BAB IV AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU
A. Aktivitas Dakwah
Aktivitas dakwah dalam pandangan ustadz Yuke Sumeru merupakan semua aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan dalam rangka menjelaskan
tentang ilmu tauhid atau menjelaskan tentang Allah dengan segala ajaran-Nya. Atau juga dapat di artikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk kegiatan yang
dilakukan dengan sadar dan sengaja yang mengarah pada merubah seseorang atau kelompok bagi yang belum paham menjadi paham dan yang sudah paham akan
menjadi lebih paham lagi.
1
Menurut ustadz Yuke, berdakwah bukan hal yang mudah, karena da’i mengajak manusia kepada jalan kebenaran dan mereka harus meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan yang sudah lekat dengan masyarakat yang di dakwahinya. Seorang da’i tidak boleh kesal dan merasa letih atau putus asa, karena tugas
seorang da’i hanya menyampaikan dan Allah SWT yang akan memberi petunjuk dan Hidayah bagi mad’u. Karena sesungguhnya hidayah itu tidak akan mampu
bagi orang yang Allah tidak izinkan kehendaki, sebagaimana dalam surat Al- Insaan; 76 ayat 29-30:
☺ ⌧
⌧ ⌧
⌧ ☺
☺
” Sesungguhnya ayat-ayat ini adalah suatu peringatan, maka barang siapa menghendaki kebaikan bagi dirinya niscaya Dia mengambil
1
Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
41
jalan kepada Tuhannya. 30. Dan kamu tidak mampu menempuh jalan itu, kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Seorang da’i harus mempunyai kesabaran tinggi dan lapang dada tidak
lantas meninggalkan mad’u ketika terbentur dengan pesoalan-persoalan. Ini merupakan tugas seorang da’i untuk menerangkan dan menjelaskan tentang apa-
apa yang menyangkut dengan aqidah, syari’at dan akhlak. Menurut ustadz Yuke Sumeru juga dalam berdakwah seorang da’i tidak
menyandarkan dakwahnya hanya berdasarkan teori dan metode saja, dakwah diperlukan juga wawasan yang luas. Selain dari pemahaman tentang Al-Qur’an
yang mutlak harus dikuasai, ilmu-ilmu bantu lain seperti psikologi, adat istiadat suatu daerah, teknologi harus dikuasai, supaya pendakwah tidak melakukan
kesalahan dengan menuding apa yang diperbuat masyarakat tersebut adalah salah. Seorang da’i harus dapat membantu mad’u merubah pola pikir mereka dan
memperkaya pikiran-pikiran mad’u dengan isi Al-Qur’an dan al-Hadits. Yang paling menarik seorang juru dakwah akan berhadapan dengan beragam daya serap
dan pemahaman dari tiap-tiap kepala yang berbeda. Bagaimanapun seorang da’i harus bersikap bijaksana dan lapang dada, jeli dalam memandang masalah dan
berpandangan luas, sehingga mad’u tidak menolak apa-apa yang disampaikan oleh da’i.
Untuk hal ini ustadz Yuke Sumeru mencontohkan metode dakwah yang di lakukan oleh Wali Songo yang sangat berhasil pada masa itu. Dakwah yang di
lakukan oleh Wali Songo adalah tidak melukai masyarakat yang masih kental dengan tradisi Hindu. Namum berhasil dalam menanamkan nilai-nilai islam serta
dapat merubah pola pikir masyarakat tentang aqidah. Ustadz Yuke Sumeru sangat terkesan dengan sikap dan cara-cara dakwah yang di lakukan Wali Songo.
Aktivitas dakwah yang dilakukan ustadz Yuke Sumeru yaitu dakwah bil lisan dengan berceramah di berbagai pengajian majlis ta’lim
2
seperti di majlis ta’lim al-Falaah dan pengajian-pengajian keluarga. Di samping ceramah ustadz
Yuke juga mempunyai 50 anak yatim dan melakukan dakwah bil hal dengan memberikan santunan setiap kali berceramah di tempat pemulung, supaya mereka
bersemangat untuk mengikuti pengajian, dengan istilah subsidi silang
3
. Dalam aktivitas dakwahnya, ustadz Yuke Sumeru berusaha untuk
menjauhi kepopuleran di media massa. Berbeda dengan ustadz-ustadz lainnya yang berusaha untuk dakwah di media massa, dan besar namanya karena media
massa tersebut. Ustadz Yuke menganggap bahwa ketenaran mendekati neraka. Bahkan ustadz Yuke pernah menolak tawaran dari salah satu stasiun televisi untuk
mengisi acara dakwah. Selain beranggapan tentang ketenaran mendekatkan ke neraka dan pernah merasakan ketenaran, alasan ustadz Yuke menolak tawaran
tersebut karena di Televisi dalam berdakwah semuanya serba diatur. Mulai dari materi dakwahnya, pakaian dan lain-lain, sehingga itu tidak sesuai dengan prinsip
dakwah ustadz Yuke Sumeru. Demi kelancaran aktivitas dakwahnya, selain belajar tentang ilmu dakwah,
ustadz Yuke juga belajar tentang psikologi dakwah untuk memahami karakter mad’unya. Adapun dalam aktivitas dakwanya, ustadz Yuke Sumeru mengamalkan
metode dakwah al-Qur’an, dengan strategi dalam pengaplikasiannya dan menyampaikan materi dakwah yang mengutamakan dasar agama dengan cara
yang berbeda dari ustadz lainnya. Metode ini dipakai ustadz Yuke baik di pengajian majlis ta’lim al-Falaah maupun di majlis-majlis ta’lim lainnya.
2
Bisa dilihat di halaman 35, beberapa majlis ta’lim yang ustadz Yuke mengisi ceramah.
3
Subsidi silang yaitu uang yang dihasilkan dari berceramah di kalangan orang kaya, kemudian di sumbangkan lagi kepada jamaah pengajian di tempat-tempat pemulung.
B. Metode Dakwah Ustadz Yuke Sumeru