Jawa bagian Barat. Alasan responden memberikan nasi sebagai pilihan utama dikarenakan masih banyaknya responden yang beranggapan bahwa fungsi
makanan pokok hanya untuk memberi rasa kenyang. Disamping itu nasi merupakan makanan pokok yang dikonsumsi oleh keluarga secara turun-temurun.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pola makan ke 14 ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum tingkat II tersebut, juga belum sesuai
dengan syarat diit yang ditentukan untuk Diit Hyperemesis II. Syarat diit yang utama pada hyperemesis tingkat ini adalah bahwa makanan harus dapat
memenuhi kebutuhan gizi. Akan tetapi untuk kebutuhan cairan pada hyperemesis tingkat ini sudah sesuai, dimana selain tidak diminum pada saat makan, juga
dukungan oleh keadaan mual dan muntah yang sudah berkurang Almatsier, 2005.
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan untuk wanita tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah :
1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan 2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri
3. Agar supaya luka-luka bekas persalinan lekas sembuh dalam nifas 4. Untuk cadangan pada masa laktasi Suhardjo, 1996.
5.2.3. Pola Makan Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum Tingkat III
Pola makan ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum tingkat III yang ditunjukkan pada lampiran 3, dapat diketahui bahwa pola makan tersebut
berbeda dengan hyperemesis tingkat I dan II.
Universitas Sumatera Utara
Jenis bahan makanan pokok responden yang mengkonsumsi nasi 44,4 dengan frekuensi
≥ 1x1hari sedangkan 55,6 tidak p ernah mengkonsums i
nasi, sedangkan responden yang lebih banyak makan roti 77,8 atau biskuit 88,9.
Bahan makanan jenis lauk pauk yang dikonsumsi responden yaitu daging ayam 88,9, telur 77,8, ikan basah 66,7, ikan asin 66,7, tahu dan
tempe dengan frekkuensi 1-2xminggu karena lebih banyak mengandung protein. Sedangkan untuk jenis bahan sayuran seluruh responden memilih bayam,
kangkung, sawi, labu siam, wortel dan kacang panjang dengan frekuensi makan 1-2x.minggu.
Jenis bahan makanan buah-buahan seluruhnya memilih pepaya, jeruk dan pisang dengan frekunsi 1-2xminggu, karena rasanya yang tidak membuat perut
mual dan banyak mengandung cairan. Untuk jenis minuman seluruh responden mengkonsumsi teh manis. Tambahan makanan lebih baik dikonsumsi dalam
bentuk cairan seperti formula dengan kandungan zat gizinya telah disesuaikan dengan kebutuhan ibu hamil Huliana, 2001
Sehubungan dengan ini, karena ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum tingkat III, harus lebih memperhatikan pola makan sehingga tidak
mengakibatkan anemia dan yang perlu diperhatikan adalah konsumsi sayur dan buah, untuk mengimbangi kurangnya nafsu makan akibat kondisi ibu yang sering
mual dan muntah. Namun kenyataannya pada ke 9 ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum untuk konsumsi jenis sayur dan buah masih pada
kategori 1-2xminggu, sedangkan yang diharapkan 3-5xminggu.
Universitas Sumatera Utara
Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi
kekurangan gizi yang dapat berakibat bagi janin yang dikandungnya Notoatmodjo, 1997.
5.3. Asupan Zat Gizi Energi dan Protein