Dakwah bil Lisan Dakwah bil Qalam Dakwah bil Hal

kesadaran dan kedudukan sebagai hamba Allah serta tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dapat di bangkitkan. Selain itu dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas. Abdul Rosyad Shaleh berpendapat “…tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT…”. 42

D. Bentuk-bentuk Dakwah

Dalam kegiatan dakwah ada tiga bentuk dakwah yang relevan disampaikan di tengah masyarakat antara lain: dakwah bi al-lisan, dakwah bi al-qalam dan dakwah bi al-hal.

1. Dakwah bil Lisan

Metode dakwah ini merupakan cara penyampaian pesan dakwah melalui lisan, seperti ceramah atau komunikasi langsung antara da’i dan mad’u. Dakwah seperti ini akan menjadi efektif apabila dipakai dalam acara-acara pengajian, dalam khutbah Jumat atau khutbah hari Raya. Dan kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, dengan metode dialog berserta hadirin atau ceramah satu arah. Atau menurut Ki Moesa A. Machfoeld, disebutkan dakwah ini bentuknya dapat berupa ceramah keagamaan, pengajian dengan berbagai bentuknya. Dalam 42 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang , 1993, cet. Ke-3, h. 190. ceramahnya tersebut, dapat juga diselingi dengan humor, baik melalui kata-kata atau gerakan badan dan mimik wajah. 43

2. Dakwah bil Qalam

Dakwah yang dilakukan dengan perantaraan tulisan, seperti menulis buku, tulisan di majalah, surat kabar, buletin, dan lain-lain. Da`i di sini memerlukan keterampilan jurnalistik menulis dalam media massa, atau keterampilan menulis buku. Metode ini merupakan suatu metode yang efektif, efisien, dan mengena. Metode yang tetap meninggalkan gading ketika penulis telah tiada, dan dapat dinikmati semua orang di berbagai penjuru dunia. Bentuk dakwah ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW melalui penyampaian surat ke berbagai pihak. Dalam sejarah dakwah, Nabi telah menyampaikan surat sebanyak 105 surat untuk berdakwah yang dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu surat yang berisi seruan untuk masuk islam kepada nonmuslim, berisi ajaran islam seperti tentang zakat dan sadaqah, dan surat yang berisi hal yang wajib dilakukan nonmuslim terhadap pemerintah Islam. 44 Mengenai metode dakwah bil qalam Rasulullah SAW pernah bersabda: ”sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”. 45

3. Dakwah bil Hal

Dakwah bil hal merupakan sebuah bentuk metode dakwah melalui perbuatan nyata dan perilaku konkrit yang dilakukan da’i. Dalam menyampaikan dakwahnya, Rasul SAW tidak hanya bertabligh, mengajar, atau mendidik dan 43 Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004, h. 108. 44 Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, h. 109. 45 Hussein Assegaf, Pembangunan dan Dakwah Bil Hall, Jakarta: Mimbar Ulama, 1991, h. 58. membimbing, tetapi juga sebagai uswatun hasanah mencontohkan. Beliau memberikan contoh dalam pelaksanaanya, sangat memperhatikan dan memberikan arahan terhadap kehidupan sosial, ekonomi seperti pertanian, peternakan, perdagangan dan sebagainya. 46 Sedangkan menurut Hasan Assegaf dakwah bil hal merupakan seluruh kegiatan dakwah dalam bentuk perbuatan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan umat dalam rangka memecahkan persoalan yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu. 47 46 H.S. Prodjokusumo, Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang dalam Tuntunan Tablig 1, Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997. h.222. 47 Hussein Assegaf, Pembangunan dan Dakwah Bil Hall, Jakarta: Mimbar Ulama, 1991, h. 56.

BAB III PROFIL USTADZ YUKE SUMERU DAN PROFIL MAJLIS

TA’LIM AL-FALAAH

A. Profil Ustadz Yuke Sumeru

1. Latar Belakang Keluarga

Orang tua Yuke Sugiarto Suwargo atau yang akrab disapa Ustadz Yuke Sumeru ini asli keturunan Malang, Jawa Timur. Kemudian kedua orangtuanya hijrah ke Jakarta setelah mereka menikah. Ayahnya bernama Ir. Sumeru Suwargo adalah seorang pengusaha dan Direktur di PT. Sarinah, selain itu beliau juga merupakan dosen tidak tetap di ITTB Institut Teknologi Tekstil Bandung. Dan ibunya bernama Amie Kasdjono, seorang model. Ketika usia kandungan Yuke belum genap tujuh bulan, ibunya pergi menghadiri pesta pernikahan salah seorang kerabat di kota Bandung dan mengalami kecelakaan mobil. Sehingga ia membutuhkan perawatan di rumah sakit dan kandungannya harus diselamatkan. Maka saat itu lahirlah bayi kecil dengan berat 1,6 kg secara prematur dan harus dimasukan ke dalam incubator selama lima bulan. Bayi itu adalah Yuke Sumeru, yang lahir pada tanggal 18 Oktober 1958 di Bandung secara normal. 1 Ketika kakeknya melihat betapa kecilnya bayi Yuke, maka ia spontan memberi nama bayi itu ”Yuke”. Hal ini terinspirasi dari alat musik gitar kecil yang disebut Ukulele. Yuke Sumeru merupakan anak kedua dari enam bersaudara. 1 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010. 32