Penyebab Hyperemesis Gravidarum Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum

demikian dapat menimbulkan kekawatiran wanita hamil, dan mengagetkan keluarga Manuaba, 1998.

2.5.2. Penyebab Hyperemesis Gravidarum

Kejadian hyperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.Tetapi beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut Manuaba, 1998 : 1. Faktor adaptasi dan hormonal Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hyperemesis gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida dan overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradabtasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hyperemis gravidarum. 2. Faktor Psikologis Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hyperemesis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hyperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang. Universitas Sumatera Utara 3. Faktor Alergi Pada kehamilan dimana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap menyebabkan kejadian hyperemesis gravidarum.

2.5.3. Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum

Pada penderita dengan muntah terus-menerus cadangan karbohidrat dan cadangan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak tidak sempurna timbul ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetic, asam hidrosibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraselluler dan plasma berkurang. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke dalam jaringan menurun. Kekurangan kalium akan terjadi karena muntah dan karena peningkatan eksresi kalium karena ginjal. Hipokalemi ini menyebabkan lebih banyak muntah. Muntah yang bertambah banyak bersama dengan kerusakan hati akan menyebabkan sirkulus vitiosus yang sukar dipatahkan. Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hyperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi apabila keadaan umum penderita terpengaruh sebaiknya itu dianggap sebagai hyperemesis gravidarum. Menurut gejala-gejalanya, hyperemesis gravidarum dapat dibagi dala m tiga tingkat yaitu Manuaba, 1998 : Universitas Sumatera Utara 1. Tingkat I Muntah yang terus-menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ia merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badannya turun dan ia merasa nyeri epigastrium. Nadinya meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik turun, tugor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung. 2. Tingkat II Penderita tampak lebih lemah lagi apatis, tugor kulit lebih mengurang, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, kadang-kadang suhunya naik sedikit dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun, mata menjadi cekung, tensi turun, urin berkurang, terjadi gangguan buang air besar. 3. Tingkat III Keadaan umum wanita hamil lebih payah. Muntah-muntah berkurang, gangguan kesadaran dalam bentuk samnolen sampai koma, nadi meningkat, suhu lebih meningkat, tekanan darah turun, keadaan dehidrasi makin jelas. Selama kehamilan sering terjadi gangguan yang dapat disebabkan oleh kehamilan itu sendiri, misalnya Soetjiningsih, 1997 : 1. Rasa mual dan muntah-muntah emesis-hyperemesis - Beberapa minggu awal kehamilan nafsu makan turun, timbul rasa mual dan muntah, biasa disebut morning sickness, meskipun tidak selalu terjadi di pagi hari. - Dalam hal ini variasi makanan sangat diperlukan guna mempertahankan selera makan, dianjurkan pemberian makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan sering. Universitas Sumatera Utara - Cairan diberikan dalam bentuk terpisah untuk menghindari muntah, dianjurkan banyak minum, kaldu, sari buah, cairan elektrolit atau sida tanpa kafein untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Ibu dianjurkan cukup istirahat dan disediakan makanan yang dapat dimakan sewaktu-waktu. Bila keadaan menjadi lebih berat disebut hyperemesis, maka ibu segera dirujuk ke rumah sakit. Diit yang diberikan untuk keadaan ini adalah diit hyperemesis IIIIII, tergantung keadaan klinis ibu. Umumnya gangguan mual dan muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Akibatnya nafsu makan si ibu akan hilang dan tubuh menjadi lemas karena kehilangan banyak cairan. 2. Rasa kepenuhan Untuk menghindari terjadinya keadaan hal ini : a. Menghindari pemberian kafein, makanan terlalu banyak bumbu, makanan berlemak, makananminuman yang menimbulkan gas b. Setiap selesai makan jangan tidur dengan posisi rata, usahakan kepala lebih tinggi 3. Konstipasi Keadan ini sering terjadi pada keadaan hamil tua, yang merupakan akibat dari a. Kegiatan ibu semakin berkurang akibat umur kehamilan b. Tekanan berat janin terhadap saluran pencernaan makanan c. Makanan ibu kurang mengandung serat Universitas Sumatera Utara Hal ini dapat diatasi dengan : a. Banyak minum dan makan makanan tinggi serat sayuran, buah terutama lalapan b. Sedikit latihansenam hamil c. Minum sari buah lebih banyak, kalau 3-4 hari jika konstipasi masih berlangsung 4. Kegemukan Setelah melewati masa mualemesis, nafsu makan dapat kembali normal atau bahkan lebih besar ada pula ibu-ibu yang tidak mengalami gangguan nafsu makan. Pembatasan kalori pada kehamilan sangatr tidak dianjurkan karena dapat merugikan janin, namun pengaturan berat badan sampai tahap tertentu diharapkan. 5. Anemia Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dan asam folat dalam makanan ibu. Gejalanya adalah kadar Hb darah kurang dari 11 g, pucat, pusing, lemas, penglihatan berkunang-kunang dan berat badan ibu naiknya sedikit. Ibu yang anemia dua kali lebih sering mendapat bayi berat badan lahir rendah dari pada ibu yang tanpa anemia. 6. Keracunan kehamilan Keadaan ini disebut juga toksemia, merupakan penyakit hipertensif akut yang terjadi pada sekitar minggu ke 20 trimester III, ditandai dengan : a. Tekanan darah b. Kenaikan berat badan yang pesat Universitas Sumatera Utara c. Adanya edem

2.5.4. Penanganan Hyperemesis Gravidarum

Dokumen yang terkait

ANALISIS KECACINGAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK Gambaran Sosial Ekonomi Dan Kecacingan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak.

0 4 14

GAMBARAN POLA KEBIASAAN CARA MINUM TABLET Fe PADA IBU HAMIL ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Gambaran Pola Kebiasaan Cara Minum Tablet Fe Pada Ibu Hamil Anemia Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kartasura.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERJO Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 1 5

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 1 4

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERJO Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 2 15

POLA MAKAN DAN UMUR KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

0 0 7

HUBUNGAN KETERATURAN KONSUMSI TABLET BESI DAN POLA MAKAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS MUARA TEMBESI

0 0 6

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2015 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 9

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

0 0 10