Penanganan Hyperemesis Gravidarum Kehamilan Hyperemesis Gravidarum 1. Pengertian Hyperemesis Gravidarum

c. Adanya edem

2.5.4. Penanganan Hyperemesis Gravidarum

Penanganan hyperemesis gravidarum meliputi pencegahan, mengurangi muntah-muntah, koreksi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, pemberian vatamin dan kalori yang adekuat untuk mempertahankan nutrisi. Profilaksis terhadap hyperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberi keyakinan bahwa mual dan muntah ialah gejala-gejala yang lazim dalam kehamilan muda dan akan hilang menjelang kehamilan 4 bulan, mengubah cara makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering. Waktu pagi jangan segera keluar dari tempat tidur, tetapi makanlah dahulu roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau sebaiknya dihindarkan. Defekasi secara teratur hendaknya diperhatikan. Menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, maka dari itu dianjurkan makanan yang mengandung banyak gula. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak berkurang, harus diberi pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberi obat yang bersifat teratogen. Sedatif yang sering diberikan adalah fenolbarbital. Vitamin yang sering diberikan adalah vitamin B 1 dan vitamin B 6 . Beberapa antihistaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin dan torekan. Penanganan hyperemesis gravidarum perlu dilakukan di rumah sakit dengan cara: Universitas Sumatera Utara 1. Isolasi Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ka kamar penderita. Dengan demikian penderita dilepaskan dari lingkungan yang mungkin merupakan sumber kecemasan baginya. Kadang-kadang dengan isolasi saja, mual dan muntah berkurang atau hilang tanpa pengobatan. Dengan beristirahat-baring, penderita ditempatkan dalam kamar yang tenang dan berventilasi baik. Tidak diberikan makanan dan minuman per oral dalam 24 jam. 2. Terapi Psikologik Dengan segala usaha diyakinkan kepada penderita bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Bila keadaan mengizinkan, sebaiknya diusahakan menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor psikologis atau sosio-ekonomis yang dapat menjadi latar belakang muntah-muntah yang berlebihan itu. 3. Cairan Parental Segera setelah diagnosis dipastikan, kepada penderita diberikan glukosa 5 dalam air garam fisiologik dengan infus intra vena sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam. Selanjutnya diberikan vitamin B kompleks, vitamin C dan 25 mg klorpromazin dengan suntikan intramuskulus. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan air kencing dan muntah, air kencing harus diperiksa sehari sekali terhadap protein, aseton klorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari, dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan selanjutnya menurut keperluan. Jika penderita dalam 24 jam tidak muntah dan keadaan umum bertambah Universitas Sumatera Utara baik, dapat dicoba untuk memberi minuman tergantung dari keadaan minuman dapat ditambah dan lambat laun dapat diberi makanan cair. Pada umumnya dengan cara penanganan tersebut diatas keadaan umum penderita berangsur baik, diuresis bertambah, aseton dalam air kencing lambat laun menghilang dan kualitas nadi bertambah baik. 4. Penghentian Kehamilan Ada kalanya dengan terapi tersebut diatas keadaan penderita tidak bertambah baik, malahan mundur. Dieresis tidak bertambah, asetonuria tetap ada, nadi bertambah cepat dan suhu menaik. Dalam keadaan demikian penghentian kehamilan perlu dipertimbangkan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sulit diambil oleh karena pada satu pihak tidak boleh terlalu cepat dan pada lain pihak tidak boleh menunggu sampai gejala-gejala yang menunjukkan kelainan ireversibel pada alat-alat vital.

2.5.5. Diit Ibu Hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum

Dokumen yang terkait

ANALISIS KECACINGAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK Gambaran Sosial Ekonomi Dan Kecacingan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak.

0 4 14

GAMBARAN POLA KEBIASAAN CARA MINUM TABLET Fe PADA IBU HAMIL ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Gambaran Pola Kebiasaan Cara Minum Tablet Fe Pada Ibu Hamil Anemia Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kartasura.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERJO Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 1 5

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 1 4

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERJO Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 2 15

POLA MAKAN DAN UMUR KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

0 0 7

HUBUNGAN KETERATURAN KONSUMSI TABLET BESI DAN POLA MAKAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS MUARA TEMBESI

0 0 6

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2015 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 9

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

0 0 10