17. Menjadi sangat tergantung pada orang tua padahal sebelumnya anak lebih mandiri.
18. Berkembang rasa takut yang ekstrem pada waktu akan mandi, atau akan ke kamar mandi, saat ia harus membuka pakaian.
4. Pelaku Kekerasan Seksual Potensial
Tidak ada karakteristik yang pasti tentang pelaku pelecehan seksual. Namun mitos yang berkembang di masyarakat bahwa pelaku kekerasan seksual
adalah orang asing, tidak selalu benar. Hal ini juga diungkapkan oleh Cruise 2013 bahwa mitos ini bahkan bertentangan dengan fakta yang ada, bahwa
sebagian besar pelaku kekerasan seksual pada anak merupakan orang yang dikenal bahkan dekat dengan anak. Cruise juga menambahkan bahwa anak
perempuan lebih mungkin secara seksual disalahgunakan oleh seseorang dalam keluarga mereka, seperti orang tua, orang tua tiri, kakek, paman, sepupu, atau
saudara, sementara anak laki-laki lebih mungkin mengalami kekerasan seksual oleh seseorang di luar keluarga, seperti pelatih, guru, tetangga, atau pengasuh.
Tingginya tingkat pedofilia saat ini juga sangat meresahkan, dimana merekalah yang pada umumnya menargetkan aksi kekerasan seksualnya pada
anak di bawah umur. Pedofilia, merupakan bentuk dari penyimpangan seksual yang dapat diderita oleh seseorang tanpa menampakkan tanda atau ciri
– ciri yang jelas. Chomaria 2014 bahwa pedofilia dapat “menular” artinya bahwa
banyak yang mulai berubah orientasi seksualnya dari orang sebaya beralih kepada anak di bawah umur, hal ini dapat disebabkan oleh:
a. Anak yang dulunya merupakan korban kekerasan seksual pada umumnya akan menjadi pedofilia di waktu remaja atau dewasa
dengan alasan ingin membalaskan dendamnya. b. Banyaknya situs porno yang menampilkan hubungan tidak sehat
anatara orang dewasa dan anak di bawah umur, baik sejenis maupun berlawanan jenis.
Kedua hal diatas sangat mempengaruhi seseorang sehingga akhirnya menjadi seorang pedofilia.
5. Korban Kekerasan Seksual Potensial
Terdapat beberapa faktor resiko anak menjadi korban kekerasan seksual adalah sebagai berikut:
a. Gender, Perempuan beresiko sekitar 2,5 sampai 3 kali lebih tinggi
daripada anak laki-laki, meskipun sekitar 22 sampai 29 dari semua korban kekerasan seksual pada anak adalah laki-laki U.S Departement
of Health and Human Services, 2005. Anak laki-laki kurang terwakili dalam sampelnya, karena pada umumnya anak laki
– laki lebih enggan untuk mengungkapkan kasus kekerasan seksual yang dialaminya Lab
et al., 2005. b. Usia, resiko kekerasan seksual pada anak meningkat dengan usia U.S
Departement of Health and Human Services, 2000 dari tahun 1996 menunjukkan bahwa sekitar 10 dari korban adalah antara usia 0 dan
3 tahun. Usia 4 dan 7 tahun, persentase hampir tiga kali lipat 28,4. Usia 8 sampai 11 tahun 25,5 kasus, dengan anak-anak 12 tahun dan
lebih tua sebanyak 35,9.
c. Disabilities, resiko kekerasan seksual pada anak juga meningkat pada anak dengan kecacatan fisik umumya seperti kebutaan, tuli, dan
retardasi mental Westcott dan Jones, 2007. d. Status sosial ekonomi, satus sosial ekonomi yang rendah merupakan
risiko yang kuat terhadap terjadinya kekerasan seksual pada anak Finkelhor, 2005
Selain hal diatas dalam bukunya yang berjudul Pelecehan Seksual Kenali dan Tangani Chomaria, 2014 mengungkapkan bahwa
pelaku kekerasan seksual pada anak sering menargetkan anak – anak
yang mudah diserang dengan nyata. Diantaranya adalah anak yang tidak populer, kurang kasih sayang, anak yang kurang diperhatikan oleh orang
tua, anak dengan gangguan kepercayaan diri, dan anak yang mengalami masalah dalam keluarga.
C. Orang Tua
1. Pengertian Orang Tua