Tabel 4.19. dapat diketahui bahwa dari 59 responden yang ditelit i diperoleh sebanyak 52,8 berada pada kategori asupan protein yang tidak
cukup dengan hyperemesis tingkat I, sedangkan 64,3 berada pada kategori asupan protein cukup dengan kategori hyperemesis tingkat II dan 55,6 dengan
asupan protein cukup dengan kategori hyperemesis tingkat III.
4.5.3. Hasil Tabulasi Silang Anemia dengan Hyperemesis Gravidarum
Anemia pada ibu hamil yang mengalami hyperemesis meliputi anemia ringan 9-10gr, anemia sedang Hb 7-8gr, anemia berat Hb7gr dan
tidak mengalami anemia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.20. berikut
Tabel 4.20. Hasil Tabulasi Silang antara Tingkat Hyperemesis dengan Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Cunda Muara Dua
Lhokseumawe NAD Tahun 2008
No.
Tingkat Hyperemesis
Anemia Jumlah
Tidak Anemia
Anemia Ringan
Anemia Sedang
Anemia Berat
n n
n n
n
1. I
18 50,0
10 27,8
5 13,9 3
8,3 36 100,0
2. II
6 42,8
4 28,6
4 28,6 14 100,0
3. III
1 11,1
3 33,3 5
55,6 9 100,0
Total 24
40,7 15
25,4 12 20,3
8 13,6
59 100,0
Tabel 4.20. dapat diketahui bahwa dari hasil tabulasi silang antara anemia dengan tingkat hyperemesis menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami
anemia berat ada 55,6 dengan hyperemesis tingkat III, dan 27,8 pada kategori anemia ringan dengan hyperemesis tingkat I, sedangkan yang tidak
mengalami anemia sebanyak 42,8 dengan hyperemesis tingkat II.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Secara teori, pada pola makan ibu hamil yang mengalami gangguan hyperemesis gravidarum berbeda dengan pola makan ibu hamil tanpa gangguan
tersebut Huliana, 2001. Sehubungan dengan itu, Junaidi 2001, menyatakan bahwa prinsip diet
hyperemesis gravidarum adalah makanan harus tinggi kalorikarbohidrat, rendah lemak dan cukup cairan. Makanan juga sebaiknya mudah dicerna, tidak
merangsang dan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Ini dimaksudkan untuk mengganti persediaan glikogen dan mengontrol asidosis, serta memberikan
makanan yang cukup kalori dan zat gizi lain. Keseluruhan zat gizi tersebut diperoleh melalui konsumsi makanan yang beraneka ragam dengan
penatalaksanaan atau pengaturan pola makan yang baik.
5.1. Karakteristik Responden
Hasil wawancara kepada 60 responden menunjukkan bahwa ibu-ibu di Puskesmas Cunda Muara Dua mayoritas berumur 21 – 35 tahun yaitu sebanyak
84,7, sedangkan yang berumur lebih dari 36 tahun sebesar 15,3. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1. halaman 41.
Usia ibu mempengaruhi kesehatan janin serta kualitas bayi yang akan dilahirkan. Ibu yang terlalu muda tidakbelum siap untuk memberikan
lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Sebaliknya, umur yang terlalu tua sudah tidak baik lagi bagi janin. Semakin tua seorang ibu, semakin
Universitas Sumatera Utara