Pengertian Politik Hukum POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN

Teuku Mohammad Radhie, S.H menyatakan “Politik hukum adalah pernyataan kehendak penguasa Negara mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya, dan mengenai arah kem ana hukum hendak dikembangkan”. Politik hukum tidak terlepas dari realita sosial dan tradisional yang terdapat di negara kita, di satu pihak, dan di lain pihak, sebagai salah satu anggota masyarakat dunia, politik hukum Indonesia tidak terlepas pula dari realita dan politik hukum internasional. Dengan demikian faktor yang akan menentukan politik hukum nasional itu tidak dengan apa yang dicita-citakan, atau tergantung pada kehendak pembentuk hukum, praktisi atau para teoritisi belaka, akan tetapi ikut ditentukan oleh perkembangan hukum di lain-lain negara, serta perkembangan hukum internasional. Dengan lain perkataan ada faktor di luar jangkauan bangsa kita yang ikut menentukan politik hukum masa kini dan di masa yang akan datang. 15

B. Hubungan Hukum dan Politik

Hukum adalah keseluruhan azas-azas dan kaedah-kaedah yang mengatur kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan hukum itu ke dalam kenyataan. 16 Hukum adalah produk politik jika didasarkan pada das sein dengan mengonsepkan hukum sebagai undang-undang. Dalam faktanya jika hukum 15 Artidjo Alkostar dkk, Pembangunan Hukum Dalam Perspektif Politik Hukum Nasional, Jakarta: Rajawali, 1986, h. 1. 16 Mochtar Kusumaatmadja, diakses pada 15 juni 2011 pada pukul 08.00 wib dari http:id.wikipedia.orgwikiMochtar_Kusumaatmadja dikonsepkan sebagai undang-undang yang dibuat oleh lembaga legislatif maka tak seorangpun dapat membantah bahwa hukum adalah produk politik sebab ia merupakan formalisasi atau legislasi dari kehendak-kehendak politik yang saling bersaingan baik melalui kompromi politik maupun melalui dominasi oleh kekuatan politik yang terbesar. Dalam konsep konteks inilah terletak kebenaran pernyataan bahwa “hukum merupakan produk politik”. Siapa yang dapat membantah bahwa hukum dalam arti undang-undang merupakan produk dari pergulatan politik? Itulah sebabnya Von Kirchman mengatakan bahwa karena hukum merupakan produk politik maka kepustakaan hukum yang ribuan jumlahnya bisa menjadi sampah yang tak berguna jika lagi lembaga legislatif menggetokkan palu pencabutan atau pembatalannya. Jika politik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja bahwa, “Politik dan hukum itu interdeterminan,” sebab “Politik tanpa hukum itu zhalim, sedangkan hukum tanpa politik itu lumpuh”. 17 Sedangkan Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya 17 Moh. Mahfud Md. Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 5. penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. 18 Dalam pengertian yang sederhana, politik adalah upaya manajemen konflik. Pengertian ini mengasumsikan bahwa konflik adalah selalu ada dalam setiap hubungan sosial. Karena politik pada dasarnya mamuat unsur-unsur nilai, kepentingan dan kekuasaan, maka hubungan politik juga memuat konflik. Hasilnya yaitu suatu penyelesaian konflik antara lain, muncul sebagai aturan main atau hukum. Unit politik yang dianggap paling ideal adalah komunitas. Dalam politik ini warga saling merasa terikat bukan karena kepentingan materiil. Tetapi lebih karena ikatan-ikatan yang lebih emosional, karena unsur-unsur menonjol dalam suatu komunitas adalah kepatuhan warganya pada hukum, maka pengembangan komunitas juga menjadi pengembangan hukum. Pembangunan politik, juga bisa diartikan sebagai, pertama, upaya pembinaan wewenang atau kapasitas suatu sistem politik, kedua, pengembangan partisipasi warga sistem itu, dan ketiga, pemantapan pembagian kerja. Ketiga upaya ini merupakan ukuran kemajuan suatu masyarakat. Dan dalam proses ini hukum berperan sangat penting, karena ada dasarnya wujud konkrit pelembagaan itu adalah aturan main. Dalam pengertian yang pertama, yaitu pembangunan politik sebagai pembinaan wewenang, pelembagaan 18 “Pengertian Politik” Diakses pada 15 Juni 2011 pada pukul 08.15 wib dari http:id.wikipedia.orgwikiPolitik dilakukan dalam kaitan dengan manajemen konflik demi penyelesaian konflik, yang pasti muncul dalam proses pembangunan itu. ideal hukum adalah pertikaian tidak diselesaikan dengan uji kekuatan. Kemampuan menyelesaikan konflik akan menetapkan wewenang pemerintah sehingga bisa melakukan pekerjaannya. Sebagai suatu cara penyelesaian konflik, hukum berfungsi sebagai mekanisme pengendalian dan memberikan kerangka bagi tertib politik. Dalam konsep kedua, yaitu pembangunan politik sebagai partisipasi, hak-hak rakyat untuk ikut serta menentukan masa depannya juga memerlukan pelembagaan efektif. Ciri khas demokrasi adalah gagasan government of laws, not ofmen. Begitu juga dalam pengertian ketiga, pembagian kerja yang jelas antara unit- unit dalam sistem politik harus terjamin. Dalam hal ini tugas hukum adalah membuat proses bekerjanya pemerintahan menjadi tertib dan bisa diramalkan, secara tekhnis konsisten satu sama lain, dan secara moral sah. Pelembagaan itu terutama sekali sangat diperlukan dalam masyarakat yang sedang merubah struktur sosial ekonominya demi kemajuan, karena sistem politik dalam masyarakat seperti itu harus bisa mengendalikan dan memobilisasikan sumber daya manusia dan materiil, disamping juga harus mengelola konflik yang muncul akibat perubahan sosial ekonomi itu. 19 19 M.Busyro Muqaddas dkk, Politik Pembangunan Hukum Nasional, Yogyakarta:UII Press,1992, h.147.

Dokumen yang terkait

Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003-Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang)

4 62 98

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 100/PUU-XI/2012 PERIHAL PEMBATALAN PASAL 96 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

1 12 23

Wacana Pemberlakuan Hukum Pidana Islam Dalam Kompetensi Absolut Peradilan Agama (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/Puu-Vi/2008)

0 27 119

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS HUKUM MAJELIS KEHORMATAN HAKIM KONSTITUSI PASCA PUTUSAN PEMBATALAN UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2014

0 3 77

ANALISIS POLITIK HUKUM ISLAM TERHADAP UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

0 1 114

ANALISIS HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI YANG MENOLAK PENGUJIAN MATERIL TErHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN.

0 0 6

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 27/PUU-IX/2011 MENGENAI PENGHAPUSAN PASAL OUTSOURCING DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KET.

0 0 1

STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 7/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI (KAJ.

0 1 1

4 PELAKSANAAN KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

0 1 65

Model dan Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang (Studi Putusan Tahun 2003-2012)

0 0 34