Pola Makan Pada Ibu Hamil dengan Hyperemasis Gravidarium Dan Anemia Di Wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhoksumawe Aceh (NAD)

(1)

POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DAN ANEMIA DI WILAYAH PUSKESMAS CUNDA MUARA DUA

LHOKSEUMAWE ACEH (NAD) TAHUN 2008

SKRIPSI

OLEH

ROHANA NIM : 031000331

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DAN ANEMIA DI WILAYAH PUSKESMAS CUNDA MUARA DUA

LHOKSEUMAWE ACEH (NAD) TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

ROHANA NIM : 031000331

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DAN ANEMIA DI WILAYAH CUNDA

MUARA DUA LHOKSEUMAWE ACEH (NAD) TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 031000331 ROHANA

Yang Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Hari Rabu, Tanggal 28 Oktober 2008

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dr.Ir. Albiner Siagian, MSi) (Prof.dr.David.H.Simanjuntak)

NIP.132049786 NIP. 13023153

Penguji II Penguji III

(Dr.Ir. Zulhaida Lubis, MKes )

NIP. 131862380 NIP. 132126844 (Ernawati Nasution, SKM,MKes)

Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan


(4)

ABSTRAK

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan diawal

kehamilan. Umumnya gangguan mual muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan, yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Pola makan ibu hamil yang mengalami hyperemesis

gravidarum perlu diperhatikan, karena selama hamil kebutuhan akan energi dan zat gizi

lainnya meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan pada ibu hamil yang hyperemesis gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe (NAD) tahun 2008.

Penelitian ini merupakan survai bersifat deskriptif yang dilakukan dengan desain

cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami hyperemesis gravidarum yang berdasarkan data bulan Maret-Mei 2008 yang

berjumlah 150 orang, sedangkan sampel berjumlah 59 orang yang diambil secara

random sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh

melalui wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan food recall makan serta pengukuran HB. Selain itu juga menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan ibu hamil baik dari segi jenis bahan makanan maupun frekuensi makan, tidak berbeda jauh pada setiap tingkatan hyperemesis. Diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang mengalami

hyeperemesis, pola makan dengan tingkat asupan energi cukup sebanyak (40,7%)

dan kategori tidak cukup (59,3%). Untuk tingkat asupan protein diperoleh (52,5%) kategori cukup dan (47,5%) dengan kategori tidak cukup. Sedangkan dari hasil penilaian anemia dengan menggunakan pengukuran Hb diperoleh yang mengalami anemia ringan (25,4%), anemia sedang (20,3%), anemia berat (13,6%) sedangkan yang tidak terkena anemia sebanyak (40,7%).

Diharapkan petugas kesehatan yang menangani ibu hamil yang mengalami

hyperemesis gravidarum dapat memberikan petunjuk pengaturan pola makan

(diit) yang benar sesuai kondisi ibu hamil tersebut.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rohana

Tempat/tanggal lahir : Sigli, 11 Nopember 1957 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : Jl. Balikpapan No.110 Batuphat Barat Lhokseumawe Aceh

Alamat Kantor : Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1972 : SD Negeri No.2 Beureunuen 2. Tahun 1975 : SMP Negeri Beureunuen 3. Tahun 1978 : SPKU Swasta RSU Sigli 4. Tahun 1989 : SPK Swasta Meulaboh 5. Tahun 1992 : Bidan Negeri Sigli

5. Tahun 2003 – sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 1982 – 1983 : CPNS Rumah Sakit Umum Sigli

2. Tahun 1993 – Sekarang : PNS Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh

3. Tahun 2003 – Sekarang : Tugas Belajar Pada Fakultas Kesehatan Msyarakat Universitas Sumatera Utara


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Makan Pada Ibu Hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum dan Anemia di Wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Kabupaten Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes, selaku Ketua Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

4. Bapak Prof. dr. David H.Simanjuntak, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya kepada penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.


(7)

5. Ibu Siti Khadidjah, SKM,MKes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan petunjuk penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak/Ibu Dosen di Departemen Gizi.

7. Suamiku tercinta Ir.Zainal Ishak dan anak-anakku tersayang Reza Rinaldi Ichza Marzha, Siti Bungsu Rai Maninjanna Eka Suzann dan Faisal Zahary Ichzha Mahrazha yang telah banyak memberikan dukungan doa dalam menghadapi segala hambatan sehingga penulis lebih tegar dan termotivasi menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini.

8. Kepada orang tuaku tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan moril maupun materiil kepada penulis.

9. Kepada Ibu Drg. Henny Jayani selaku Kepala Puskesmas Cunda Muara Dua yang telah memberilkan ijin penelitian.

10.Seluruh rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa angkatan tahun 2005 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada semua yang telah membantu penulis.


(8)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Medan, Desember 2008 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstract ... ii

Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Makan ... 6

2.1.1. Pola Makan Ibu Hamil ... 7

2.1.2. Makanan yang Baik dan Sehat Bagi Ibu Hamil ... 8

2.2. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil ... 10

2.2.1. Energi ... 10

2.2.2. Protein ... 11

2.2.3. Vitamin dan Mineral ... 11

2.3. Anemia ... 13

2.3.1. Pengertian Anemia ... 13

2.3.2. Penyebab dan Gejala Anemia ... 14

2.3.3. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan ... 15

2.3.4. Efek Anemia pada Ibu Hamil ... 18

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil ... 18

2.4.1. Umur ... 18

2.4.2. Pendidikan ... 19

2.4.3. Sarana Kesehatan ... 19


(10)

2.5. Kehamilan Hyperemesis Gravidarum ... 20

2.5.1. Pengertian Hyperemesis Gravidarum ... 20

2.5.2. Penyebab Hyperemesis Gravidarum ... 22

2.5.3. Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum ... 23

2.5.4. Penanganan Hyperemesis Gravidarum ... 26

2.5.5. Diit Ibu Hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum ... 28

2.6. Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.3.2. Sampel ... 34

3.4. Instrumen Penelitian ... 34

3.5. Metode dan Cara Pengumpulan Data ... 35

3.5.1. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5.2. Cara Pengumpulan Data ... 35

3.6. Definisi Operasional ... 35

3.7. Aspek Pengukuran ... 36

3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 38

3.8.1. Pengolahan Data ... 38

3.8.2. Analisa Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 40

4.2. Karakteristik Responden ... 41

4.2.1. Umur Responden ... 41

4.2.2. Pendidikan Responden ... 41

4.2.3. Pekerjaan Responden ... 42

4.2.4. Pendapatan Responden ... 42

4.2.5. Suku ... 43

4.2.6. Riwayat Kehamilan ... 43

4.3. Pola Frekuensi Makan Ibu Hamil ... 44

4.3.1. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat I ... 44

4.3.2. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat II ... 46

4.3.3. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat III ... 47

4.4. Jumlah Asupan Energi dan Protein Ibu Hamil ... 49


(11)

4.4.2. Jumlah Asupan Protein ... 50

4.4.3. Tingkat Hyperemesis ... 50

4.4.4. Kejadian Anemia ... 51

4.5. Hasil tabulasi Silang ... 51

4.5.1. Hasil Tabulasi Silang Asupan Energi Dengan Tingkat Hyperemesis 51 4.5.2. Hasil Tabulasi Silang Antara Asupan Protein Dengan Tingkat Hyperemesis ... 52

4.5.3. Hasil Tabulasi Silang Anemia Dengan Hyperemesis Gravidarum ... 52

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden ... 54

5.2. Pola Frekuensi Makan ... 56

5.2.1. Pola Makan Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum I ... 56

5.2.2. Pola Makan Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum Tingkat II ... 58

5.2.3. Pola Makan Ibu Hamil Hyperemesisi Gravidarum Tingkat III ... 60

5.3. Asupan Zat Gizi Energi dan Protein ... 61

5.4. Anemia pada Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 65

6.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Setiap Harinya ... 13 Tabel 2.2. Bahan Makanan Yang Diberikan Sehari ... 30 Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Puskesmas

Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) tahun 2008 41 Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Puskesmas

Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Puskesmas Cunda

Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Pendapatan di Puskesmas Cunda

Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Suku di Puskesmas Cunda Muara Dua

Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Anak yang Dikandung di Puskesmas

Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pada

Hyperemesis Tingkat I ... 44 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pada

Hyperemesis Tingkat II ... 46 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pokok

Pada Hyperemesis Tingkat III ... 47 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan JenisLauk Pauk Pada

Hyperemesis Tingkat III ... 48 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Sayuran Pada

Hyperemesis Tingkat III ... 48 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Buah-Buahan Pada


(13)

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Minuman Pada

Hyperemesis Tingkat III ... 49 Tabel 4.14. Distribusi Jumlah Asupan Energi di Puskesmas Cunda Muara Dua

Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 49 Tabel 4.15. Distribusi Jumlah Asupan Protein di Puskesmas Cunda Muara Dua

Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 50 Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Hyperemesis di Puskesmas

Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 50 Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia di Puskesmas

Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 51 Tabel 4.18. Distribusi Hasil Tabulasi Silang Antara Asupan Energi Dengan Tingkat

Hyperemesis di Puskesmas Cunda Muara Dua Dua Lhokseumawe

Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 51 Tabel 4.19. Distribusi Hasil Tabulasi Silang, Asupan Protein Dengan Tingkat

Hyperemesis di Puskesmas Cunda Muara Dua Dua Lhokseumawe

Aceh (NAD) Tahun 2008 ... 52 Tabel 4.20. Distribusi Hasil Tabulasi Silang Antara Tingkat Hyperemesis Dengan

Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Cunda Muara Dua Dua


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... 69

Lampiran 2 : Formulir Food Frequency ... 70

Lampiran 3 : Formulir Food Recall ... 71

Lampiran 4 : Data Ibu Hamil yang Mengalami Hyperemesis Gravidarum ... 72

Lampiran 5 : Frequency Table ... 74

Lampiran 6 : Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/on The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ... 77

Lampiran 7 : Surat Keterangan Telah Mengadakan Riset/Penelitian dari Pemerintah Kota Lhokseumawe Dinas Kesehatan Puskesmas Muara Dua Aceh ... 78


(15)

ABSTRAK

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan diawal

kehamilan. Umumnya gangguan mual muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan, yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Pola makan ibu hamil yang mengalami hyperemesis

gravidarum perlu diperhatikan, karena selama hamil kebutuhan akan energi dan zat gizi

lainnya meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan pada ibu hamil yang hyperemesis gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe (NAD) tahun 2008.

Penelitian ini merupakan survai bersifat deskriptif yang dilakukan dengan desain

cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami hyperemesis gravidarum yang berdasarkan data bulan Maret-Mei 2008 yang

berjumlah 150 orang, sedangkan sampel berjumlah 59 orang yang diambil secara

random sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh

melalui wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan food recall makan serta pengukuran HB. Selain itu juga menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan ibu hamil baik dari segi jenis bahan makanan maupun frekuensi makan, tidak berbeda jauh pada setiap tingkatan hyperemesis. Diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang mengalami

hyeperemesis, pola makan dengan tingkat asupan energi cukup sebanyak (40,7%)

dan kategori tidak cukup (59,3%). Untuk tingkat asupan protein diperoleh (52,5%) kategori cukup dan (47,5%) dengan kategori tidak cukup. Sedangkan dari hasil penilaian anemia dengan menggunakan pengukuran Hb diperoleh yang mengalami anemia ringan (25,4%), anemia sedang (20,3%), anemia berat (13,6%) sedangkan yang tidak terkena anemia sebanyak (40,7%).

Diharapkan petugas kesehatan yang menangani ibu hamil yang mengalami

hyperemesis gravidarum dapat memberikan petunjuk pengaturan pola makan

(diit) yang benar sesuai kondisi ibu hamil tersebut.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk hidup sehat, agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal, dengan usaha peningkatan derajat kesehatan. Bukan hanya kemauan dan kesadaran masyarakat saja tetapi pemerintah juga menitik beratkan perhatian pada sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut maka pembangunan kesehatan harus ditingkatkan untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian maternal (ibu hamil, melahirkan dan nifas) (Manuaba, 1998).

Saat ini masih banyak ibu hamil dan pra-hamil yang menderita anemia gizi. Kondisi ibu hamil yang demikian merupakan faktor resiko melahirkan berat badan bayi rendah (BBLR). Anemia gizi sangat umum dijumpai di Indonesia pravalensinya masih tinggi, pada ibu hamil, anak balita, anak sekolah dan pekerja berpenghasilan rendah. Walaupun terdapat penurunan prevalensi pada ibu hamil, tetapi pada dasarnya prevalensi anemia pada segmen populasi lainnya tidak banyak. Prevalensi anemia gizi yang tinggi dapat membawa akibat yang negatif, seperti : (1) rendahnya kemampuan kerja jasmani dan produktivitas kerja; (2) rendahnya kekebalan tubuh sehingga menyebabkan tingginya angka kesakitan (Depkes RI, 1996).


(17)

Kehamilan merupakan suatu hal yang fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Kehamilan sebagai hal yang fisiologis akan dapat menjadi patologis

jika terdapat kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kematian adalah anemia. Wanita hamil dengan anemia meningkatkan resiko kematian ibu, angka prematuritas, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan angka kematian bayi (Notobroto, 2003).

Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survai Kesehatan Demografi Indonesia (SDKI) telah mengalami penurunan yaitu dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Tetapi hal ini masih tergolong tinggi karena belum dapat mencapai target nasional Indonesia Sehat 2010, untuk program kesehatan reproduksi yaitu menurunkan AKI menjadi 125 per100.000 kelahiran hidup (Azwar, 2005).

Sedangkan pravalensi Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu hamil, menunjukkan penurunan secara tajam, pada tahun 1986 pravalensi AGB ibu hamil 70%, turun menjadi 63,5% (tahun 1992) dan 50,9% (tahun 1995). Dari angka pravalensi tersebut terjadi penurunan pravalensi rata-rata 4,2% per tahun (Baliwati, 2004).

Penyebab kematian ibu tidak langsung antara lain adalah anemia. Menurut SKRT (Survai Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1997, prevalensi anemia pada ibu hamil adalah 51% dan pada ibu nifas 45%. Akan tetapi penelitian di Jawa Barat,


(18)

suatu provinsi dengan kondisi sosial-ekonomi yang relatif lebih baik, melaporkan bahwa persentase ibu hamil yang menderita anemia sedang adalah 36% dan anemia ringan hanya 0,7%. Data SKRT tahun 1997, menunjukkan pula bahwa

Body Mass Index (BMI) kurang dari 18,5 kg/m2, yaitu indikasi dari kurang gizi

kronis, yang terdapat pada 14,5% wanita hamil di Provinsi Jawa Barat, Jawa tengah, NTT, Maluku serta Irian Jaya. Survai pascakrisis yang baru dilakukan terhadap sampel yang lebih kecil di beberapa provinsi menunjukkan adanya peningkatan wanita usia subur dengan BMI rendah. Kekurangan gizi kronis mengakibatkan BBLR yang merupakan faktor resiko utama kematian neonatal (Depkes RI, 2001).

Mual dan muntah selama kehamilan yang umumnya disebut morning

sickness adalah kondisi yang fisiologis wajar terjadi pada kehamilan muda

(trimester I). Hal ini dialami oleh 50-80% wanita hamil, namun jika mual dan muntah tersebut semakin berat, maka dapat mengakibatkan gangguan kehamilan yang disebut Hyperemesis Gravidarum (Lestari,D, 2005).

Beberapa penelitian melaporkan bahwa beberapa faktor mungkin berhubungan dengan meningkatnya resiko morning sicness dan hyperemesis

gravidarum yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya,

kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa) dan pernah mengalami

hyperemesis gravidarum sebelumnya (Lestari, D, 2005).

Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, penurunan klorida urin selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan


(19)

menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna hingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan perusak hepar. Selanjutnya lendir esofagus dan lambung dapat robek sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal (Arief, 2001).

Survai awal yang penulis lakukan di Puskesmas Cunda Muara Lhokseumawe Aceh (NAD) banyak ibu hamil yang pada kehamilan trimester 1 mengalami mual dan muntah yang berlebihan di awal kehamilannya atau yang dikenal dengan istilah Hyperemesis gravidarum, yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Akibatnya nafsu makan si ibu akan hilang dan tubuh menjadi lemas karena kehilangan banyak cairan sehingga mudah menderita anemia yang dikarenakan pola makan yang tidak seimbang.

Berdasarkan hasil survai tersebut penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana pola makan pada ibu hamil dengan Hyperemesis

Gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda muara Dua Lhokseumawe

Aceh (NAD) tahun 2008.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pola makan pada ibu hamil yang Hyperemesis Gravidarum dan anemia di Wilayah puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008.


(20)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pola makan pada ibu hamil yang Hyperemesis

Gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe

Aceh (NAD) Tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pola makan ibu hamil yang hyperemesis gravidarum berdasarkan jenis, jumlah (energi, protein)dan frekuensi makan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD).

2. Untuk mengetahui anemia pada ibu hamil yang hyperemesis gravidarum.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) dalam rangka penanggulangan ibu hamil yang hyperemesis


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Makan

Yang dimaksud pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam/jenis makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masyarakat tertentu. Pola makan juga merupakan cara seseorang atau kelompok memilih dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan atau pola pangan (Suhardjo, 1996).

Di dalam susunan pola makan ada satu bahan makanan yang dianggap penting, dimana satu hidangan dianggap tidak lengkap apabila bahan makanan tersebut tidak ada, bahan makanan tersebut adalah bahan makanan pokok, di Indonesia bahan makanan pokok adalah beras dan beberapa daerah menggunakan jagung, sagu dan ubi jalar.

Pola makan disuatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :

1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya disuatu daerah.


(22)

konsumsi pangan penduduk. Jumlah penduduk adalah kunci utama yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan disuatu daerah. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola konsumsi makan anggota keluarga. Apalagi dengan pengetahuan, pendapatan yang rendah dan jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi berkurang pula (Khumadi, 1994).

2.1.1. Pola Makan Ibu Hamil

Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin dan mineral. Untuk pengganti nasi dapat digunakan jagung, ubi jalar dan roti. Untuk pengganti protein hewani dapat digunakan daging, ayam dan telur. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik dan selama hamil harus mendapatkan tambahan protein, mineral, vitamin dan energi (Huliana, 2001).

Para ahli antropologi gizi umumnya berpendapat bahwa kebiasaan makan tidak mudah diubah tetapi bersifat dinamis. Hal ini berarti bahwa kebiasaan makan dapat berubah jika faktor-faktor yang mempengaruhinya diubah dengan sengaja. Karena kebiasaan makan bersifat menyatu dengan perilaku konsumsi makanan maka proses perubahan itu umumnya berjalan lambat. Selanjutnya perubahan atau kelestarian pola makan dapat dikaji dari faktor dalam dan faktor luar sebagai berikut :


(23)

1. Dari dalam meliputi corak kebudayaan, corak masyarakat, corak individu yang berkaitan dengan keterbukaan/tertutup, labil, dinamik, statis, tradisional. 2. Dari luar mencakup keterjangkauan (accesibility), ketersediaan (availability), berkesinambungan (sustainability). Keterbukaan dan ketertutupan mencakup unsur-unsur seperti struktur keluarga, tingkat sosial ekonomi (Muhilal, 1996).

Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu susunan menu juga harus seimbang. Adapun menu ibu hamil yang seimbang setara dengan nasi/pengganti 5-6 piring, lauk hewani 4-5 potong, lauk nabati 3-4 potong, sayuran 2-3 mangkuk, buah-buahan 3 potong dan dianjurkan minum 8-12 gelas/hari.

Untuk kelancaran pencernaan dianjurkan menghindari makanan yang banyak bumbu, terlalu panas/dingin dan tidak menggunakan alkohol. Dianjurkan juga banyak makan sayuran berwarna hijau (Soetjiningsih, 1997).

2.1.2. Makanan yang Baik dan Sehat Bagi Ibu Hamil

Kadar zat makanan/gizi pada setiap bahan makanan memang tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi. Karena itu dengan memperhatikan makanan yang selalu dianjurkan, setiap makanan akan saling melengkapi zat makanan atau gizinya yang selalu dibutuhkan manusia guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan kegiatan/kegiatannya. Zat makanan/gizi yang diperlukan tubuh manusia ada pula yang berasal dari hewan yang disebut pangan hewani (Marsetyo, 1999).


(24)

Menurut Irianto (2007), makanan yang kita makan sehari-hari dinilai sehat untuk mencukupi kebutuhan tubuh, apabila makanan tersebut tersusun atau terdiri dari bahan makanan yang mempunyai tiga kegunaan yang disebut tri guna makanan yaitu :

1. Mengandung zat tenaga berguna untuk bekerja, belajar, bertani dan lainnya. Bahan makanan sumber tenaga adalah beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, roti, dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan santan yang mengandung lemak.

2. Mengandung zat pembangun berguna untuk pertumbuhan pada anak-anak dan mengganti jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewan mengandung protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, kerang, udang, kepiting, susu serta hasil olahannya. Sedangkan jenis makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan mengandung protein nabati adalah kacang-tanah, kacang merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe, tahu dan lain-lain.

3. Mengandung zat pengatur berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung berbagai macam vitamin dan mineral.

Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan untuk wanita tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah (Soehardjo, 1996) :

1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan


(25)

3. Agar supaya luka-luka persalinan lekas sembuh dalam nifas 4. Guna mengadakan cadangan untuk masa laktasi.

Caranya adalah :

1. Ibu harus makan teratur tiga kali dalam sehari

2. Hidangan harus tersusun dari bahan makanan bergizi yang terdiri dari : makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan dan diusahakan minum susu satu gelas setiap hari.

3. Pergunakan aneka ragam makanan yang ada.

4. Pilihlah, belilah, berbagai macam bahan makanan yang segar.

2.2. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil

Makanan ibu hamil mempunyai peranan penting bagi tumbuh kembang janin dan pada saat ibu melahirkan. Selama kehamilan seorang ibu akan mengalami perubahan baik anatomis, fisiologis, maupun perubahan lainnya, yang akan meningkatkan kebutuhan akan zat gizi dalam makanannya. Di dalam rahim ibu terdapat janin yang sedang tumbuh, ditempat lain beberapa organ tubuh ibu mengalami perubahan fungsi dalam rangka mempersiapkan kehadiran sang bayi (Soetjiningsih, 1997).

Wanita hamil yang menunjukkan kenaikan berat badan yang cukup banyak, baik bagi komponen janin maupun bagi dirinya sendiri, maka bagi mereka dianjurkan untuk dapat makanan tambahan (suplemen) seperti energi, protein dan berbagai mineral maupun vitamin (Solihin, 1990).


(26)

Demi suksesnya kehamilan keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan energi, protein, vitamin dan mineral (Huliana, 2001).

2.2.1. Energi

Tambahan energi selama hamil diperlukan baik bagi komponen fetus maupun perubahan yang terdapat pada dirinya sendiri. Kurang lebih 27.000 kkal atau 100 kkal/hari dibutuhkan selama mengandung. National Research Council (1980), menganjurkan pemberian 2000 kkal/hari bagi wanita berumur 25-50 tahun dengan tambahan 300 kkal bagi mereka yang sedang mengandung.

2.2.2. Protein

Kebutuhan protein tergantung pada kecepatan pertumbuhan janinnya. Trimester pertama kurang dari 6 gram tiap hari sampai trimester dua. Trimester terakhir pada waktu pertumbuhan janin sangat cepat sampai 10 gram/hari. Bila bayi sudah dilahirkan protein dinaikkan menjadi 15 gram/hari. Menurut WHO tambahan protein ibu hamil adalah 0,75 gram/kg berat badan.

2.2.3. Vitamin dan Mineral

Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium dan zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh National Research Council, menunjukkan persentase tambahan gizi ibu hamil ialah energi 15%, protein 68%, vitamin A 25%, vitamin D 100%, vitamin E 25% dan vitamin C 33%.Untuk vitamin kelompok vitamin B-kompleks 40%, tiamin 25%, riboflavin 15%, niasin 30%,


(27)

vitamin B6 100%, asam folat 33% dan vitamin B12, kalsium, fosfor, magnesium 50%, zat besi 300%, zink 32% serta iodium 16%

Tambahan vitamin dan mineral bagi ibu hamil tidak melebihi 100% terkecuali zat besi. Tambahan makanan lebih baik dikonsumsi dalam bentuk cairan seperti formula dengan kandungan zat gizinya telah sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Makanan yang harus dihindari ibu hamil adalah yang mengandung zat warna, pengawet dan penyedap makanan, minimal alkohol, kafein karena mempunyai pengaruh buruk terhadap anak yang dikandungnya (Huliana, 2001).

Banyaknya makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil tergantung dari kondisi badan si ibu. Namun jika terjadi gangguan masa kehamilan maka dapat diatur sebagai berikut (Marbun, 2005) :

1. Pada Trimester I :

Pada umur kehamilan 1-3 bulan kemungkinan terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan adanya gangguan pusing, mual bahkan muntah.Untuk itu dianjurkan porsi makanan kecil tetapi sering. Bentuk makanan kering/tidak berkuah.

2. Pada Trimester II :

Nafsu makan ibu membaik, makan makanan yang diberikan : 3x sehari ditambah 1x makanan selingan. Hidangan lauk pauk hewani seperti : telur, daging, teri, hati sangat baik dan bermanfaat untuk menghindari kurang darah


(28)

3. Pada Trimester III :

Makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu. Bila ibu hamil mempunyai berat kelebihan, maka makanan pokok dan tepung-tepungan dikurangi, dan memperbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan segar untuk menghindari sembelit.

4. Bila terjadi keracunan kehamilan/oedem (bengkak-bengkak pada kaki), maka janganlah menambah garam dapur dalam masakan sehari-hari.

Tabel. 2.1.

Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Setiap hari

Nama Bahan Berat

(gram)

Ukuran Rumah Tangga

Beras 300 4 gelas nasi

Daging 75 3 potong sedang

Tempe 75 3 potong kecil

Sayuran 300 3 gelas

Buah 200 2 potong

Susu 200 1 gelas

Gula 10 1 sendok makan

Minyak 25 5 sendok makan

Selingan 2 x

Nilai Gizi

- Kalori : 2500 - Lemak : 82 - Protein : 85 - H.A : 414 Sumber : Marbun, (2005)

Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi.

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat berakibat :

a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut Berat Badan Bayi Rendah (BBLR).


(29)

b. Kelahiran premature (lahir belum cukup umur kehamilan).

c. Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati (Notoatmodjo, 1997).

2.3. Anemia

2.3.1. Pengertian Anemia

Anemia adalah penyakit yang melemahkan tubuh, yang disebabkan kekurangan sel darah merah atau haemoglobin, yaitu pigmen pembawa oksigen. Anemia merupakan suatu keadaan hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen darah berkurang. Pada masa kehamilan relatif terjadi karena darah ibu hamil mengalami hemodilus (pengenceran dengan peningkatan volume 30-40% yang puncaknya pada kehamilan 32-34 minggu (Supardiman, 1997).

Menurut Wiknjosastro (2002), anemia adalah kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11 gr%.

Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin dibawah 11gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada

trimester II (Saifuddin, 2002).

Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah


(30)

dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002).

2.3.2. Penyebab dan Gejala Anemia

Anemia bisa terjadi akibat keadaan-keadaan seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan pembedahan, kecelakaan, menstruasi, melahirkan dan terlalu sering donor darah. Menurunnya jumlah sel darah merah bisa juga akibat zat gizi besi digunakan untuk kepentingan lain (diluar untuk pembuatan sel darah merah). Misalnya akibat kekurangan asam lambung, penyakit pada sumsum tulang, kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan atau memproduksi sel-sel darah merah seperti asam folat, vitamin B12, dan lainnya. Anemia juga disebabkan oleh menurunnya kualitas serta kuantitas haemoglobin sel darah merah (Moehji, S, 1998).

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Menurut Mochtar (1998), penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Kurang gizi (malnutrisi) 2. Kurang zat besi dalam diit


(31)

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

Tanda-tanda orang terkena anemia sebagai berikut : kulit pucat terutama diujung jari, bibir, sekeliling mata dan lidah, sesak nafas selesai melaksanakan aktifitas, pusing, nadi meningkat (Supardiman, 1997).

2.3.3. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

Klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut (Mochtar, 1998) :

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu : keperluan untuk zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero

glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat

menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%/bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk

profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002).


(32)

Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/1M (Infus Meskuler) pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).

Diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Hb 11 gr% : Tidak anemia b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan c. Hb 7-8 gr% : Anemia sedang d. Hb < 7 gr% : Anemia berat. 2. Anemia Megaloblastik

Anemia disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya :

a. Asam folik 15-30 mg per hari b. Vitamin B12 3x1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan tranfusi darah.


(33)

3. Anemia Hipoplastik

Anemia disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.

4. Anemia Hemolitik

Anemia yang disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini yaitu anemia gizi dan non gizi. Anemia gizi adalah keadaan kurang darah akibat kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan serta produksi sel-sel darah merah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sedangkan anemia non gizi akibat pendarahan seperti luka akibat kecelakaan, menstruasi atau penyakit darah yang bersifat genesis seperti thalasemia, hemofilia dan lainnya (Almatsier, 2002).

2.3.4. Efek Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia kehamilan pada Trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia


(34)

intrauterin sampai kematian, BBLR (Berat Badan lahir Rendah), gestosis dan

mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil 2.4.1. Umur

Umur reproduksi yang optimal bagi ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Apabila dibawah 20 tahun, maka meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan, karena pada usia muda organ-organ reproduksi wanita belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaannya pun belum siap dalam menerima kehamilannya.

Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan bagian lainnya belum siap untuk terjadinya kehamilan dan adanya kecenderungan kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu berumur 20-35 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap menerima kehamilan dan diharapkan lebih memperhatikan kehamilannya karena lebih banyak pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh tentang kehamilan serta lebih dewasa dimana lebih besar rasa tanggung jawab dan percaya dirinya (Hamilton, 1995).

2.4.2. Pendidikan

Wanita yang berpendidikan lebih rendah atau tidak berpendidikan biasanya mempunyai anak lebih banyak dibandingkan yang berpendidikan lebih tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat/sulit diajak memahami dampak negatif dari mempunyai banyak anak. Frekuensi kehamilan dan melahirkan akan menyebabkan ibu berpeluang besar untuk mengalami


(35)

gangguan kesehatan dan menyebabkan angka kematian anak dan ibu tinggi (Baliwati, 2002).

2.4.3. Sarana Kesehatan

Pemerintah telah memperluas jaringan kesehatan sampai ke pedesaan. Dengan didirikannya puskesmas dan puskesmas pembantu, pondok bersalin desa dan posyandu dengan tujuan agar pada daerah-daerah terpencil juga merasakan mendapat pelayanan kesehatan yang merata dan menyeluruh. Kegiatan pelayanan kesehatan meliputi usaha kesehatan untuk seluruh penduduk. Kelompok umur masyarakat yang menjadi prioritas pelayanan kesehtan adalah para ibu hamil, menyusui dan anak-anak terutama anak balita.

Puskesmas merupakan keterpaduan beberapa program salah satunya dalam pelayanan kesehatan gizi. Pelayanan gizi yang diberikan meliputi pemantauan pertumbuhan balita, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemeriksaan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penyuluhan gizi. Sasaran dari program tersebut adalah bayi (usia 2-12 bulan), anak balita (1-4 tahun), ibu hamil dan ibu menyusui serta pasangan usia subur. Kegiatan puskesmas yang lain adalah dilakukannya pemeriksaan antenatal selama kehamilan, pemberian imunisasi TT sebanyak dua kali selama kehamilan, pemberian tablet Fe selama kehamilan sampai masa nifas serta dilakukannya penyuluhan terutama pada penderita berisiko tinggi (Moehji, 1998).

2.4.4. Penghasilan Keluarga

Pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah walaupun memiliki pengetahuan baik, ia tidak mampu untuk membeli bahan makan yang


(36)

dapat memenuhi kebutuhan gizi tubuhnya. Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi umum. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius karena keadaan ekonomi ini relatif lebih mudah diurus dan berpengaruh pada konsumsi pangan.

Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang dibutuhkan tubuh. Setidaknya keanekaragaman kurang bisa dijamin, karena dengan uang yang terbatas itu tidak akan banyak pilihan. Banyak sebab yang turut berperan dalam menentukan besar kecilnya pendapatan keluarga (Soehardjo, 1996).

2.5. Kehamilan Hyperemesis Gravidarum 2.5.1. Pengertian Hyperemesis Gravidarum

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan diawal

kehamilan. Kondisi yang demikian diduga berkaitan dengan meningkatnya kadar hormon kehamilan dan estrogen secara berlebihan. Umumnya gangguan mual muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan, yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Akibatnya nafsu makan si ibu akan hilang dan tubuh menjadi lemas karena kehilangan banyak cairan. Dalam keadaan ini variasi makanan sangat diperlukan guna mempertahankan selera makan, dianjurkan pemberian makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan sering. Cairan diberikan dalam bentuk terpisah untuk menghindari muntah, dianjurkan banyak minum, kaldu,


(37)

sari buah, cairan elektrolit atau soda tanpa kafein untuk mencegah terjadinya dehidrasi (Soetjiningsih, 1997).

Sebagian besar emesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan anti muntah. Tetapi sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual-muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit.

Hyperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis

dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran lemak kurang sempurna terjadilah badan keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik. Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium, kalium dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah.

Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil.

Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur darah. Suasana


(38)

demikian dapat menimbulkan kekawatiran wanita hamil, dan mengagetkan keluarga (Manuaba, 1998).

2.5.2. Penyebab Hyperemesis Gravidarum

Kejadian hyperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.Tetapi beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 1998) : 1. Faktor adaptasi dan hormonal

Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hyperemesis

gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah

wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida dan overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradabtasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hyperemis

gravidarum.

2. Faktor Psikologis

Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hyperemesis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hyperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang.


(39)

3. Faktor Alergi

Pada kehamilan dimana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap menyebabkan kejadian hyperemesis gravidarum.

2.5.3. Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum

Pada penderita dengan muntah terus-menerus cadangan karbohidrat dan cadangan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak tidak sempurna timbul ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetic, asam hidrosibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraselluler dan plasma berkurang. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke dalam jaringan menurun. Kekurangan kalium akan terjadi karena muntah dan karena peningkatan eksresi kalium karena ginjal. Hipokalemi ini menyebabkan lebih banyak muntah. Muntah yang bertambah banyak bersama dengan kerusakan hati akan menyebabkan sirkulus

vitiosus yang sukar dipatahkan.

Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hyperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi apabila keadaan umum penderita terpengaruh sebaiknya itu dianggap sebagai hyperemesis gravidarum.

Menurut gejala-gejalanya, hyperemesis gravidarum dapat dibagi dala m tiga tingkat yaitu (Manuaba, 1998) :


(40)

1. Tingkat I

Muntah yang terus-menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ia merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badannya turun dan ia merasa nyeri epigastrium. Nadinya meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik turun, tugor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung. 2. Tingkat II

Penderita tampak lebih lemah lagi apatis, tugor kulit lebih mengurang, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, kadang-kadang suhunya naik sedikit dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun, mata menjadi cekung, tensi turun, urin berkurang, terjadi gangguan buang air besar.

3. Tingkat III

Keadaan umum wanita hamil lebih payah. Muntah-muntah berkurang, gangguan kesadaran dalam bentuk samnolen sampai koma, nadi meningkat, suhu lebih meningkat, tekanan darah turun, keadaan dehidrasi makin jelas.

Selama kehamilan sering terjadi gangguan yang dapat disebabkan oleh kehamilan itu sendiri, misalnya (Soetjiningsih, 1997) :

1. Rasa mual dan muntah-muntah (emesis-hyperemesis)

- Beberapa minggu awal kehamilan nafsu makan turun, timbul rasa mual dan muntah, biasa disebut morning sickness, meskipun tidak selalu terjadi di pagi hari.

- Dalam hal ini variasi makanan sangat diperlukan guna mempertahankan selera makan, dianjurkan pemberian makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan sering.


(41)

- Cairan diberikan dalam bentuk terpisah untuk menghindari muntah, dianjurkan banyak minum, kaldu, sari buah, cairan elektrolit atau sida tanpa kafein untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Ibu dianjurkan cukup istirahat dan disediakan makanan yang dapat dimakan sewaktu-waktu. Bila keadaan menjadi lebih berat disebut hyperemesis, maka ibu segera dirujuk ke rumah sakit. Diit yang diberikan untuk keadaan ini adalah diit

hyperemesis I/II/III, tergantung keadaan klinis ibu.

Umumnya gangguan mual dan muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Akibatnya nafsu makan si ibu akan hilang dan tubuh menjadi lemas karena kehilangan banyak cairan.

2. Rasa kepenuhan

Untuk menghindari terjadinya keadaan hal ini :

a. Menghindari pemberian kafein, makanan terlalu banyak bumbu, makanan berlemak, makanan/minuman yang menimbulkan gas

b. Setiap selesai makan jangan tidur dengan posisi rata, usahakan kepala lebih tinggi

3. Konstipasi

Keadan ini sering terjadi pada keadaan hamil tua, yang merupakan akibat dari a. Kegiatan ibu semakin berkurang akibat umur kehamilan

b. Tekanan berat janin terhadap saluran pencernaan makanan c. Makanan ibu kurang mengandung serat


(42)

Hal ini dapat diatasi dengan :

a. Banyak minum dan makan makanan tinggi serat (sayuran, buah terutama lalapan)

b. Sedikit latihan/senam hamil

c. Minum sari buah lebih banyak, kalau 3-4 hari jika konstipasi masih berlangsung

4. Kegemukan

Setelah melewati masa mual/emesis, nafsu makan dapat kembali normal atau bahkan lebih besar (ada pula ibu-ibu yang tidak mengalami gangguan nafsu makan). Pembatasan kalori pada kehamilan sangatr tidak dianjurkan karena dapat merugikan janin, namun pengaturan berat badan sampai tahap tertentu diharapkan.

5. Anemia

Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dan asam folat dalam makanan ibu. Gejalanya adalah kadar Hb darah kurang dari 11 g%, pucat, pusing, lemas, penglihatan berkunang-kunang dan berat badan ibu naiknya sedikit. Ibu yang anemia dua kali lebih sering mendapat bayi berat badan lahir rendah dari pada ibu yang tanpa anemia.

6. Keracunan kehamilan

Keadaan ini disebut juga toksemia, merupakan penyakit hipertensif akut yang terjadi pada sekitar minggu ke 20 (trimester III), ditandai dengan :

a. Tekanan darah


(43)

c. Adanya edem

2.5.4. Penanganan Hyperemesis Gravidarum

Penanganan hyperemesis gravidarum meliputi pencegahan, mengurangi muntah-muntah, koreksi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, pemberian vatamin dan kalori yang adekuat untuk mempertahankan nutrisi.

Profilaksis terhadap hyperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberi keyakinan bahwa mual dan muntah ialah gejala-gejala yang lazim dalam kehamilan muda dan akan hilang menjelang kehamilan 4 bulan, mengubah cara makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering. Waktu pagi jangan segera keluar dari tempat tidur, tetapi makanlah dahulu roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau sebaiknya dihindarkan. Defekasi secara teratur hendaknya diperhatikan. Menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, maka dari itu dianjurkan makanan yang mengandung banyak gula.

Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak berkurang, harus diberi pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberi obat yang bersifat teratogen. Sedatif yang sering diberikan adalah fenolbarbital. Vitamin yang sering diberikan adalah vitamin B1 dan vitamin B6. Beberapa antihistaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin dan torekan. Penanganan hyperemesis gravidarum perlu dilakukan di rumah sakit dengan cara:


(44)

1. Isolasi

Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ka kamar penderita. Dengan demikian penderita dilepaskan dari lingkungan yang mungkin merupakan sumber kecemasan baginya. Kadang-kadang dengan isolasi saja, mual dan muntah berkurang atau hilang tanpa pengobatan. Dengan beristirahat-baring, penderita ditempatkan dalam kamar yang tenang dan berventilasi baik. Tidak diberikan makanan dan minuman per oral dalam 24 jam.

2. Terapi Psikologik

Dengan segala usaha diyakinkan kepada penderita bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Bila keadaan mengizinkan, sebaiknya diusahakan menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor psikologis atau sosio-ekonomis yang dapat menjadi latar belakang muntah-muntah yang berlebihan itu.

3. Cairan Parental

Segera setelah diagnosis dipastikan, kepada penderita diberikan glukosa 5% dalam air garam fisiologik dengan infus intra vena sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam. Selanjutnya diberikan vitamin B kompleks, vitamin C dan 25 mg klorpromazin dengan suntikan intramuskulus. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan (air kencing dan muntah), air kencing harus diperiksa sehari sekali terhadap protein, aseton klorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari, dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan selanjutnya menurut keperluan. Jika penderita dalam 24 jam tidak muntah dan keadaan umum bertambah


(45)

baik, dapat dicoba untuk memberi minuman tergantung dari keadaan minuman dapat ditambah dan lambat laun dapat diberi makanan cair.

Pada umumnya dengan cara penanganan tersebut diatas keadaan umum penderita berangsur baik, diuresis bertambah, aseton dalam air kencing lambat laun menghilang dan kualitas nadi bertambah baik.

4. Penghentian Kehamilan

Ada kalanya dengan terapi tersebut diatas keadaan penderita tidak bertambah baik, malahan mundur. Dieresis tidak bertambah, asetonuria tetap ada, nadi bertambah cepat dan suhu menaik. Dalam keadaan demikian penghentian kehamilan perlu dipertimbangkan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sulit diambil oleh karena pada satu pihak tidak boleh terlalu cepat dan pada lain pihak tidak boleh menunggu sampai gejala-gejala yang menunjukkan kelainan ireversibel pada alat-alat vital.

2.5.5. Diit Ibu Hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum

Diit ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen dan mengontrol asidosis, serta secara berangsur memberikan makanan yang cukup kalori dan zat gizi. Syarat diit hyperemesis gravidarum adalah tinggi karbohidrat, rendah lemak dan cukup cairan. Makan mudah dicerna, tidak merangsang dan diberikan dalam porsi yang kecil tapi sering. Menurut keadaan ibu hamil secara berangsur diberikan makanan yang memenuhi syarat gizi, sebagai berikut (Junaidi, 2001).


(46)

1). Diit Hyperemesis I

Diit ini diberikan kepada ibu hamil dengan hyperemesis berat. Makanan terdiri dari roti kering dan buah-buahan, semua zat gizi dikurangi kecuali vitamin C, oleh karena itu hanya diberikan beberapa hari. Nilai zat gizi diit ini sehari ialah 1059 kalori, dan 15 gram protein.

2). Diit Hyperemesis II

Diit ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mual diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi kecuali vitamin A dan vitamin C. Nilai giz i ini adalah 1672 kalori dan 57 gram protein.

3). Diit Hyperemesis III

Diit ini diberikan kepada ibu dengan hyperemesis ringan. Makan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium. Nilai gizi diit ini sehari adalah 2269 kalori dan 73 gram protein.

Ibu hamil yang mempunyai gangguan pada kehamilan, terutama yang menderita hyperemesis gravidarum dianjurkan untuk melakukan diit dengan tujuan :

1. Mengganti persediaan glikogen dan mengontrol asidosis

2. Secara berangsur memberikan makanan cukup kalori dan zat-zat gizi. Adapun syarat-syarat diit hyperemesis gravidarum antara lain : tinggi hidrat arang, cukup cairan, makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan dengan penderita, makanan mudah dicerna tidak merangsang


(47)

serta diberikan dalam porsi kecil tetapi sering, dan memenuhi syarat gizi (Soetjiningsih, 1997).

Tabel. 2.2.

Bahan Makanan yang Diberikan Sehari Bahan

Makanan

Diit Hyperemesis I Diit Hyperemesis II Diit Hyperemesis III

Berat (gr)

URT Berat (gr)

URT Berat(gr ) URT Beras Roti Biskuit Daging Telur Tempe Sayuran Buah Minyak Margarin Selai Gula pasir - 120 - - - - - 700 - - 30 50 - 6 potong

- - - - - 7ptg.pepay a - - 3 sdm 5 sdm 150 80 - 100 50 50 150 400 - 10 20 30

2 gls.nasi

4 potong

-

2 ptg. sdg

1 butir

2 ptg. sdg

1½ sdg

4ptg.pepay a

- 1 sdm

2 sdm

3 sdm

200 80 40 100 50 100 150 400 10 20 20 30

3 gls.nasi

4 potong

4 buah

2 ptg.sdg

1 butir

4 ptg.sdg

1½ gls

4ptg.pepay a

1 sdm

2 sdm 2 sdm

3 sdm

Keterangan : - URT = ukuran rumah tangga - ptg = potong

- sdm = sendok makan - sdg = sedang

- gls = gelas

Makanan bagi ibu hamil yang mengalami Hyperemesis Gravidarum sebaiknya dalam porsi ringan. Berikut ini panduan dalam pengaturan pola makan untuk hyperemesis gravidarum (Majalah Lisa, 2007) :

1. Hindari mengkonsumsi makanan berbumbu menyengat, berminyak dan makanan berat dalam porsi besar. Caranya : Bagi porsi makan menjadi 5 atau 6 bagian porsi kecil dalam sehari yang bisa dimakan setiap 2 jam sekali. Di


(48)

2. Pastikan tubuh mendapatkan cukup asupan cairan.

Caranya : Bawalah botol berisi air putih kemanapun anda pergi, dan minum beberapa teguk setiap hari secara teratur. Cara tersebut untuk mencegah meningkatnya asam lambung yang bisa mempengaruhi rasa mual yang anda alami. Tapi jangan minum bersamaan saat makan, itu akan membuat perut terasa penuh dan mual semakin parah.

3. Makanlah makanan berkarbohidrat tinggi, batasi makanan dan minuman manis.

Pilihannya : roti panggang, madu, pisang, kentang panggang, tofu atau sereal. 4. Minuman yang tepat di pagi hari.

Yang bisa dijadikan alternatif : jus buah, tapi hindari yang terlalu asam.

5. Bisa mengkonsumsi teh jahe, permen jahe atau permen rasa mint untuk menghilangkan rasa mual.


(49)

2.6. Kerangka Konsep

Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Karakteristik ibu hamil yang mengalami Hyperemesis gravidarum dapat mempengaruhi pola makan, frekuensi makan dan asupan energi-protein, sehingga dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil

Pola Makan - Frekuensi Makan - Jenis makanan - Jumlah energi dan

Ibu Hamil dengan

Hyperemesis Gravidarum :

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan

- Pendapatan keluarga

Kejadian Anemia Ibu Hamil


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan desain cross

sectional untuk mengetahui pola makan pada ibu hamil yang mengalami

Hyperemesis Gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua

Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD). Lokasi ini dipilih dengan alasan masih banyak ibu hamil menderita anemia dimana hal ini diketahui penyebabnya adalah

hyperemesis gravidarum.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Pebruari sampai dengan Juni 2008.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami


(51)

Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) berdasarkan data bulan Maret – Mei 2008 yang berjumlah 149 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara Random Sampling, populasi yang berjumlah 149 orang, diambil secara acak agar setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Untuk menentukan besar sampel dipergunakan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) :

Rumus :

N n =

1 + N (0,1)²

149 n =

1 + 149 (0,01)

149 n =

1 + 1,49

149 n =

2,49 n = 59 orang 3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Formulir Data Umum Responden 2. Formulir Food Frequency Makanan


(52)

3. Formulir Food Recall 2x 24 jam 4. Alat pengukur Hb (sahli)

3.5. Metode dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diambil dengan wawancara langsung kepada ibu hamil dengan menggunakan kuesioner Food Frequency dan Food Recall 24 jam serta pengukuran Hb.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan melihat data umum tentang ibu hamil yang ada di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD).

3.5.2. Cara Pengumpulan Data

1. Data mengenai karakteristik ibu hami yaitu data mengenai umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan riwayat kehamilan diperoleh melalui wawancara langsung.

2. Data jenis dan frekuensi makan diperoleh dengan menggunakan formulir food

frequency sehingga diperoleh setiap jenis makanan yang dimakan

3. Data jumlah energi, protein dan Fe diperoleh dengan food recall 24 jam dengan menghitung semua jenis bahan makanan yang dimakan ibu hamil dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM).

4. Data umum mengenai ibu hamil yang mengalami hyperemesisi gravidarum di peroleh dari Puskesmas Cunda Muara Dua.


(53)

3.6. Definisi Operasional

1. Umur adalah lamanya seseorang hidup (dalam satuan tahun) mulai sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian.

2. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah dijalani ibu.

3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan ibu untuk mendapatkan imbalan berupa uang atau barang.

4. Pendapatan keluarga adalah tingkat penghasilan keluarga baik yang diperoleh dari suami maupun dari istri.

5. Pola makan adalah kebiasaan makan ibu hamil yang hyperemesis gravidarum dalam sehari-hari menyangkut jenis, jumlah dan frekuensi makan.

6. Jenis makanan adalah berbagai macam makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil yang dikelompokkan berdasarkan makanan pokok, protein hewani, protein nabati, sayuran, buah-buahan dan minuman.

7. Frekuensi makan adalah tingkat keseringan makan yang dilakukan oleh ibu hamil.

8. Anemia ibu hamil adalah ibu hamil yang pada saat dilakukan penelitian dimana keadaan Hb di dalam darahnya kurang dari 11 gr%.

9. Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang diderita ibu pada saat kehamilan trimester pertama.

10. Jumlah energi dan protein adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi ibu hamil untuk mendapatkan asupan jumlah energi dan protein yang dihitung berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).


(54)

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran yaitu untuk mengukur bagaimana pola makan dan status anemia ibu yang hyperemesis gravidarum.

1. Umur adalah lamanya hidup (dalam tahunan) mulai sejak lahir sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian. Dikategorikan atas :

- Kurang dari 20 tahun - Lebih dari 36 tahun - 21 – 35 tahun

2. Pendidikan Responden dikategorikan atas :

- Tidak tamat SD - Tamat SLTA

- Tamat SD - Tamat Akademi/PT

- Tamat SLTP

3. Pekerjaan, dikategorikan atas :

- Tidak bekerja/ibu rumah tangga - Wiraswasta

- PNS - Pegawai swasta

- Buruh/Tani

4. Pendapatan Keluarga disesuaikan dengan Upah Minimum Regional dari Pemkab NAD, (2006) dan dikategorikan atas :

- < Rp. 600.000 - Rp. 600.000 – Rp. 1.500.000

- > Rp. 1.500.000

5. Anemia ibu hamil, dikategorikan atas : - Tidak Anemia, jika Hb 11-13gr% - Anemia Ringan, jika 9-10gr%


(55)

- Anemia Sedang, jika Hb 7-8gr% - Anemia Berat, jika Hb < 7gr%

6. Jenis makanan, diperoleh dengan wawancara memakai formulir food

frequency, kemudian dikelompokkan menjadi golongan pokok, lauk-pauk,

sayuran, buah-buahan, susu dan minuman lainnya.

7. Frekuensi makan diperoleh dengan menggunakan food frequency questionnaire dan dianalisis menjadi kelompok pangan sumber kalori dan protein. Menurut Kusharto dan Nino (2004), frekuensi makan dikategorikan menjadi tiap hari (≥ 1x1 kali/hari), (1x1 hari), (1-2 kali/minggu) dan tidak pernah.

8. Kategori pola makan dengan tingkat asupan energi dan protein bagi ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum, yaitu (Junaidi, 2001) :

Tingkat Hyperemesis Gravidarum

Asupan Kategori

Energi (kal) Protein (gr)

I ≥ 2269 ≥ 73 Cukup

< 2269 < 73 Tidak Cukup

II ≥ 1672 ≥ 57 Cukup

< 1672 < 57 Tidak Cukup

III ≥ 1059 ≥ 15 Cukup


(56)

3.8. Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data).

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.

3. Tabulating

Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan. 3.8.2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi yang selanjutnya akan dideskripsikan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi dengan formulir check list.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Muara Dua meliputi seluruh wilayah kerja kecamatan Muara Dua. Kecamatan Muara Dua termasuk dalam wilayah Kota Administratif Lhokseumawe, pada tahun 2006 wilayah Kecamatan Muara Dua mengalami pemekaran yaitu Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Muara Satu, tetapi wilayah kerja Puskesmas Muara Dua tetap yaitu membawahi 28 desa yaitu terdiri dari 27 Desa dan 1 Kelurahan yaitu Kelurahan Batuphat Barat. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Muara Dua adalah sebagai berikut : - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Blang Mangat

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Muara Satu - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Banda Sakti - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur

Dalam Kecamatan Muara Dua terdapat satu Desa terpencil yaitu Desa Paya Billi dan sembilan Desa tertinggal yaitu : Desa Blang Naleng Mameh, Ujong Pacu, Cot Trieng, Paloh Punti, Dayah Paloh, Lhok Mon Puteh, Mns Balang, Paloh Pineng dan Paloh Bate.

Penduduk di Kecamatan Muara Dua mayoritas (100%) beragama Islam. Luas Kecamatan Muara Dua adalah 113.70 Km² dengan jumlah penduduk di Kecamatan Muara Dua menurut data statistik tahun 2007 berjumlah 65.820 jiwa


(58)

dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 13.160 KK dan rata-rata jiwa/rumah tangga yaitu 5 KK.

4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Umur Responden

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawa Aceh (NAD) tahun 2008

No. Umur Ibu (tahun) Jumlah Persen (%)

1. < 20 0 0

2. 21 – 35 50 84,7

3.. > 36 9 15,3

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa kelompok umur 21 – 35 tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu 50 orang (84,7%), kemudian kelompok umur lebih dari 36 tahun sebanyak (15,3%) merupakan jumlah terkecil.

4.2.2. Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden di Puskesmas Cunda Muara Dua bervariasi mulai dari tamat SD sampai dengan tamat SLTA. Data tentang tingkat pendidikan responden tersebut disajikan pada tabel 4.2.berikut.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) tahun 2008

No. Tingkat Pendidikan Ibu Jumlah Persen (%)

1. Tamat SD 8 13,6

2. Tamat SLTP 35 59,3

3. Tamat SLTA 16 27,1


(59)

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tamat SLTP sebanyak (59,3%), kemudian tamat SLTA sebanyak (27,1%) dan jumlah terkecil adalah tamat SD sebanyak (13,6%). 4.2.3. Pekerjaan Responden

Jenis pekerjaan responden yaitu sebagai ibu rumah tangga dan PNS. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawa Aceh (NAD) tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Ibu Jumlah Persen (%)

1. Ibu Rumah Tangga 55 93,2

2. PNS 4 6,8

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pekerjaan responden mayoritas adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu (93,2%) dan (6,8%) sebagai PNS.

4.2.4. Pendapatan Responden

Pendapatan responden terdiri dari < RP. 600.000, Rp. 600.000-Rp. 1.500.000 dan > Rp. 1.500.00, dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Pendapatan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008

No. Pendapatan Jumlah Persen (%)

1. < Rp. 600.000 32 54,2

2. Rp. 600.000 – Rp. 1.500.000 27 45,8

3. > Rp. 1.500.000 0 0

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa pendapatan responden mayoritas mempunyai penghasilan < RP.600.000 yaitu sebanyak (54,2%), sedangkan


(60)

4.2.5. Suku

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Suku di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008

No. Suku Jumlah Persen (%)

1. Aceh 55 93,2

2. Batak 1 1,7

3. Jawa 3 5,1

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel 4.5. dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah suku Aceh yaitu sebesar (93,2%) dan (1,7%) mempunyai suku Batak merupakan jumlah terkecil.

4.2.6. Riwayat Kehamilan

Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Anak Yang Dikandung di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008

No. Anak yang Dikandung Jumlah Persen (%)

1. Anak I 14 23,7

2. Anak II 26 45,1

3. Anak III 18 30,5

4. Anak IV 1 1,7

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sedang mengandung anak ke dua yaitu sebanyak (45,1%), sedangkan untuk jumlah terkecil ada (1,7%) mengandung anak ke IV.


(61)

4.3. Pola Frekuensi Makan Ibu Hamil

4.3.1. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat I

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pada Hyperemesis Tingkat I

No . Jenis Bahan Makanan Frekuensi Makan Jumlah

≥1x1/hari 3-5x/mgg 1-2x/mgg Tidak Pernah

N % N % N % N % N %

A Makanan Pokok

1. Nasi 36 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 36 100,0

2. Mie 0 0,0 7 19,4 18 50,0 11 30,6 36 100,0

3. Singkong 0 0,0 4 11,1 0 0,0 32 88,9 36 100,0

4. Roti tawar 0 0,0 8 22,2 19 52,8 9 25,0 36 100,0

5. Crakers 4 11,1 13 36,1 16 44,5 3 8,3 36 100,0

B Lauk Pauk

1. D.Ayam 0 0,0 9 25 17 47,2 10 27,8 36 100,0

2. Telur 0 0,0 8 22,3 21 58,3 7 19,4 36 100,0

3. Ikan basah 0 0,0 29 80,6 7 19,4 0 0,0 36 100,0 4. Ikan Asin 0 0,0 6 16,7 25 69,4 5 13,9 36 100,0

5. Udang 0 0,0 4 11,1 32 88,9 0 0,0 36 100,0

6. Tahu 0 0,0 9 25,0 27 75,0 0 0,0 36 100,0

7. Tempe 0 0,0 8 22,2 28 77,8 0 0,0 36 100,0

C Sayuran

1. Daun ubi 0 0,0 0 0,0 31 86,1 5 13,9 36 100,0

2. Bayam 0 0,0 7 19,4 21 58,3 8 22,2 36 100,0

3. Kangkung 0 0,0 4 11,1 19 52,8 13 36,1 36 100,0

4. Sawi 0 0,0 13 36,1 9 25,0 14 38,9 36 100,0

5. Labu siam 0 0,0 6 16,7 18 50,0 12 33,3 36 100,0

5. Buncis 0 0,0 0 0,0 13 36,1 23 63,9 36 100,0

6. Wortel 0 0,0 0 0,0 4 11,1 32 88,9 36 100,0

7.Kacangpanjang 0 0,0 5 13,9 15 41,7 16 44,4 36 100,0 D Buah

1. Pepaya 0 0,0 14 38,9 12 33,3 10 27,8 36 100,0

2. Jeruk 0 0,0 13 36,1 23 63,9 0 0,0 36 100,0

3. Pisang 0 0,0 9 25,0 27 75,0 0 0,0 36 100,0

4. Apel 0 0,0 0 0,0 9 25,0 27 75,0 36 100,0

5. Mangga 0 0,0 0 0,0 8 22,2 28 77,8 36 100,0

E. Lain

lain/Minuman

1. Susu 0 0,0 0 0,0 17 47,2 19 52,8 36 100,0

2. Teh manis 4 11,1 19 52,8 13 36,1 0 0,0 36 100,0


(62)

Tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat

hyperemesis I umumnya responden mengkonsumsi nasi (100%) sebagai bahan

makanan pokok dengan frekuensi makan ≥ 1x1/hari, untuk mie dikonsumsi (50%) dan roti tawar juga creakers dengan frekuensi makan 1-2x/minggu.

Sedangkan jenis lauk pauk yang dikonsumsi responden dengan frekuensi 1-2x/minggu yaitu daging ayam (47,2%), telur (58,3%), ikan asin (69,4%), udang (88,9%), tahu (75%) dan tempe (77,8%); sedangkan ikan basah yang mengkonsumsi ada (80,6%) dengan frekuensi makan 3-5x/minggu.

Jenis bahan makanan sayuran yang dikonsumsi dengan frekuensi 1-2x/minggu yaitu : daun ubi (86,1%), bayam (58,3%), kangkung (52,8%), labu siam (50%), dan kacang panjang (41,7%), untuk jenis sayuran sawi dikonsumsi oleh (36,1%) dengan frekuensi makan 3-5x/minggu.

Jenis buah-buahan yang dikonsumsi oleh responden adalah jeruk (63,9%) dan pisang (75%) dengan frekuensi makan 1-2x/minggu. Sedangkan jenis minuman responden lebih banyak mengkonsumsi teh manis (52,8%) dengan frekuensi makan 3-5x/minggu dan susu di konsumsi oleh (47,2%) dengan frekuensi makan 1-2x/minggu.


(1)

KUESIONER PENELITIAN

POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS

GRAVIDARUM DAN ANEMIA DI WILAYAH CUNDA MUARA DUA

LHOKSEUMAWE ACEH (NAD)

TAHUN 2008

No. Responden : ...

I. Identitas Responden

1. Nama Ibu Hamil

:

2. Umur

:

3. Pendidikan

:

a. Tidak Tamat SD

d. Tamat SLTA

b. Tamat SD

e. Tamat PT/Akademi

c. Tamat SLTP

4. Pekerjaan

:

a. Tidak bekerja/ibu rumah tangga d. Wiraswasta

b. PNS

e. Pegawai swasta

c. Buruh/Tani

5. Pendapatan Keluarga :

a. < Rp.600.000

b. Rp.600.000 – Rp.1.500.000

c. > Rp.1.500.000

6. Ukuran Tekanan Hb

:

a. Hb 11-13 gr%

b. Hb 7-8 gr%

c. Hb < 7gr%

7. Jenis Anemia

:

a. Tidak Anemia

c. Anemia Berat


(2)

II. Formulir Food Frequency

No.

Jenis Bahan Pangan

Frekuensi Konsumsi (Hari/Minggu)

≥1x1/hr

3-5x/

mgg

1-2x/

mgg

Tidak

Pernah

Golongan Karbohidrat

1.

Nasi

2.

Kentang panggang

3.

Jagung

4.

Sagu

5.

Mie

6.

Roti tawar

7.

Crakers

8.

Singkong/ubi

Golongan Protein Hewani

1.

Daging Sapi

2.

Daging Ayam

3.

Telur

4.

Ikan laut

5.

Ikan Teri

6.

Udang

7.

Hati

Golongan Protein Nabati

1.

Tempe

2.

Tahu

3.

Kacang Hijau

4.

Kacang Tanah

5.

Kacang Merah

Golongan Sayuran

1.

Bayam

2.

Kangkung

3.

Daun Ubi

4.

Sawi

5.

Taoge

6.

Kacang Panjang

7.

Terong

8.

Jipang

9.

Wortel

10.

Buncis

Golongan Minuman

1.

Teh

2.

Tepung Susu

3.

Yogurt

4.

Susu Sapi

5.

Jus buah/air jeruk

Golongan Buah-buahan

1.

Pisang

2.

Pepaya

3.

Anggur

4.

Jeruk

5.

Apel

6.

Mangga


(3)

Formulir Food Recall

Waktu

Nama Hidangan

Makanan

Jenis

Bahan

Pangan

Banyaknya

yang dimakan

Jumlah

Fe

Kal

Prot

URT

Gr

Kkal

gr

Pagi

Selingan

Siang

Sore

Malam


(4)

Frequency Table

Kategori umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21-35 50 83.3 84.7 84.7

> 36 tahun 9 15.0 15.3 100.0

Total 59 98.3 100.0

Missing System 1 1.7

Total 60 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tamat SD 8 13.3 13.6 13.6

Tamat

SLTP 35 58.3 59.3 72.9

Tamat

SLTA 16 26.7 27.1 100.0

Total 59 98.3 100.0

Missing System 1 1.7

Total 60 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ibu rumah

tangga 55 91.7 93.2 93.2

PNS 4 6.7 6.8 100.0

Total 59 98.3 100.0

Missing System 1 1.7

Total 60 100.0

Pendapatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < Rp 600.000 32 53.3 54.2 54.2

Rp 600.000-

Rp1.500.000 27 45.0 45.8 100.0

Total 59 98.3 100.0

Missing System 1 1.7


(5)

Kehamilan ke

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ke 1 14 23.3 23.7 23.7

ke 2 26 43.3 44.1 67.8

ke 3 18 30.0 30.5 98.3

ke 4 1 1.7 1.7 100.0

Total 59 98.3 100.0

Missing System 1 1.7

Total 60 100.0

Kecukupan energi/kalori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 24 40.0 40.7 40.7

Tidak

cukup 35 58.3 59.3 100.0

Total 59 98.3 100.0

Missing System 1 1.7

Total 60 100.0

Kecukupan protein

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 31 51.7 52.5 52.5

Tidak

cukup 28 46.7 47.5 100.0

Total 59 98.3 100.0

Missing System 1 1.7

Total 60 100.0

Anemia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak anemia 24 40.0 40.7 40.7

Anemia

ringan 15 25.0 25.4 66.1

Anemia

sedang 12 20.0 20.3 86.4

Anemia berat 8 13.3 13.6 100.0

Total 59 98.3 100.0

Missing System 1 1.7


(6)

Crosstabs

Tingkat Hyperemesis * Kecukupan energi/kalori Crosstabulation

Count

Kecukupan energi/kalori

Total Cukup Tidak cukup

Tingkat Hypereme sis

I 17 19 36

II 7 7 14

III 0 9 9

Total 24 35 59

Tingkat Hyperemesis * Kecukupan protein Crosstabulation

Count

Kecukupan protein

Total Cukup Tidak cukup

Tingkat Hypereme sis

I 17 19 36

II 9 5 14

III 5 4 9

Total 31 28 59

Tingkat Hyperemesis * Anemia Crosstabulation

Count

Anemia

Total Tidak anemia

Anemia ringan

Anemia

sedang Anemia berat Tingkat

Hypereme sis

I 18 10 5 3 36

II 6 4 4 0 14

III 0 1 3 5 9


Dokumen yang terkait

ANALISIS KECACINGAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK Gambaran Sosial Ekonomi Dan Kecacingan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak.

0 4 14

GAMBARAN POLA KEBIASAAN CARA MINUM TABLET Fe PADA IBU HAMIL ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Gambaran Pola Kebiasaan Cara Minum Tablet Fe Pada Ibu Hamil Anemia Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kartasura.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERJO Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 1 5

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 1 4

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERJO Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 2 15

POLA MAKAN DAN UMUR KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

0 0 7

HUBUNGAN KETERATURAN KONSUMSI TABLET BESI DAN POLA MAKAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS MUARA TEMBESI

0 0 6

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2015 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 9

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

0 0 10