Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa orang tua yang tidak bekerja memiliki presentase lebih tinggi untuk pengetahuan baik yaitu 48,4 atau 15 orang
dari 31 responden yang tidak bekerja. Sedangkan orang tua yang bekerja presentasenya sebesar 43,8 atau 39 orang dari 89 responden yang bekerja. Hasil
uji Chi Square X
2
menunjukkan bahwa nilai P value 0,05 yakni 0,6 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara status pekerjaan responden dengan pengetahuan
responden tentang kekerasan seksual pada anak prasekolah di Kelurahan Grogol Selatan.
5. Hubungan status pernikahan responden dengan pengetahuan responden
tentang kekerasan seksual pada anak prasekolah Tabel 5.13
Analisis Hubungan Antara Status Pernikahan Responden Dengan Pengetahuan Responden Tentang Kekerasan Seksual Pada Anak
Prasekolah di Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015 n=120 Status
pernikahan Pengetahuan
Baik Kurang n n
Total
P Value
Menikah Bercerai
53 1
49,1 8,3
55
11
50,9 91,7
108 12
100,0 100,0
0,01
Total
54 45
66 55,0 120
100,0
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa orang tua dengan status menikah memiliki pengetahuan baik sebesar 49,1 atau 53 orang dari 108 orang. Sedangkan
orang tua dengan status bercerai hanya sebesar 8,3 atau 1 orang dari 12 orang yang memiliki pengetahuan baik. Dalam item ini uji bivariat dilakukan
menggunakan uji Fisher, diakarenakan tidak memenuhi syarat menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji Fisher diperoleh bahwa nilai P value
≤ 0,05 yakni 0,01 yang menunjukkan terdapat hubungan antara status pernikahan orang tua dengan
pengetahuan orang tua tentang kekerasan seksual pada anak prasekolah di Kelurahan Grogol Selatan.
6. Hubungan pendapatan responden dengan pengetahuan responden tentang
kekerasan seksual pada anak prasekolah Tabel 5.14
Analisis Hubungan Antara Pendapatan Responden Dengan Pengetahuan Responden Tentang Kekerasan Seksual Pada Anak
Prasekolah di Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015 n=120
Status pernikahan Pengetahuan
Baik Kurang n n
Total
P Value
OR
Tinggi Rendah
27 27
67,5 33,8
13
53
32,5 66,3
40 80
100,0 100,0
0,00 4,07
Total 54
45 66
55,0 120
100,0
Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendapatan tingi memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar 67,5 sedangkan mayoritas responden
berpendapatan rendah memiliki pengetahuan kurang tentang kekerasan seksual pada anak prasekolah sebesar 66,3. Hasi uji Chi Square X
2
diperoleh nilai P value
≤ 0,05 yakni 0,00 yang berarti ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan pengetahuan orang tua tentang kekerasan seksual pada anak prasekolah di
Kelurahan Grogol Selatan. Analisa kekuatan hubungan antara pendapatan dan pengetahuan orang tua didapatkan nilai OR sebesar 4,07 . Maka dapat disimpulkan
bahwa orang tua berpendapatan tinggi empat kali lebih besar kemungkinannya memiliki pengetahuan baik tentang kekerasan seksual pada anak prasekolah
daripada orang tua berpendapatan rendah.
70
BAB VI PEMBAHASAN
Pada uraian dibawah ini, penulis akan membahas hasil penelitian hubungan karakteristik orang tua dengan pengetahuan orang tua tentang kekerasan seksual pada
anak usia prasekolah 3 – 5 tahun di Kelurahan Grogol Selatan. Pembahasan
mencakup mengenai kesenjangan maupun kesesuaian antara hasil penelitian yang penulis lakukan dengan hasil penelitian terkait seta teori yang mendasarinya. Selain
itu pembahasan juga mencakup mengenai keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.
A. Pembahasan Univariat
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dibahas meliputi peran sebagai orang tua, usia, pendidkan, status pekerjaan, status pernikahan, dan pendapatan.
a. Peran Sebagai Orang Tua
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 57,5 responden adalah ibu dan 42,5 ayah. Partisipasi ibu dalam menjadi responden lebih tinggi
karena mayoritas ibu yang mengantar dan menunggu anak di TK. Sehingga mereka lebih mudah untuk ditemui saat pengambilan data penelitian.
Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa nyaman, dan sebagai kepala keluarga. Sedangkan ibu memiliki
peranan untuk mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak –
anaknya, serta pelindung dan pencari nafkah tambahan dalam keluarga Effendi, 2008. Sehingga baik ayah maupun ibu memiliki peranan yang
sama pentingnya dalam pengasuhan anak. Berdasarkan observasi peneliti di Kelurahan Grogol Selatan, ibu memegang peranan yang lebih dominan
dalam pengasuhan anak prasekolah. Dalam hal ini ibu yang memiliki peranan lebih dominan pada anak prasekolah dapat memberikan
pengetahuan mengenai bahaya kekerasan seksual pada anak. Salah satu metode yang dapat dilakukan dalam memberikan pengetahuan pada anak
adalah dengan underwear rule, untuk lebih mudah dan ringkas dipahami anak Andrean, 2014.
Pengasuhan anak khususnya anak prasekolah membutuhkan kasih sayang dan role model yang tidak hanya cukup oleh sosok ibu namun sangat
membutuhkan keterlibatan ayah dalam perawatan dan pengasuhan. Hal ini dikarenakan sosok ayah sebagai figur serta contoh teladan sangat penting
dalam keluarga Erawati, 2012.
b. Usia
Menurut Wong 2012 usia yang paling memuaskan untuk membesarkan anak adalah antara 18 dan 35 tahun. Selama waktu itu orang
tua dianggap berada dalam kesehatan yang optimum. Dalam penelitian ini, usia tersebut merupakan kelompok dewasa dini 18
– 40 tahun dengan jumlah sebesar 73,3 atau 88 orang sedangkan kelompok usia dewasa
madya sebesar 26,7 atau 32 orang. Maka dapat disimpulkan dalam penelitian ini rata
– rata orang tua anak prasekolah di Kelurahan Grogol Selatan berasal dari kelompok usia dewasa dini dan merupakan usia yang
paling memuaskan dalam mendidik dan membesarkan anak.
c. Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,2 responden merupakan lulusan SD dan SMP pendidikan dasar, dengan tingkat lulusan SD cukup
tinggi yaitu sebesar 20. Hal ini tentu patut menjadi perhatian, dimana responden yang berpendidikan dibawah wajib belajar cukup tinggi.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah karakteristik masyarakat.
Masyarakat di Kelurahan Grogol Selatan sebagian besar merupakan mayrakat urban, yaitu masyakat yang melakukan perpindahan dari desa ke
kota. Bentuk urbanisasi ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan pekerjaan yang sulit di desa, sehingga ciri dari masyrakat desa di mana belum
memprioritaskan pendidikan masih terlihat jelas. Hal ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Firdaus 2005 bahwa minat masyarakat
pedesaan untuk bersekolah masih sangat rendah.
d. Status Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan yaitu sebesar 74,2 . Berdasarkan hasil observasi yang penulis
lakukan baik ayah maupun ibu yang bekerja dilatarbelakangi untuk pemenuhan ekonomi keluarga.
Jumlah jam kerja sangat berpengaruh terhadap intensitas pertemuan antara orang tua dan anak. Dengan kata lain pengawasan orang tua, dan
pemberian pendidikan pada anak sangatlah minim, hal ini tentu akan memicu besarnya peluang anak menjadi korban kekerasan seksual Kurnia
Tjandra, 2014. Tingginya jumlah jam kerja mengurangi waktu kebersamaan dengan anak atau quality time antara orang tua dan anak yang
dapat menimbulkan perasaan perpisahan atau separation time sehingga anak akan cenderung mencari perhatian di luar Mehrota, 2011. Senada dengan
hal ini penelitian yang dilakukan oleh Gibson dan Leintenberg 2010 terhadap 86 anak korban kekerasan seksual di Boston menyebutkan bahwa
80 orang tua hanya memiliki waktu sekitar 5 sampai 8 jam bahkan kurang dalam sehari bertemu dengan anak mereka.
Waktu kebersamaan dengan anak, tidak selalu menyangkut kuantitas namun juga mencakup kualitas kebersamaan. Orang tua perlu menyadari
bahwa hubungan antara orang tua dan anak perlu untuk dibina untuk meningkatkan kualitas kebersamaan. Beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh orang tua adalah dengan medapatkan perbincangan yang berkualitas. Hal ini harus ditunjang dengan mempertahankan kontak mata ketika
berbicara dengan anak, memberikan sentuhan kasih sayang yang dapat menimbulkan perasaan hangat, nyaman, dan nyaman bagi anak Tanudjaja,
2011
e. Status Pernikahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 atau 12 orang responden memiliki status pernikahan bercerai. Anak sangat membutuhkan
kedua sosok orang tua dalam proses tumbuh kembangnya, baik ayah maupun ibu mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan
karakter. Ketika sebuah keluarga tidak utuh lagi dalam arti ada salah satu
sosok orang tua yang tidak ada akan sangat mempengaruhi karakter dan pribadi anak Kurnia dan Tjandra, 2012.
Dampak jangka panjang pada anak dalam keluarga yang becerai adalah masalah psikologis dan sosial yang dapat berlangsung selama
bertahun tahun. Hal ini terjadi karena pada umumnya anak akan mengingat masa perpisahan orang tuanya sebagai sebuah duka yang mendalam, sama
halnya seperti duka saat bencana alam. Walaupun sangat banyak hasil yang menunjukkan dampak negatif bagi anak yang dibesarkan dalam status
perceraian, terdapat banyak juga keluarga yang dapat melalui periode ini sebgai bahan evaluasi. Sehingga terdapat peningkatan kualitas hidup setelah
perceraian baik menjadi orang tuanggal maupun dengan membentuk keluarga baru Wong, 2012.
f. Pendapatan
Pendapatan masyarakat sangat berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat dalam membeli fasilitas
– fasilitas sumber informasi untuk menunjang pengetahuan Notoatmodjo, 2012. Hasil penelitian didapatkan
bahwa terdapat jumlah responden berpendapatan rendah yang cukup tinggi yaitu sebesar 68,5 atau 80 orang dari 120 responden. Teori Abraham
Maslow 1908 - 1970 tentang lima tingkat kebutuhan manusia, manusia akan memenuhi kebutuhan paling dasar terlebih dahulu barulah memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi Asmadi, 2008. Oleh karena itu, orang tua anak prasekolah di Kelurahan Grogol Selatan memiliki pendapatan rendah maka
mengutamakan kebutuhan dasar terlebih dahulu sandang, pangan, papan dibandingkan kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan.
2. Pengetahuan Orang Tua Tentang Kekerasan Seksual Pada Anak