.

Penelitian deskriptif yang dilakukan adalah penelitian deskriptif eksploratif. Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian deskriptif eksploratif adalah metode penggambaran dan penafsiran data mengenai keadaan di lapangan atau tempat penelitian. Tujuan dari penelitian deskriptif eksploratif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat dan hubungan yang diteliti baik secara kualitatif dan kuantitatif.6

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari wawancara secara langsung dengan salah satu staff marketing dari Unit Pemasaran Pembiayaan Syariah BNI Syariah melalui BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan.

5

Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), Cet.Kelima, h.54.

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Ed.Revisi V.


(21)

9

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui dokumentasi arsip atau laporan yang berhubungan dengan penelitian, buku, artikel, karya ilmiah, dan referensi dari berbagai sumber lain yang berkaitan dengan dengan pembahasan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Library Research (penelitian kepustakaan), dalam penelitian ini penulis mencari data-data yang diperoleh, literatur-literatur dan referensi yang berkaitan dengan judul skripsi. Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kerangka teori dan konsep yang dapat mendukung pokok pembahasan dalam penelitian ini.

b. Field Research (penelitian lapangan), dimana penulis melakukan pencarian data-data dan informasi mengenai permasalahan secara langsung pada lembaga yang diteliti, yaitu dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan sistematis terhadap mekanisme penerapan pola investasi mudharabah dan pengaruhnya dalam meningkatkan pendapatan di BNI Syariah.

2) Wawancara, yaitu penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan salah satu staff marketing dari Unit Pemasaran Pembiayaan


(22)

10

Syariah BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan yang dapat membantu memberikan data dan keterangan yang berkaitan dengan pembahasan skripsi penulis.

3) Teknik dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan laporan yang diperoleh dari BNI Syariah serta laporan lain yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumen yang diambil oleh penulis adalah berupa neraca dan laporan laba rugi BNI Syariah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

4. Teknik Analisa Data

Untuk memperoleh pengaruh pola investasi mudharabah terhadap peningkatan pendapatan BNI Syariah, penulis menggunakan laporan keuangan triwulan tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, yang nantinya akan dianalisis menggunakan model regresi linear sederhana.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Analisis Regresi Sederhana, yang dilakukan untuk memperkirakan suatu keadaan yang timbul karena faktor-faktor tertentu7.

Uji regresi linier sederhana dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel pendapatan dari pola investasi mudharabah, yakni pembiayaan mudharabah, dengan variabel pendapatan bank syariah. Uji analisis regresi dilakukan jika terdapat dua variabel penelitian yang

7

Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Ed.Baru, Cet.6, h.113.


(23)

11

sudah diketahui, dimana variabel X (independent) atau disebut sebagai Prediktor yaitu pendapatan pembiayaan mudharabah dan yang mana variabel Y (dependent) atau disebut sebagai variabel kriterium.8 yaitu pendapatan pembiayaan BNI Syariah.

Metode persamaan regresi linear sederhana bertujuan menghitung besarnya pendapatan pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas. Kriteria yang harus dipenuhi untuk regresi linear sederhana yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berskala interval.

Hubungan variabel pendapatan pembiayaan mudharabah dalam meningkatkan pendapatan pembiayaan BNI Syariah.

X Y Pendapatan pembiayaan

mudharabah

pendapatan pembiayaan BNI Syariah

Bentuk persamaan dari regresi linier sederhana ini yaitu:

Y= a + bX

Dimana :

Y : Pendapatan Pembiayaan BNI Syariah

8

Burhan Nurgiyantoro, Statistika Penerapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Oktober 2004), Cet.3, h.271.


(24)

12

X : Pendapatan Pembiayaan Mudharabah

A : Nilai konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variable bebasnya adalah 0 (X = 0)

B : Koefisien regresi sederhana antara variabel bebas X terhadap variabel terikat Y

Pada penelitian ini penulis menerapkan analisis bivariate (dua variabel) dimana analisis tersebut pada umumnya mempunyai tujuan untuk menguji perbedaan dan mengukur hubungan antara dua variabel penelitian.

5. Variabel Penelitian dan Hipotesis

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Varibel independen, yang selanjutnya disebut variabel x, yaitu pendapatan pembiayaan mudharabah, dan variabel dependen atau variabel y, yaitu pendapatan pembiayaan BNI Syariah.

Hipotesis berasal dari kata hipo yang artinya lemah, dan tesis yang artinya pernyataan, pendapat, atau teori. Jadi hipotesis adalah pernyataan, pendapat atau teori yang masih lemah, atau dapat disebut sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang secara teoritis paling mungkin terjadi. Hipotesis perlu dibuktikan untuk menegaskan apakah hipotesis tadi dapat diterima atau ditolak berdasarkan data atau fakta empirik yang telah dikumpulkan dalam penelitian.

Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative), dan menghubungkan secara umum variabel yang satu dengan yang lain. Jadi


(25)

13

hipotesis mengandung dua variabel yang dapat diukur dan menunjukkan secara jelas hubungan antara kedua variabel tersebut.

Maka berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, hipotesisnya adalah :

Ho : tidak ada korelasi antara pendapatan pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan pembiayaan BNI Syariah.

H1 : terdapat korelasi antara pendapatan pembiayaan mudharabah terhadap

pendapatan pembiayaan BNI Syariah. 6. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku ”Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”.

E. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat bahwa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini menarik untuk dijadikan sebagai tema skripsi. Disamping karena mudharabah merupakan salah satu bentuk pola investasi dalam perbankan, penulis ingin mengetahui pola investasi mudharabah yang telah diaplikasikan dan strategi pengembangan yang dapat dilakukan oleh BNI Syariah, baik dalam mengoptimalkan implementasi mudharabah sebagai pola investasi maupun dalam meningkatkan pendapatan BNI Syariah.


(26)

14

Kajian pustaka yang digunakan penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini adalah :

1. Skripsi 1430 H/ 2009 M oleh A. Fauzan (NIM 10204612576) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul ALOKASI PENYALURAN DANA PEMBIAYAAN PADA UKM OLEH BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) SYARIAH CABANG TANGERANG. Skripsi ini menjelaskan tentang strategi penyaluran pembiayaan, terutama pada strategi produk-pasar (product-market strategy) yang meliputi strategi penetrasi pasar, strategi pengembangan produk, strategi penggantian produk, dan strategi pengembangan pasar. Dalam skripsi ini juga dijelaskan tentang kebijakan bank yang berkenaan dengan alokasi dana pembiayaan pada UKM, proporsi pembiayaan UKM dan Non UKM oleh BRI Syariah, serta prosedur yang diterapkan pada pengajuan pembiayaan di BRI Syariah.

2. Skripsi 1429 H/ 2009 M oleh Evi Amalia (NIM 104046101610) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul EFISIENSI PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH MANDIRI. Dalam skripsi ini penulis menjabarkan antara lain tentang pengelolaan pembiayaan Bank Syariah Mandiri yang mancakup kebijakan pembiayaan, penggolongan pembiayaan, pengawasan pembiayaan, prinsip pemberian pembiayaan, prosedur pembiayaan oleh cabang, dan upaya Bank Syariah Mandiri dalam mengefisiensikan pembiayaan. Penulis juga melakukan tinjauan data terhadap variabel-variabel seperti Financing to Deposit


(27)

15

Ratio (FDR) dan Net Revenue Margin (NRM), serta melakukan pengujian hipotesis.

3. Skripsi 1429 H/ 2009 M oleh Emi Jamilatul Hijriah NIM (204046102910) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul STRATEGI PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM MENINGKATKAN JUMLAH PENDAPATAN DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (STUDI KASUS DI LKMS AL HIDAYAH). Dalam skripsinya, penulis membahas tentang strategi yang dilakukan oleh LKMS Al Hidayah, yaitu melalui strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi. Penulis memberikan data pendapatan LKMS Al Hidayah yang diperoleh dari pembiayaan murabahah.

Perbedaan antara skripsi penulis dengan skripsi terdahulu terletak pada pola investasi bank syariah yaitu pembiayaan mudharabah, strategi pengembangan serta pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan pembiayaan BNI Syariah dan pengaruhnya terhadap salah satu rasio profitabilitas yakni Return on Investment (ROI) yang diperoleh BNI Syariah.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi yang merupakan laporan penelitian ini terdiri atas :

Bab I. Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review


(28)

16

studi terdahulu, metodologi penelitian yang digunakan, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II. Tinjauan Umum Tentang Pola Investasi Mudharabah

Bab ini menguraikan mengenai pengertian strategi pengembangan, pola investasi bank syariah dan pola investasi mudharabah.

Bab III. Gambaran Umum BNI Syariah

Pada bab ini penulis mendeskripsikan tentang sejarah dan perkembangan BNI Syariah; visi dan misi BNI Syariah; struktur organisasi BNI Syariah; produk dan jasa layanan BNI Syariah; serta aktifitas utama BNI Syariah.

Bab IV . Analisa dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis membahas mengenai strategi pengembangan pola investasi mudharabah, perkembangan pendapatan BNI Syariah melalui pola investasi mudharabah pada tahun 2007-2009, dan pengaruhnya dalam meningkatkan pendapatan BNI Syariah.

Bab V. Penutup

Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan dari uraian dan penjelasan yang telah disajikan dan memberikan saran-saran yang dapat


(29)

17

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi BNI Syariah.


(30)

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG POLA INVESTASI MUDHARABAH

A. Strategi Pengembangan

Menurut Fred. R. David, strategi pengembangan menjadi bagian dalam strategi intensif, yakni strategi yang terdiri atas penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar dilakukan dengan meningkatkan pangsa pasar produk atau jasa yang telah ada. Upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan promosi penjualan, menambah biaya iklan dan publisitas lainnya.

Pengembangan pasar merupakan cara yang digunakan dalam

memperkenalkan produk atau jasa ke wilayah baru. Sementara pengembangan produk adalah strategi meningkatkan penjualan, yang dapat dilakukan dengan memperbaiki, memodifikasi, atau membuat inovasi produk atau jasa yang telah ada.1

1. Pengertian Strategi

Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos. Pada saat itu, strategos ditujukan sebagai 'komandan militer' pada zaman demokrasi Athena. Sementara dalam ensiklopedia bebas Wikipedia bahasa Indonesia disebutkan, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang

1

Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Indonesia: PT Indeks, 2004), Ed.Kesembilan, h.239-241.


(31)

19

berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.2

Menurut Alfred Chandler (1962) seperti yang dikutip oleh James C. Craig dan Robert M. Grant, strategi merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu.3 Pengertian strategi juga dikemukakan oleh Kenneth Andrew (1971), yaitu pola sasaran, maksud atau tujuan dan kebijakan serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis yang dianut atau yang akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa perusahaan ini.4

Dalam pengertian strategi secara umum dapat dirumuskan strategi adalah proses penentuan keputusan para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Adapun dalam pengertian khusus, strategi adalah tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat), terus-menerus,

2

Wikipedia bahasa Indonesia, ”Strategi”, artikel diakses pada 15 Mei 2010 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi.

3

James C. Craig, dan Robert M. Grant, The Fast-Track MBA Series Strategic Management Manajemen Strategi Sumber Daya-Perencanaan-Efisiensi Biaya-Sasaran, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), Cet.3, h.4.

4

James C. Craig, dan Robert M. Grant, The Fast-Track MBA Series Strategic Management Manajemen Strategi Sumber Daya-Perencanaan-Efisiensi Biaya-Sasaran, h.5.


(32)

20

dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan di masa depan.

2. Strategi Pengembangan Bank Syariah

Dalam seminar “Training Perbankan Syariah Bank Mega Syariah Indonesia” yang pernah penulis ikuti, dijelaskan tentang strategi dan pengembangan perbankan syariah.5 Terdapat enam pilar strategi pengembangan bank syariah, diantaranya: Pertama, penguatan kelembagaan syariah melalui

Office Channeling bagi bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah dan Unit Pelayanan Syariah (UPS) bagi Bank Umum Syariah.

Kedua, pengembangan produk dan peningkatan layanan bank syariah. Strategi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan teknologi di bank syariah, menyediakan produk yang lebih bervariatif baik produk penghimpunan dana, penyaluran dana, dan instumen investasi syariah seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah, obligasi syariah/Sukuk dan reksadana syariah. Pengembangan produk yang menarik dan menguntungkan, akan meningkatkan jumlah nasabah.

Ketiga, intensifikasi edukasi publik dan kerjasama dengan mitra strategis. Edukasi publik dapat dilakukan dengan menyelenggarakan seminar, pameran, lokakarya, kegiatan-kegiatan syariah dan meningkatkan promosi melalui iklan melalui media massa, elektronik dan media internet. Dengan cara ini diharapkan masyarakat akan lebih mengetahui, memahami, dan menerapkan konsep-konsep

5

Bank Mega Syariah Indonesia, “Strategi dan Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah”, Makalah Seminar Training Perbankan Syariah Bank Mega Syariah Indonesia, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 11-12 Juni 2008, t.d.


(33)

21

perbankan syariah. Kerjasama dengan mitra strategis, yaitu melakukan kerjasama dengan koperasi syariah, BPRS, BMT, lembaga pendidikan serta organisasi keagamaan untuk sosialisasi perbankan syariah.

Keempat, peningkatan peran pemerintah dan penguatan kerangka hukum bank syariah melalui Undang Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008, Fatwa DSN MUI, Peraturan Bank Indonesia tentang Perbankan Syariah. Kelima, penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Bank Syariah, dan Keenam, penguatan pengawasan bank syariah.

B. Pola Investasi Bank Syariah

Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire yang artinya

memakai, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan investment. Dalam

Ensiklopedi Indonesia, investasi diartikan sebagai: “penanaman uang atau modal dalam proses produksi, yaitu dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya. Dengan demikian, cadangan barang modal barang diperbesar sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti” (Ensiklopedi Indonesia, tt: 1470).6

1. Investasi dalam Islam

Dalam hukum Islam, kegiatan berinvestasi dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang termasuk dalam kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang

6

Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), Ed.1, h.31.


(34)

22

mengatur hubungan antar manusia. Sementara menurut kaidah Fikih, hukum asal kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh) yang berarti semua kegiatan dalam hubungan antar manusia adalah mubah (boleh) kecuali yang memang jelas ada larangannya (haram). Ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut dianggap dapat diperbolehkan kecuali yang memang terdapat implikasi dari al-Qur’an dan Hadist yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit. Islam menganjurkan pada kita agar menggunakan harta secara efektif dan efisien dan mendorong agar setiap kekayaan yang ada pada kita diinvestasikan di sektor riil. Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia dan membiarkan aset yang menganggur. Hal ini sesuai dengan penjelasan Imam al-Ghazali bahwa penimbunan uang (al-ikhtinaz) merupakan perbuatan zalim dan

dapat menghilangkan hikmah yang terkandung di dalamnya.7 Allah Swt

berfirman dalam surat At-Taubah (9) ayat 34: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”.

Aktivitas investasi dalam Islam lebih didasarkan pada motivasi sosial yaitu membantu sebagian masyarakat yang tidak memiliki modal namun memiliki kemampuan berupa keahlian (skill) dalam menjalankan usaha, baik

7

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: Granada Press, 2007), Cet.Kedua, h.128.


(35)

23

dilakukan dengan bersyarikat (musyarakah) maupun dengan berbagi hasil (mudharabah). Jadi dapat dikatakan bahwa investasi dalam Islam bukan hanya dipengaruhi faktor keuntungan materi, tapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor syariah (kepatuhan pada ketentuan syariah) dan faktor sosial (kemashlahatan umat).

Investasi dalam islam pada dasarnya adalah sebagai bentuk aktif dari ekonomi syariah. Prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam investasi yang seharusnya menjadi perhatian bagi pelaku investasi syariah antara lain :

a. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram. b. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.

c. Keadilan pendistribusian kemakmuran.

d. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.

e. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar

(ketidakjelasan/samar-samar).

Berdasarkan keterangan di atas, kegiatan investasi yang dilakukan oleh para pelaku dan praktisi lembaga keuangan syariah termasuk di dalamnya industri perbankan syariah, hendaknya mengacu pada hukum syariat yang berlaku. Pengelolaan dana investasi bank syariah baik pembiayaan maupun penanaman dana dan bentuk investasi lainnya tidak boleh disalurkan kepada jenis industri yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharamkan.


(36)

24

2. Bentuk Investasi Bank Syariah

Investasi oleh Bank Syariah dilakukan dalam rangka mengelola aktiva

produktif atau earning assets. Seperti disebutkan dalam Peraturan Bank

Indonesia No.5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah, yang dimaksud aktiva produktif adalah yaitu penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), yang dapat menghasilkan kontribusi pendapatan bagi bank.8

Secara umum, beberapa bentuk investasi yang dilakukan oleh Bank Syariah antara lain :

a. Pembiayaan yaitu penyediaan dana dan/atau tagihan berdasarkan akad

mudharabah, musyarakah, dan/atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip syariah.

b. Piutang yaitu tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan/atau sewa berdasarkan akad murabahah, salam, istishna dan/atau ijarah.

c. Surat berharga syariah yaitu surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal antara

8

Bank Indonesia Direktorat Perbankan Syariah, Himpunan Ketentuan Perbankan Syariah Indonesia: Agustus 1999-Januari 2005, Peraturan Bank Indonesia No: 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah, (Jakarta: 2003), h.68-70.


(37)

25

lain wesel, obligasi syariah, sertifikasi reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.

d. Penempatan yaitu penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya dan/atau bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah (BPRS) antara

lain dalam bentuk giro dan atau tabungan wadiah, deposito berjangka

dan/atau tabungan muharabah, pembiayaan yang diberikan, sertifikat

investasi mudharabah antar bank (IMA) dan atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.

e. Penyertaan modal yaitu penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah.

f. Penyertaan modal sementara yaitu penyertaan modal bank syariah dalam

perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (debt to equity swap), sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku termasuk dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah.


(38)

26

g. Transaksi rekening administrasi yaitu komitmen dan kontijensi (off balance sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi (endorsemen), irrevocable Letter of Credit (L/C) dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah.

h. Sertifikasi Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yaitu sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah.

3. Bentuk Pembiayaan Bank Syariah

Dalam Undang Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dijelaskan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

1) Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan antara pemilik dana dan

pengelola usaha untuk melakukan kerjasama usaha tertentu dengan pembagian nisbah keuntungan yang disepakati pada awal akad.

2) Pembiayaan musyarakah adalah kerjasama antara pemilik modal/dana

untuk bersama menggabungkan modal mereka untuk usaha tertentu. Nisbah keuntungan disepakati bersama pada saat akad.

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli atau dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

1) Pembiayaan ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang selama waktu tertentu melalui pembayaran sewa.


(39)

27

2) Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik adalah pembiayaan dengan

prinsip sewa menyewa suatu barang, dengan perpindahan kepemilikan objek sewa dari pihak yang memberi sewa kepada pihak yang menyewa pada akhir masa perjanjian.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna;

1) Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan

nasabah, dimana bank membelikan barang yang diperlukan nasabah dan menjualnya kembali kepada nasabah dengan nilai jual dan margin keuntungan yang diketahui dan disepakati oleh nasabah.

2) Pembiayaan salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara

pemesanan dengan pembayaran harga lebih dahulu.

3) Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dengan pemesanan

pembuatan dimana kriteria dan persyaratannya telah disepakati penjual dan pemesan.

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, adalah penyediaan dana dan atau tagihan antara bank syariah dengan nasabah peminjam dalam jangka waktu tertentu;

e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Jenis-jenis pembiayaan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana


(40)

28

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

C. Pola Investasi Mudharabah

Pola investasi melalui pembiayaan mudharabah merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang diterapkan oleh bank syariah. Berikut adalah pengertian, dasar hukum, jenis dan penerapannya pada bank syariah.

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Mudharabahberasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.9 Disebut juga qiradh, yang berasal dari kata al-Qardhu yang berarti al-Qath’u (potongan), karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian

keuntungannya.10 Orang-orang Madinah menyebut kontrak jenis ini dengan

sebutan muqaradah, yang diambil dari perkataan qard yang berarti menyerahkan. Dalam hal ini pemilik modal akan menyerahkan modalnya kepada pengusaha.

Secara terminologi, mudharabahadalah akad kerjasama usaha antara dua

pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)

modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).

9

M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet.1, h.95.

10


(41)

29

Menurut Adiwarman A. Karim, mudharabah adalah bentuk kontrak kerja sama antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan jumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung.11

Sementara menurut Muhammad Syafi’i Antonio, mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan kelalaian si pengelola seandainya kerugian itu disebabkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.

Dari penjelasan mengenai definisi mudharabah di atas, dapat diketahui bahwa keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, misalnya antara bank dan nasabah 50% : 50% sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu tidak disebabkan oleh kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian tersebut.

11

Adiwarman A. Karim, Bank Islam:Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Ed.3, Cet.6, h.205.


(42)

30

2. Landasan Syariah Mudharabah

Dalam Islam, dasar hukum mudharabah adalah jaiz (boleh) berdasarkan dalil as-Sunnah (taqrîr Nabi Saw) dan Ijma sahabat (an-Nabhani, 1990: 153),12 karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal (rab al-mal)

dengan pengelola usaha (mudharib). Meskipun mudharabah tidak secara

langsung disebutkan oleh al-Quran atau Sunnah, ia adalah sebuah kebiasaan yang diakui dan dipraktikkan oleh umat Islam, dan bentuk dagang semacam ini terus hidup sepanjang periode awal masa Islam sebagai tulang punggung perdagangan karavan dan perdagangan jarak jauh. Di antara orang yang melakukan kegiatan mudharabah ialah Nabi Muhammad SAW sebelum beliau menjadi Rasul. Beliau bermudharabah dengan calon istrinya Khadijah dalam melakukan perniagaan antara Negeri Mekah dengan Negeri Syam.

Secara umum landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha, hal ini tampak dari dasar hukum mudharabah berikut ini :

a. al-Qur’an

ﱠ ا

ْ ﻓ

ْ

نﻮﻐ ْ

ضْرﺄْا

نﻮ ﺮْ

نوﺮﺧاءو

...

“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah Swt…” (QS. al-Muzammil/73: 20)

12

Farid Ma'ruf, Kerjasama Bisnis (Syirkah) Dalam Islam, artikel diakses pada 9 April 2010 dari www.investasisyariah.wordpress.com.


(43)

31

اوﺮ ْﺎﻓ

ةﺎ ﱠ ا

اذﺈﻓ

ﱠ ا

اوﺮآْذاو

ﱠ ا

ْ ﻓ

ْ

اﻮﻐ ْاو

ضْرﺄْا

نﻮ ْ

ْ ﻜﱠ

اﺮ آ

Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. al-Jumuah/62: 10)

ْ ﻜﱢر

ْ

ﺎ ْ ﻓ

اﻮﻐ ْ

ْنأ

حﺎ ﺟ

ْ ﻜْ

ْ

,

اوﺮآْذﺎﻓ

تﺎﻓﺮ

ْ

ْ ْ ﻓأ

اذﺈﻓ

ماﺮ ْا

ﺮ ْ ْا

ﺪْ

ﱠ ا

,

ْ

ْ

ْ ْآ

ْنإو

ْ آاﺪه

ﺎ آ

وﺮآْذاو

,

ﱢﺎﱠ ا

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari `Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. al-Baqarah/2: 198)

Ketiga ayat tersebut di atas, secara umum mengandung kebolehan akad mudharabah, yang secara bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah Swt di muka bumi.

b. Hadis

Hadis Rasulullah yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi al-mudharabah adalah :

طﺮ ْ ا

ﺔ رﺎ

لﺎ ْا

ﻓد

اذإ

ﱢ ْا

ﺪْ

ْ

سﺎﱠ ْا

ﺎ ﺪﱢ

نﺎآ


(44)

32

،اﺮْ

ﻚ ْ

ﺪ آ

تاذ

ﺔﱠاد

يﺮ ْ

و

،ﺎ داو

لﺰْ

و

ْ

ﷲا

ﻰﱠ

ﷲا

لْﻮ ر

ْﺮ

ﻎ ﻓ

،

ﻚ ذ

ْنﺈﻓ

،ﺔ ْ ر

زﺎﺟﺄﻓ

ﱠ و

ﺁو

)

سﺎ

ا

وﻷا

ﻰﻓ

اﺮ ا

اور

.(

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muntalib jika memberikan dana kepada mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan dan tidak mengarungi lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah Saw dan Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Thabrani).

Hadis lain telah diriwayatkan oleh Imam Quthni dan perawi-perawi yang dapat dipercaya.

ﱠ و

ﺁو

ْ

ﷲا

ﻰﱠ

ﱠ ﱠ ا

ﱠنأ

لﺎ

:

ﺔآﺮ ْا

ﱠ ﻬْﻓ

ث ﺛ

:

ﻰ إ

ْ ْا

، ﺟأ

ْ ْ

ْ ْ

ﺮْ ﱠ ﺎ

ﱢﺮ ْا

ْﺧو

،ﺔ رﺎ ْاو

)

ﺟﺎ

ا

اور

(

Diriwayatkan dari Shuhaib r.a bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli tidak tunai (secara kredit), muqaradah (nama lain dari mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah).

c. Ijma’

Imam Zailai dalam kitabnya Nashbu ar-Rayah (4/13), telah

menyatakan bahwa para Sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini


(45)

33

sejalan dengan spirit hadist yang dikutip Abu Ubaid dalam kitab al-Amwal (454) :

”Rasulullah saw telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada di tanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat.”

Indikasi dari hadis ini adalah apabila menginvestasikan harta anak yatim secara mudharabah sudah dianjurkan, apalagi mudharabah dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat di sini adalah seandainya harta tersebut diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari keuntungan bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut senantiasa berkembang, bukan berkurang.

d. Praktek mudharabah pada masa awal Islam

Diriwayatkan bahwa Abdullah dan Ubaidillah, putra-putra Umar bin Khattab r.a., keluar bersama pasukan Irak. Ketika mereka kembali, mereka singgah pada bawahan Umar, yaitu Abu Musa Al Asyhari, gubernur Basrah. Ia menerima mereka dengan senang hati dan berkata : “sekiranya aku dapat memberikan pekerjaan kepada kalian yang bermanfaat, aku akan melakukannya.”, kemudian ia berkata: “sebetulnya begini, ini adalah sebagian dari harta Allah yang aku ingin kirimkan kepada Amirulmukminin. Aku pinjamkan kepada kalian untuk dipakai membeli barang-barang yang ada di Irak, kemudian kalian jual di Madinah. Kalian kembalikan modal pokoknya kepada Amirulmukminin, dengan demikian kalian mendapat keuntungan.”

Keduanya lalu berkata: “kami senang melakukannya.” Selanjutnya Abu Musa melakukannya, dan menulis surat kepada Umar agar beliau mengambil harta dari keduanya. Setelah mereka tiba, mereka menjual (barang) dan mendapatkan laba. Umar lalu berkata “adakah semua pasukan telah dipinjamkan uang seperti kamu?” mereka menjawab: “tidak.” Umar kemudian berkata: “dua anak Amirulmukminin, karena mereka meminjamkan kepada keduanya. Serahkanlah harta dan labanya.”


(46)

34

Abdullah diam saja, tetapi Ubaidillah menjawab: ‘wahai Amirulmukminin, kalau harta itu binasa (habis) kami menjaminnya.” Ia (Umar) terus berkata: “serahkanlah.” Abdullah diam saja dan Ubaidillah terus mendebatnya. Salah seorang yang hadir di majelis Umar berkata: “wahai Amirulmukminin, bagaimana sekiranya harta itu anda anggap qiradh?” Umar lalu menyetujui pendapat ini dan mengambil modal berikut setengah dari labanya.13

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa mudharabah telah dipraktekkan pada masa awal Islam dan syariat membolehkan karena termasuk dari kegiatan muamalah. Mudharabah sangat bermanfaat bagi kedua pihak, yaitu orang yang memiliki harta dan orang yang mampu mengelola usaha, membuat harta lebih produktif.

e. Fatwa DSN MUI

1) Fatwa DSN MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Mudharabah (Qiradh). Dalam ketentuan pembiayaan ayat satu dan dua disebutkan “Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha”.14

13

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12-13-14, h.32.

14

Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), Ed.Pertama, Cet.ke-1, (Jakarta: Kencana, 2007), h.340.


(47)

35

2) Fatwa DSN MUI No.50/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah

Musytarakah.

3. Rukun dan Syarat Mudharabah

Mudharabah merupakan salah satu dari jenis pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil. Akad pembiayaan mudharabah akan terjadi jika terpenuhi rukun seperti berikut :

a. Pemilik modal(shahibul maal); b. Pelaksana usaha (mudharib); c. Modal (maal);

d. Kerja/usaha (‘amal);

e. Persetujuan kedua belah pihak (ijab kabul/sighat); dan f. Nisbah bagi hasil.

Sedangkan syarat mudharabah antara lain :

a. Pemilik modal (shahibul maal) dan pelaksana usaha (mudharib) harus cakap hukum.

b. Modal (maal) adalah sejumlah uang dan/atau asset yang diberikan oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha. Syaratnya antara lain modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, dapat berbentuk uang atau barang yang dapat dinilai, berbentuk tunai bukan piutang dan harus

diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya melakukan usaha,


(48)

36

c. Kerja/usaha (‘amal) yang dikelola mudharib tidak bertentangan dengan hukum syariah berkaitan dengan mudharabah dan etika bisnis yang berlaku. Dalam hal kegiatan usaha, penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yakni keuntungan.

d. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qabul/sighat), hendaknya jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad, antara ijab qabul harus selaras baik dalam modal maupun dalam kerja.

e. Nisbah bagi hasil, penentuan nisbah harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan untuk satu pihak. Dalam mudharabah, pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk presentase (nisbah) keuntungan sesuai kesepakatan.

4. Jenis Mudharabah

Secara umum Mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu Mudharabah Muqayyadah dan Mudharabah Muthlaqah.

a. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted

mudharabah/specified mudharabah adalah kontrak kerjasama dimana

mudharib di batasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Dalam investasi terikat ini bank bertindak sebagai agen saja, dan atas kegiatannya tersebut bank menerima imbalan berupa fee.


(49)

37

Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan

mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

Dalam perkembangan aplikasi mudharabah, terdapat satu bentuk mudharabah lain yang mulai banyak diaplikasikan pada bank syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya, yaitu :

c. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah Musytarakah yang merupakan perpaduan dari akad mudharabah dan akad musyarakah adalah bentuk akad mudharabah di mana pengelola.

5. Skema dan Aplikasi Mudharabah pada Perbankan Syariah

Secara umum, aplikasi dari pembiayaan mudharabah dapat digambarkan dari skema di bawah ini :

Gambar 2.1


(50)

38

Keterangan skema :

1. Nasabah atau mudharib mengajukan permohonan pembiayaan mudharabah

kepada Bank Syariah sebagai shahibul maal.

2. Dalam suatu proyek/usaha, Bank Syariah memberikan kontribusi berupa

100% modal dan nasabah memberikan kontribusi berupa keahlian/tenaga untuk mengelola proyek/usaha.

3. Keuntungan yang diperoleh dari proyek/usaha akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati antara bank syariah dan nasabah (bagi hasil).

4. Nasabah mengembalikan jumlah modal dari bank syariah dengan angsuran


(51)

39

Pada aplikasi perbankan syariah, mudharabah dapat diaplikasikan pada produk penghimpunan dana dan pembiayaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabahdiaplikasikan pada :

a. Tabungan mudharabah berjangka yaitu tabungan berdasarkan prinsip

mudharabah mutlaqah yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya. Dalam hal ini bank syariah mengelola dana yang diinvestasikan oleh penabung secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank, sesuai bagi hasil atau nisbah yang disepakati bersama.

b. Deposito mudharabah, merupakan produk investasi dalam jangka waktu

tertentu menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai nisbah yang disepakati bersama sebelumnya.

c. Deposito investasi khusus, adalah suatu bentuk investasi nasabah dengan akad mudharabah muqayyadah, yang disalurkan langsung kepada pembiayaan tertentu sesuai dengan keinginan nasabah. Perbandingan atau nisbah bagi hasil ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara bank, nasabah serta penasihat keuangan (jika diperlukan).

Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah ditetapkan untuk : a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.


(52)

40

b. Investasi khusus disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

6. Manfaat dan Resiko Mudharabah

Seperti halnya dengan jenis investasi dan pembiayaan yang lain, mudharabah juga memiliki banyak manfaat, demikian juga resiko yang terdapat di dalamnya. Pembiayaan mudharabah memiliki banyak manfaat baik bagi

shahibul maal (penyedia modal) maupun bagi mudharib (pengelola usaha), sebagaimana telah dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i Antonio diantaranya adalah :

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha

nasabah meningkat.

b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan

secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pandapatan atau hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negatif spread.

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.

d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang nyata dan benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah berbeda dengan prinsip bunga dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap


(53)

41

berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun usaha mengalami kerugian atau terjadi krisis ekonomi.

Sementara, resiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapan dalam pembiayaan yang relatif tinggi. Diantara resiko tersebut adalah: a. Side Streaming, yaitu nasabah melakukan penyimpangan dan menggunakan

dana tidak sesuai yang disebut dalam kontrak.

b. Kelalaian dan kesalahan yang disengaja oleh nasabah pembiayaan.

c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Dalam hal ini, nasabah dapat membuat pemalsuan laporan keuangan dan tingkat keuntungan yang sebenarnya diperoleh oleh nasabah pengelola usaha.


(54)

41

BAB III

GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH

A. Sejarah dan Perkembangan BNI Syariah

BNI Syariah lahir dari sebuah bank besar dengan nama besar PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Bank papan atas ini menjadi pelopor pengembangan syariah di Indonesia. Seiring dengan diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998, BNI menerapkan dual banking system yakni dengan menyediakan dua layanan perbankan sekaligus, konvensional dan syariah yang didukung dengan teknologi yang canggih yang bisa menjamin tidak akan bercampurnya antara dana yang berasal dari bank konvensional dengan syariah.

Unit Usaha Syariah (UUS) BNI didirikan sejak tahun 1999. Setelah memperoleh izin prinsip dan usaha dari Bank Indonesia, pada 29 april 2000, BNI meresmikan lima kantor cabang syariah di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Kemudian pada tahun 2001 sesuai Surat Izin Bank Indonesia No.3/1/DpD/DPIP tanggal 3 Mei 2001, BNI Syariah membuka dua cabang syariah di Jakarta dan satu cabang di Bandung.

Hingga tahun 2009, BNI Syariah telah memiliki 27 Kantor Cabang Syariah (KCS) dan 31 Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS). Selanjutnya berlandaskan peraturan Bank Indonesia No 8/3/PBI/2006 tentang pemberian ijin bagi kantor cabang Bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah untuk melayani


(55)

42

pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah juga menerapkan Syariah Channelling Outlet (SCO) yang hingga kini terdapat di 678 outlet kantor cabang konvensional.

Dengan adanya fasilitas Syariah Chanelling Outlet yang disediakan oleh BNI Syariah, BNI Syariah berharap dapat membantu masyarakat memperoleh kemudahan untuk mendapatkan layanan syariah di cabang-cabang BNI konvensional. Inilah salah satu strategi BNI syariah untuk mendekatkan diri dengan masyarakat.

Kinerja BNI Syariah sendiri dari tahun ke tahun memperlihatkan pertumbuhan yang positif dengan posisi semester satu Juni 2008, aset BNI Syariah mencapai Rp 3,38 triliun dengan pembiayaan sebesar Rp 2,69 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 2,63 triliun. Sedangkan pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah didukung oleh keberhasilan penyaluran produk BNI Wirausaha Syariah sekitar Rp 55,52 miliar dan BNI Tunas Usaha sebesar Rp18,82 miliar.1

Dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah memperlihatkan perkembangan, kinerja dan kepatuhannya terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari Bank Indonesia (BI) pada tahun 2007 sebagai “The Best Marketshare Expansion”, kemudian diikuti dengan penghargaan dari Karim Business

1

BNI Syariah, artikel diakses pada 18 Mei 2010 dari


(56)

43

Consulting pada tahun 2008 sebagai “The Best Unit Sharia” serta “The Best Banking Service Excellence” pada tahun 2009 dari MRI & Info Bank.2

Selanjutnya, pada tahun 2001 sesuai Surat Izin Bank Indonesia No.3/1/DpD/DPIP tanggal 3 Mei 2001, BNI Syariah membuka dua cabang syariah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, serta satu cabang di Bandung.3

Ke depannya, BNI Syariah berupaya untuk memperluas akselerasi bisnis, meningkatkan kepercayaan dan citra, meningkatkan efektivitas, efisiensi dan fleksibilitas pengembangan bisnis, dan mempertajam kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) dengan melakukan Spin Off Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.

B. Visi dan Misi BNI Syariah

Dengan falsafah untuk memberikan yang terbaik sesuai kaidah, BNI Syariah berupaya menjadi bank syariah yang unggul dalam layanan kinerja dengan menyediakan produk dan layanan perbankan syariah yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi operasionalnya, BNI Syariah memiliki visi dan misi yaitu:

2

BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Sejarah BNI Syariah Jakarta Selatan, (Jakarta, 2009).

3

BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Sejarah BNI Syariah Jakarta Selatan, (Jakarta, 2009).


(57)

44

Visi BNI Syariah

Menjadi Bank Syariah yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.

Misi BNI Syariah

Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.

C. Struktur Organisasi BNI Syariah

BNI Syariah merupakan salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang perbankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Kegiatan usaha ini termasuk dalam divisi usaha syariah atau Unit Usaha Syariah yang berada di bawah kepemimpinan Direktur Usaha Kecil, Menengah dan Syariah.

Dalam menjelaskan struktur organisasi BNI Syariah, penulis mencantumkan struktur organisasi yang ada di BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan sebagai tempat yang menjadi objek penelitian penulis. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, memenuhi standar berdirinya sebuah institusi yang bergerak dalam pelayanan masyarakat, dan didukung oleh Sumber Daya Insani yang unggul dan profesional dalam bekerja, serta terlihat jelas rasa kekeluargaan antara pegawai bawahan dan atasan.


(58)

45

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan dipimpin oleh seorang Pemimpin cabang dan dalam operasionalnya dibantu oleh Pemimpin Operasional dan pemimpin Cabang Pembantu, serta beberapa Penyelia (Pemasaran, Operasional, Umum dan Keuangan, dan Pelayanan Nasabah), selain itu juga para penyelia dibantu oleh beberapa asisten yang sesuai dengan keahliannya.

Struktur organisasi BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan memiliki peran, tugas dan wewenang diantaranya :4

1. Penyelia Pemasaran Bisnis

Sebagai langkah awal, bagian Pemasaran membuat rencana target, baik untuk produk pendanaan (funding) maupun pembiayaan (financing). Dalam menyusun target, Kantor Cabang menyesuaikan dengan rencana kerja operasional bank syariah yang dibuat oleh Divisi USY. Kegiatan pemimpin pemasaran dibantu oleh beberapa analis yang bertugas memberikan analisa dan masukan terhadap proyek yang diajukan oleh para nasabah.

Salah satu unit yang ada di Pemasaran ini adalah rahn/gadai emas, karena rahn/gadai emas syariah ini termasuk salah satu produk yang dikembangkan dan dikelola oleh bagian pemasaran.

2. Penyelia Bidang Operasional

4

BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Sejarah BNI Syariah Jakarta Selatan, (Jakarta, 2009).


(59)

46

Melakukan aktivitas operasional perusahaan, yang dibantu oleh assisten kliring dan assisten Administrasi Kredit, merekap transaksi-transaksi tunai, setoran dan pembayaran serta laporan kas harian.

3. Bagian Umum dan Keuangan a. Kesekretariatan

1) Surat-menyurat; 2) Arsip dan Dokumen. b. Inventaris

1) Inventarisasi kebutuhan sesuai dengan anggaran; 2) Belanja barang investasi dan biaya;

3) Membuat penyusutan (cadangan penyusutan). c. Personalia

1) Urusan gaji karyawan dan jaminan sosial;

2) Penyelenggaraan kartu pegawai dan data pegawai; 3) Pendidikan dan pembinaan karyawan.

d. Urusan Rumah Tangga Kantor 1) Keamanan dan tata tertib kantor;

2) Pemeliharaan kantor dan pemeliharaan Inventarisasi kantor serta perlengkapan/perbekalan kantor.

e. Akuntansi Cabang

1) Mendownload neraca dan daftar laba/rugi harian; 2) Mendownload neraca dan daftar laba/rugi bulanan;


(60)

47

3) Laporan ke bank Indonesia; 4) Membuat laporan pajak; 5) Membuat slip gaji pegawai;

6) Mengurus kenaikan gaji dan pangkat. 4. Bagian Pelayanan Nasabah

Memberikan pelayanan kepada nasabah (membuka tabungan, setoran uang/menabung, aplikasi kirim uang) dan hal-hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nasabah.

Posisi Branch Quality Assurance (BQA) memiliki tugas mengawasi serta mengoreksi bila ada temuan-temuan pada pelaksanaan kegiatan Bank sehari-hari apakah sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan atau belum, BQA ini bisa disebut juga dengan auditor internal.

Cabang Pembantu (Capem) merupakan salah satu cara Kantor Cabang untuk memperluas jaringannya dan juga untuk menjangkau para nasabah yang ingin bertransaksi dengan sistem nonribawi, dan dipimpin oleh seorang pemimpin KCPS dibantu oleh seorang pegawai teller dan customer service. Fungsi KCPS tidak jauh berbeda dengan kantor agen, karena kantor cabang pembantu tidak membuat laporan keuangan sendiri.

Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi perusahaan yang ada di PT. BNI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :


(61)

(62)

49

D. Produk dan Jasa Layanan BNI Syariah

BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah seperti jual beli dan bagi hasil, serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang mampu memenuhi kebutuhan nasabah. BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang nyaman, adil, dan modern.

Untuk itulah BNI Syariah yang memiliki fungsi dan peran sebagai manajer investasi, investor, pengelola kegiatan sosial dan penyedia produk dan jasa keuangan ini, senantiasa berupaya melakukan peningkatan kualitas produk, baik produk dana maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan penyempurnaan pada fitur-fiturnya.

Produk BNI Syariah yang juga terdapat pada BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan dapat di kategorikan menjadi tiga produk, yakni (1) produk penghimpunan dana; (2) produk pembiayaan/ penyaluran dana; dan (3) pelayanan jasa lainnya, yang dapat dilihat dari gambar berikut ini :5

5

BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Sejarah BNI Syariah Jakarta Selatan, (Jakarta, 2009).


(63)

50

Gambar 3.1

Produk - Produk BNI Syariah

PRODUK-PRODUK PT. BNI SYARIAH JAKARTA SELATAN

JENIS PRODUK PRINSIP YANG

DIGUNAKAN PRODUK

Pembiayaan

Jual Beli (Buyu’)Murabahah

Jasa Perbankan

Penghimpun Dana

Wadi’ah · Giro Wadi’ah

MudharabahTabungan Mudharabah

Deposito Mudharabah

Bagi Hasil Mudharabah

Wakalah Kafalah

Kiriman Uang

Inkaso dan LC

· Bank Garansi

JasaRahn/Qardh

 

Sumber : BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan

Adapun konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah di BNI Syariah adalah : 6

1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur.

2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil antara bank dan nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian besar modal pada suatu usaha yang disepakati. Atau dalam produk penghimpunan

6

BNI Syariah, artikel diakses pada 18 Mei 2010 dari


(1)

HASIL WAWANCARA

STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI MUDHARABAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN BNI SYARIAH

Responden : Unit Pemasaran Pembiayaan Syariah

Jabatan : Staff Marketing BNI Syariah

Hari/Tanggal : Selasa, 18 Mei 2010

Tempat : BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan

Komplek ITC Dutamas Fatmawati Blok A1.2-3

Jl. RS Fatmawati Jakarta Selatan12150

Telp. 021-7278266/67/68, Fax. 021-72798733

Pertanyaan dan jawaban

1. Tanya : Apa pengertian dan tujuan pembiayaan mudharabah menurut BNI

Syariah?

Jawab : Mudharabah adalah kerjasama usaha dimana bank bertindak sebagai penyedia dana yang memberikan 100% modal dan nasabah sebagai pengelola usaha.

2. Tanya : Apa perbedaan pembiayaan mudharabah dibandingkan jenis

pembiayaan yang lain?

Jawab : Mudharabah adalah pembiayaan dimana bank bertindak sebagai penyedia dana yang memberikan 100% modal dan nasabah sebagai pengelola usaha. Sementara musyarakah adalah kerjasama dimana bank dan nasabah secara bersama memberikan modal. Untuk mudharabah dan

musyarakah akan mendapatkan bagi hasil. murabahah adalah adalah

kerjasama dalam bentuk jual beli dengan harga beli dan keuntungan yang jumlahnya diketahui nasabah, misalnya nasabah ingin membeli rumah, maka bank akan membelikan rumah tersebut untuk nasabah dan dijual


(2)

kembali kepada nasabah yang membutuhkan tersebut, dengan tingkat keuntungan yang disepakati. Ijarah adalah akad sewa menyewa antara bank dengan nasabah, tanpa perpindahan kepemilikan atau ijarah muttahiya bittamlik (IMBT) yang diakhiri dengan pemilikan objek ijarah ke nasabah.

3. Tanya : Apa saja persyaratan bagi nasabah yang ingin membuat pengajuan

pembiayaan mudharabah pada BNI Syariah?

Jawab : Persyaratannya antara lain menyerahkan identitas diri seperti KTP, Kartu Keluarga dan surat nikah bagi yang sudah berkeluarga, dan karena mudharabah umumnya untuk nasabah yang memiliki usaha, maka juga menyerahkan surat-surat izin usaha seperti SIUP, TDP dan laporan keuangan usaha nasabah.

4. Tanya : Bagaimana prosedur dan mekanisme pengajuan pembiayaan

mudharabah pada BNI Syariah?

Jawab : (1) Tahap awal adalah nasabah melengkapi data-data dan persyaratan

untuk pengajuan pembiayaan; (2) jika data nasabah sudah lengkap,

selanjutnya bank akan melakukan proses verifikasi kebenaran data-data

nasabah atau disebut juga prescreening, yaitu dengan mengecek data

pembiayaan nasabah di bank lain, melihat BI online status kolektabilitas

nasabah, dan bank akan melakukan kunjungan ke lokasi usaha, dimana bank akan melihat potensi bisnis/usaha nasabah, melihat kemampuan pengembalian, resiko-resiko bisnisnya, laporan keuangan, dan lain-lain yang termasuk dalam kelayakan nasabah; (3) Tahap selanjutnya, oleh pihak analis kredit bank, akan mengusulkan untuk pengadaan fasilitas pembiayaan nasabah, dan akan disetujui oleh pemutus bisnis pada unit bisnis dan pemutus resiko pada unit resiko; (4) setelah disetujui, bank akan mengeluarkan surat keputusan untuk dilakukan akad pembiayaan; (5) selanjutnya pencairan dana, yang dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus (penuh) sesuai kebutuhan


(3)

dan kondisi nasabah; (6) selama jangka waktu pinjaman, bank akan memantau dan melakukan pengawasan kepada nasabah setiap bulan.

5. Tanya : Bagaimana ketentuan jangka waktu pembiayaan, tata cara

pengembalian dana pembiayaan, dan pembagian keuntungan dalam pembiayaan mudharabah pada BNI Syariah?

Jawab : Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan membayar nasabah. Tata cara pengembalian dana dapat dilakukan sekaligus di akhir atau secara angsuran setiap bulan atau tiga bulan. Pembagian keuntungan sesuai keuntungan yang diperoleh nasabah dari usaha, juga berdasarkan nisbah bagi hasil yang disepakati, misal 40:60, 30:70, dan lainnya. Perhitungan bagi hasil bisa dari laba kotor dan laba bersih. Tapi perhitungan bagi hasil umumnya dihitung dari laba kotor, bukan dari laba bersih. Karena nasabah dapat saja memanipulasi biaya-biaya pengeluaran laporan keuangan usahanya.

6. Tanya : Apakah pembiayaan mudharabah ini memberikan pengaruh terhadap

tingkat pendapatan BNI Syariah? Bagaimana pengaruhnya?

Jawab : Ya, pembiayaan mudharabah berpengaruh pada tingkat pendapatan yang diperoleh bank. Hingga saat ini, walaupun jumlah pembiayaan mudharabah masih memiliki porsi sekitar 30%-50% dari total pembiayaan, namun mudharabah juga bisa berpengaruh besar terhadap pendapatan bank. Jika nasabah mendapatkan keuntungan yang besar, maka bank akan memperoleh pendapatan yang besar pula.

7. Tanya : Hingga saat ini, strategi apa saja yang telah dilakukan oleh BNI

Syariah dalam pengembangan pembiayaan mudharabah dalam meningkatkan pendapatan?


(4)

Jawab : Strategi yang telah dilakukan antara lain dengan (1) meningkatkan promosi, (2) memberikan tingkat bagi hasil yang bersaing, dan (3) berusaha memberikan edukasi kepada masyarakat, agar masyarakat lebih mengenal dan memahami syariah dan bank syariah.

8. Tanya : Siapa saja yang menjadi sasaran pembiayaan mudharabah di BNI

Syariah? Apa kriteria BNI Syariah dalam memilih usaha/proyek dan mudharib (pengelola usaha)? Sektor usaha apa saja yang bisa dibiayai melalui pembiayaan mudharabah BNI Syariah?

Jawab : Sasaran pembiayaan mudharabah umumnya adalah pengusaha dan

usaha-usaha yang besar dan produktif seperti usaha retail (pedagang kecil),

wholesale (pedagang besar), grosir, UMKM. Mudharabah ditujukan umumnya untuk pembiayaan produktif. Usaha yang dapat diberikan pembiayaan mudharabah pada dasarnya yang sudah berjalan minimal selama satu tahun, contohnya pada BNI iB Wirausaha, tapi umumnya dua tahun karena usaha yang berjalan satu tahun umumnya lebih memiliki

resiko yang tinggi (high risk high return). Pada dasarnya semua sektor

usaha dapat diberikan pembiayaan mudharabah,yang sesuai syariah.

9. Tanya : Apa manfaat yang diperoleh bagi BNI Syariah dan nasabah dari

pembiayaan mudharabah?

Jawab : Ada banyak manfaat yang didapat dari pembiayaan mudharabah, antara lain memberikan keuntungan bagi bank, bank dapat membantu membina nasabah dari usaha kecil sampai menjadi usaha besar, serta merupakan salah satu sarana tolong menolong antara bank dengan nasabah.

10. Tanya : Apa saja resiko bagi BNI Syariah pada pembiayaan mudharabah? Upaya apa yang dilakukan jika terjadi kerugian pada usaha/proyek nasabah?


(5)

Jawab : Resiko yang dapat terjadi seperti resiko usaha nasabah collaps, resiko kerugian nasabah yang tidak mau membayar, resiko usaha/operasional dan resiko hukum dan kebijakan pemerintah, misalnya dilarang pemerintah, atau kebijakan pajak yang tinggi oleh pemerintah. Sedangkan upaya yang dilakukan adalah bank akan melihat dan menganalisa terlebih dahulu apakah kerugian nasabah tersebut karena kesalahan nasabah atau karena resiko bisnis. Jika karena kesalahan nasabah, maka bank akan mengeksekusi jaminan nasabah, atau bank melakukan intervensi ke manajemen usaha nasabah. Jika kerugian karena resiko usaha, yakni terjadi diluar kontrol nasabah, maka bank dan nasabah sama-sama menanggung kerugian, dan bank akan melakukan kontrol/pengawasan terhadap manajemen usaha nasabah.


(6)

Porsi Pemilik Dana S/D 31 DESEMBER 2007

1 6 1 2

INFORMASI UNIT USAHA SYARIAH

PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk

DISTRIBUSI BAGI HASIL (DALAM JUTAAN RUPIAH)

PERIODE PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2009 PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2008 PERIODE 1 JANUARI

No. JENIS AN Saldo r Rata-ata Pendapa Porsi Pem lah us agi sil Indika Rate retur ilik Dana si of n Sald P Pendapa h Jumla Bonus dan ba hasil orsi Pemili h gi Indik Rate retu k Dana Pendapa PENGHIMPUN tan yan harus dibagi hasil Nisba g h Jum Bon dan b ha o Rata-rata tan yan harus dibagi hasil Nisba g asi of rn Saldo Rata-rata Nisbah Jumlah Bonus dan bagi hasil Indikasi

Rate of return

tan yang harus dibagi hasil

1. Giro iB Wadiah a Bank

a. Bank 21 59321,593 - - - 1 56%.56% 6 973,973 - - - 1.71%71% 2 336,336 - - -

-b. Non Bank 517,517 - - - 1.47% 311,366 - - - 1.28% 200,628 - - - 2.40%

2. Tabungan iB

a. Bank - - -

-b. Non Bank 1.314.887 11.989 30% 3.597 3.28% 1,018,452 8,784 30% 2.635 3,10% 618.180 5.334 40% 2.134 4.14%

3. Deposito iB a. Bank

- 1 Bulan - - -

-- 3 Bulan - - -

-- 6 Bulan - - -

-- 12 Bulan - - -

-b. Non Bank

- 1 Bulan 950.871 8.141 64% 5.210 6.58% 625,426 4,987 64% 3.192 6,12% 262.392 2.264 64% 1.449 6.63%

- 3 Bulan 196.940 1.814 66% 1.197 7.30% 96,962 838 66% 553 6,84% 64.364 555 66% 367 6.83%

- 6 Bulan 89.534 802 68% 545 7.31% 75,134 648 68% 441 7,04% 54.047 466 68% 317 7.04%

- 12 Bulan 486.286 4.488 70% 3.142 7.75% 369,798 3,120 70% 2.184 7,09% 210.368 1.815 70% 1.271 7.25%