BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah tidak dapat dipisahkan dari Islam yang merupakan agama Rakhmatan lil Alamin yang menanamkan kasih sayang terhadap sesama mahluk
hidup, tidak saling menyakiti tapi saling menjaga dan memelihara. Islam adalah agama dinamis yang menganjurkan umat untuk terus bergerak, menjalankan
silaturahmi, dan saling tolong menolong. Kemudian menjadi tugas setiap umat islam untuk menyampaikan setiap kebaikan dan mencegah keburukan seperti
firman Allah yang tertuang dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 110;
☺ ⌧
☺
☺ ⌧
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Dalam al-Qur’an dan Sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera
dakwah Islam. Yaitu mereka yang mampu mengajarkan agama islam, baik
melalui tulisan, ceramah, maupun cara pengajaran lainnya, sehingga individu atau masyarakat dapat memahami dan melaksanakannya.
1
Dakwah merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap umat Islam yang beriman, yang semula
dilakukan oleh para Nabi dan Rasul, merupakan manusia yang
dipilih dan ditentukan oleh Allah SWT. Mereka menjadi penyeru bagi umat manusia untuk patuh kepada Allah
SWT dengan mempelajari hukum dan syari’at yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits, agar manusia mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Dalam Al-
Qur’an bahwa para Nabi dan Rasul adalah juru dakwah untuk menuju jalan kepada Allah SWT, seperti yang tertuang dalam surah An-Nisa ayat 165:
1
⌧ ⌧
⌧ ☺
“Mereka kami utus selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
2
Para Rasul telah tercatat dalam sejarah dakwah dengan nama besarnya, mereka adalah tokoh teladan dan panutan bagi para pengikutnya dalam gerakan
dakwah dan cerminan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyampaikan risalah keagamaan kepada para pengikut
dan umat manusia secara umum bukan hal yang mudah. Dalam perjuangannya
1
Mustofa Ar-Rafi’I, Potret Juru Dakwah, Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2002, hal. 51
2
Departemen Agama Depag RI. Al-Qur`ân dan Terjemahnya, Bandung: CV Gema Risalah Press. tt.h.
penuh dengan makian, cacian, perlawanan yang bukan hanya dari masyarakat tetapi juga dari dalam keluarganya sendiri.
Aktivitas dakwah ini terus berjalan secara berkesinambungan dari seorang Nabi dan Rasul kepada Nabi dan Rasul berikutnya, setiap Nabi dan Rasul
mempunyai kader penerus dari pengikut-pengikutnya yang beriman. Sampai kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup dari para Nabi dan Rasul yang
menyempurnakan kitab-kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya sebagai pedoman hidup untuk keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian Islam sebagai
agama Rakhmatan Lil Alamin dan Allah SWT telah meridhai Islam sebagai satu- satunya agama di dunia ini, seperti firman Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an
surah Ali Imran di awal ayat 19: .
“Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah agama Islam.”
Setelah Rasullah SAW wafat, para sahabat dan pengikutnya meneruskan aktivitas dakwah beliau. Sejak itu antara Islam dan dakwah merupakan bagian
yang tak terpisahkan lagi, seperti sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya, dari Abdullah bin Amru bin Ash, Rasul SAW bersabda “Sampaikan oleh kalian dariku
walau hanya satu ayat” HR Bukhari. Hadits ini yang mendukung Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 159, Allah SWT berfirman:
☺
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk,
setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dilanati Allah dan dilanati pula oleh semua mahluk yang dapat
melanati.”
Ketika seseorang telah mengetahui apa-apa yang sudah tertulis dalam Al- Qur’an dan apa-apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, kemudian
menutupinya, tidak menyebarkan atau tidak menyampaikannya kepada orang lain, maka orang tersebut akan mendapat teguran dari Allah SWT berupa laknat dari
semua mahluk yang dapat melaknatnya. Pentingnya menyampaikan, menyebarkan atau dakwah bagi umat Islam
merupakan bentuk bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang sangat berbeda dari mahluk lain. Manusia diciptakan Allah SWT dengan kelebihan akal,
supaya dengan akal itu manusia dapat membedakan baik dan buruk. Manusia dapat hidup saling menjaga hak masing-masing, dapat bersosialisasi dengan etika
dan aturan yang disepakati bersama serta dapat mencerna dengan baik aturan- aturan syari’at agama yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadits.
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan juga hadits-hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang pentingnya dakwah atau mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam.
Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah penting, sebab tanpa da’i ajaran Islam hanyalah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Walau
bagaimanapun sesungguhnya idiologi Islam itu harus disebarkan di masyarakat. Ia akan tetap hanya sebagai ide, ia akan tetap hanya sebagai cita-cita yang tidak akan
pernah terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya, termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan perkara amar makruf dan nahi munkar.
3
Dakwah harus selalu dilakukan, sebagaimana yang dianjurkan dalam Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Maryam 19 ayat 97:
☺ ☺
“Maka Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu
kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.”
Kalau menilik dari ayat tersebut di atas bahwa Allah SWT telah memudahkan manusia untuk menyampaikan dakwah yang dilakukan oleh setiap
individu kepada individu lainnya sehingga syi’ar Islam dapat berjalan dengan lancar.
Dakwah yang dalam arti menjalankan amar makruf nahi munkar menjadi dasar dari tujuan keselamatan dan kesempurnaan dalam hidup masyarakat, telah
menjadi kewajiban bagi fitrah manusia sebagai mahluk sosial dan menjadi kewajiban yang telah tertuang dalam Al-Qur’an dan hadits.
4
Berdasarkan hal itu, dengan kewajiban manusia untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya, telah membuat
seorang pemain band yang bernama Yuke Sumeru meninggalkan kehidupan malam yang lekat dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Kesadaran
akan pentingnya menjadi seorang Islam yang memahami ajaran dan syari’at, serta
3
Hamzah Ya’qub, Publistik Islam, Bandung: CV. Diponogoro, 1981, cet. ke- 2, hal. 37.
4
Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 2009. h. 109.
pentingnya dakwah bagi setiap individu muslim, Yuke Sumeru yang pada saat itu menginjak usia 40 tahun, berkomitmen meninggalkan dunia malamnya dan band
yang telah menjadi bagian dari hidupnya dan memberinya limpahan materi. Kemudian ia memilih untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ilmu Al-
Qur’an PTIQ untuk dapat berbagi ilmu kepada sesama. Amar makruf dan nahi munkar telah menarik hati Yuke Sumeru untuk menjalaninya dengan lebih
sempurna dan sejak itu ia siap untuk berdakwah saat Yuke Sumeru menyelesaikan kesarjanaannya di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an tersebut. Selain
meninggalkan band, dunia malam dan minuman keras, Yuke Sumeru juga mengganti gaya berpakaiannya. Maka Yuke Sumeru telah menjadi da’i di
berbagai Majelis Ta’lim dan selain itu ia aktif di Majelis Jamaah Tablig. Metode yang digunakan Ustadz Yuke Sumeru memudahkan jamaahnya
sehingga cepat dapat menangkap ceramah yang disampaikan, di mana sebagian besar jamaah adalah ibu-ibu. Kesungguhan Ustadz Yuke Sumeru terus
diperlihatkan dengan meneruskan pendidikannya hingga ke jenjang S2, dengan mengambil Jurusan Tafsir Al-Qur’an, untuk menambah wawasan keagamaannya.
Dengan latar belakang tersebut di atas, maka sekiranya menarik untuk di lakukan penelitian terhadap aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru dengan judul skripsi:
“Aktivitas Dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majelis Ta’lim Al-Falaah Bintaro Jaya”
.
B. Batasan dan Rumusan Masalah