Komunikasi pada masa prasekolah merupakan kebutuhan, keinginan, dan perasaan yang diekspresikan anak melalui ucapan dan tindakan. Orang
tua dan pengasuh harus mengobservasi komunikasi nonverbal anak yang dapat membantu mengungkapkan mana yang benar Machado, 2013.
2. Tumbuh Kembang Anak Prasekolah
a. Perkembangan Biologis Selama masa prasekolah pertumbuhan fisik melambat, dan
semakin stabil. Price dan Gwin, 2008 mengklasifikasikan pertumbuhan fisik anak prasekolah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Pertumbuhan Fisik Anak Prasekolah
Umur Pertumbuhan Fisik
3 tahun Penambahan berat badan yang biasanya berkisar antar 1,8-2,7 kg
Berat badan rata-rata 14,6 kg Penambahan tinggi biasanya berkisar 7,5 cm
Tinggi rata-rata 95 cm Sudah dapat mengontrol buang air kecil dan buang air besar di
malam hari
4 tahun Tingkat pertumbuhan mirip dengan tahun sebelumnya
Berat badan rata-rata 16,7kg Tinggi rata-rata 103 cm
Potensi maksimal untuk pengembangan amblyopia
5 tahun Berat badan rata-rata 18,7 kg
Tinggi rata-rata 110 cm Gigi permanen mulai tumbuh.
Postur anak prasekolah lebih langsing, tetapi kuat, anggun, tangkas, dan tegap, sangat berbeda dengan masa todler. Bila dilihat dari
segi jenis kelamin hanya terdapat sedikit perbedaan karakteristik yang biasanya ditentukan oleh faktor lain seperti pakaian atau potongan
rambut. Sebagian besar sistem tubuh telah matur dan stabil. Sebagian besar anak di usia prasekolah sudah dapat menjalani toilet traning. Pada
periode ini anak sangat dianjurkan untuk melakukan latihan yang tepat, nutrisi yang adekuat, dan istirahat yang cukup untuk mengoptimalkan
perkembangan sistem muskuloskeletal. Karena pada usia prasekolah ini perkembangan otot dan pertumbuhan tulang belum matur Wong,
2012. b. Pekembangan Psikososial
Krisis psikososial pada anak usia dini muncul pada tahapan prasekolah. Pada tahapan ini anak prasekolah bersemangat untk
memulai kegiatan baru namun merasa kecewa dan gagal saat upaya mereka tidak berhasil. Anak prasekolah berkembang sangat pesat dari
segi fisik, kognitif, dan sosial yang menjadikan mereka bisa menentukan sendiri tujuan dan keinginan mereka sendiri. Tentu
terkadang tujuan dan tindakan anak dapat bertentangan dengan aturan orang tua atau ketentuan sosial yang ada. Akibatnya anak harus belajar
untuk menyeimbangkan keinginan mereka untuk lebih bertanggung jawab dengan belajar untuk mengendalikan impuls. Konflik
keseimbanagn ini yang disebut dengan inisiatif oleh Erikson dalam tahap perkembanagn psikososial kemauan anak untuk bertanggung
jawab dan belajar hal baru terhadap rasa bersalah yaitu perasaan gagal dan menjadi cemas ketika mencoba hal
– hal baru Martin dan Fabes, 2009.
Pada anak usia prasekolah sering terjadi persaingan dengan orang tua, dimana terkadang anak mengharapkan salah satu orang
tuanya pergi atau meninggal agar dia memenangkan persaingan. Pada keadaan seperti inilah peran orang tua dalam menjelaskan kepada anak
bahwa harapan tersebut tidak dapat terjadi Wong, 2012. Selain itu perkembangan superego dan kesadaran akan selesai pada periode
prasekolah dan hal inilah yang akan menjadikan dasar untuk perkembangan moral pemahaman yang benar dan salah pada tahap
perkembangan selanjutnya Kyle, 2008. c. Perkembangan Kognitif
Jean Piaget mengklasifikasikan anak usia prasekolah dalam tahap prakonseptual. Dimana dalam tahap ini anak didominasi
pemikiran menggunakan sudut pandang diri sendiri dalam mengamati dunia sekitar. Dengan kata lain anak masih mempertahankan pemikiran
egosentris sebagaimana tahap perkembangan sebelumnya. Dimana dalam pendekatan masalah, anak hanya menggunakan sudut pandang
dirinya sendiri Ricci dan Kyle, 2009. Pada usia prasekolah ini anak cenderung berasumsi setiap orang memikirkan hal yang sama dengan
apa yang mereka pikirkan. Seringkali anak menjelaskan apa yang dipikirkan dengan penjelasan yang singkat dan berpikir bahwa semua
orang paham dengan apa yang mereka sampaikan, sebagaimana sifat
egosentris yang mereka miliki. Oleh karena sifat egosentris tersebut orang dewasa dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memahami
pikiran anak dengan berbagai metode pendekatan, salah satunya dengan pendekatan nonverbal. Selain itu juga bisa dengan aktivitas bermain,
yang dapat menjadikan anak mengembangkan potensi dengan kegiatan yang mereka sukai Wong, 2012.
Pikiran magis, merupakan hal yang normal dialami oleh anak usia praekolah. Anak usia prasekolah merasa yakin bahwa pikiran
mereka merupakan suatu hal yang kuat dan luar biasa. Mereka akan mulai memfantasikan hal
– hal yang mereka pikirkan baik mereka tunjukkan secara aktual atau hanya sekedar ada di alam pikiran mereka.
Melalui kepercayaan terhadap pemikirannya juga anak prasekolah dapat terpuaskan rasa ingin tahunya terhadap lingkungan sekitar Ricci
dan Kyle, 2009. Namun dengan pikiran tersebut memposisikan anak pada daerah yang rentan dimana anak tidak dapat merasionalkan sebab
akibat suatu peristiwa dan kejadian, sehingga menyebabkan anak cenderung merasa bersalah terhadap kesalahan pemikiran mereka
tersebut Wong, 2012. Usia prasekolah anak cenderung menggunakan bahasa tanpa
paham betul tentang makna dari kata atau kalimat yang diucapkan Wong, 2012. Menurut Ricci dan Kyle, 2009 pada tahap ini anak
biaanya sudah dapat berhitung satu sampai sepuluh. Selain itu anak juga sudah dapat menyebutkan warna, minimal empat warna. Anak juga
sudah mulai paham dengan konsep waktu namun masih secara garis
besar, sehingga anak cenderung menghubungkan dengan satu peristiwa untuk dapat menganalogikannya. Pemahaman terhadap benda
– benda yang biasa dipakai sehari
– hari juga sudah mulai muncul seperti makanan, uang, dan peralatan sehari
– hari lainnya. Dalam hal ini anak sudah mulai memahami konsep yang benar namun masih sangat
terbatas dengan hal – hal yang mereka sudah pelajari saja. Misalnya
saat memakai sepatu anak cenderung hanya bisa memakainya dengan tepat bila jenis sepatunya sama, saat meeka memakai sepatu dengan
jenis lain yang belum pernah dipakai, meraka dapat saja salah memakainya. Dengan kata lain konsep kanan kiri pada tahap ini belum
dipahami dengan maksimal Wong, 2012 d. Perkembangan Moral
Kohelberg menempatkan anak usia prasekolah pada tahap prekonvensional atau pramoral. Anak pada usia prasekolah akan
berorientasi pada hukuman dan kepatuhan, dimana mereka akan berperilaku sesuai dengan kebebasan dan aturan yang berlaku. Suatu
tindakan akan dinilai anak baik buruknya berdasarkan dengan hukuman atau peghargaan yang diterimanya. Apabila anak dihukum berarti anak
bertindak salah, tanpa anak memikirkan makna dari perbuatannya. Sehingga ketika orang tua tidak menghukum anak ketika berbuat salah
maka anak akan mengganggapnya sebagai perbuatan yang benar. Usia sekitar 4 sampai 7 tahun anak berada dalam tahap orientasi
instrumental naif, yaitu dimana anak menujukan segala tindakan untuk pemuasan kebutuhannya. Tindakan keadilan yang konkret biasanya
terjadi pada tahap ini, anak akan melakukan hal serupa yang dilakukan terhadapanya. Seperti bila ia digigit maka dia akan membalas menggigit
.Oleh karena itu dalam tahap ini anak prasekolah perlu belajar mengenai batasan moral dan juga perilaku sopan santun. Agar anak dapat
memahami konsep didalam hubungan, seperti hubungan memberi dan menerima yang benar Wong, 2012; Ricci dan Kyle, 2009.
e. Perkembangan Spiritual Anak prasekolah memiliki konsep konkret mengenai Tuhan,
yang sering dianggap anak sebagai teman imaginernya. Pemahan tentang konsep Tuhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kognitif anak.
Pada tahap ini anak sudah dapat meyakini konsep agama yang dianut orang tua. Berdoa sebelum tidur, bersyukur setelah makan, atau kisah
sederhana dari kitab suci merupakan ritual dan kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak pada tahap ini. Anak prasekolah penting untuk
dikenalkan bahwa Tuhan merupakan pemberi cinta tanpa syarat, dan bukan sebagai pmberi hukuman apabila berbuat salah. Hal ini
dikarenakan pada tahap ini anak sering mempunyai pemahaman bahwa apabila mereka sakit merupakan hukuman dari Tuhan. Selain itu dalam
melakukan ritual dan kegiatan keagamaan anak harus diajarkan melakukannya dengan suasana cinta, karena hal ini akan sangan
bermakna bagi anak Wong, 2012; Mckinney et al, 2013.
f. Perkembangan Citra Tubuh Seiring dengan meningkatnya pemahaman anak terhadap
bahasa, anak telah dapat mengenali bahwa seseorang dapat berpenampilan sesuai dengan yang diinginkan atau sebaliknya. Selain
itu anak dalam masa prasekolah juga sudah dapat mengenali perbedaan warna kulit, ras, dan bentuk tubuh. Namun anak prasekolah belum
mampu mendefinisikan ruang lingkup tubuhnya dan pengetahuan tentang anatomi internalnya masih sangat terbatas. Anak prasekolah
dalam tahap ini juga telah mengerti mengenai ungkapan cantik atau buruk tentang penampilannya. Penelitian menunjukkan bahwa anak
perempuan usia prasekolah menunjukkan kekhawatiran yang lebih besar mengenai penampilan dan berat badannya di bandingkan anak
laki – laki. Sehingga sangat penting bagi orang tua untuk untuk
menanamkan prinsip – prinsip positif mengenai citra tubuh baik pada
anak laki – laki maupun perempuan. Orang tua juga harus menekankan
pada anak pentingnya menerima seseorang walaupun penampilannya berbeda atau penampilannya tidak seperti yang diharapkan anak
Wong, 2012; Perry et al, 2014. g. Perkembangan Seksualitas
Masa prasekolah merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan seksual anak. Karena pada masa inilah anak mulai
mengidentifikasi dan menumbuhkan kepercayaan seksual secara menyeluruh. Pengenalan anak terhadap gender juga sangat penting
pada masa ini. Orang tua serta lingkungan hendaknya memberikan label
gender yang benar pada anak. Seperti anak perempuan memakai rok, sedang anak laki
– laki memakai celana. Hal ini sangat penting karena pada masa ini anak berada pada tahapan imitasi peran seks, maksudnya
adalah anak akan meniru cara berdandan ayah atau ibunya, oleh sebab itu orang tua harus memiliki respon yang tepat tentang pelabelan gender
Beevi, 2009; Wong, 2012 Freud juga mengungkapkan bahwa anak prasekolah merupakan
anak pada fase falik, dimana area genital merupakan area yang sensitif dan menarik bagi anak. Selain itu eksplorasi seksual juga pada fase ini
lebih menonjol dari seblumnya, terutama dalam mengeksplorasi dan memanipulasi genital. Sehingga anak lebih sering bertanya mengenai
perbedaan jenis kelamin, dan atribut – atribut yang membedakannya
Wong, 2012. h. Perkembangan Sosial
Anak pada tahap ini sudah dapat mengatasi ketakutan terkait perpisahan. Proses ini sering dikenal proses indivuidualisasi perpisahan
komplet. Anak telah dapat menoleransi perpisahan yang singkat dengan orang tua tanpa melakukan protes. Pada tahap ini anak juga keamanan
dan kenyamanan dari benda – benda yang sudah dikenal seperti mainan,
boneka, dan lain - lain. Sehingga anak pada tahap ini dapat mengatasi ketakutan melalui permainan dengan benda
– benda yang telah dikenal anak. Hal ini sangat penting, terutama pada ketakutan yang muncul saat
anak harus dihospitalisasi dengan waktu yang lama Wong, 2012
B. Kekerasan Seksual pada Anak Prasekolah Child Sexual Abuse
1. Pengertian Kekerasan Seksual pada Anak