KETENAGAKERJAAN DALAM SEJARAH ISLAM

dunianya ”. Dalam hadits yang lain, Rasulullah saw mendorong umatnya meraih dunia dan akhirat sekaligus. Dalam sabdanya “Bekerjalah untuk duniamu seolah- olah engkau hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari” 38 Sesungguhnya bekerja itu merupakan jalan hidup para nabi dan pembaharu. Imam Shadiq meriwayatkan dari kakeknya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, yang berkata, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepada Daud As, wahai Daud, sesungguhnya engkau adalah sebaik-baiknya hamba, seandainya engkau tidak makan dari baitul mal dan mengerjakan sesuatu dengan tanganmu Daud menangis selama 40 hari. Maka Allah mewahyukan kepada besi, jadilah lembut untuk hambaku Daud Besi itu pun menjadi lembut untuk Daud sehingga Daud as dapat menjadi pandai besi setiap hari. Sesungguhnya Allah tidak menyukai hamba dan nabinya, Daud menjadi seorang penganggur dan makan dari baitul mal tanpa bekerja keras, tetapi Allah menyukai Daud untuk makan dari jerih payahnya sendiri. Karena itulah Allah melembutkan besi bagi Daud agar dapat bekerja sebagai pandai besi dan makan dari hasil kerjanya. Sebelum Muhammad saw, diutus menjadi nabi, dia bekerja mengembala kambing dan memperdagangkan barang-barang Khadijah. Setelah diutus sebagai nabi pun beliau bekerja bersama para sahabatnya serta ikut merasakan keletihan mereka dan membantu pekerjaan mereka. Karena beliau tidak merasa lebih unggul dan 38 Muchlis M.Hanafi, Kerja dan Ketenagakerjaan Tafsir Qur’an Tematik. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010, h.150. istimewa di banding mereka. Buktinya, beliau bekerja bersama mereka dalam membangun masjidnya yang agung, sedangkan kaum Anshar membantu beliau sambil bersenandung: Sungguh bila kami hanya duduk dan Nabi bekerja, Maka apa yang kami lakukan itu tidak benar. 39 Bekerja merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah, karena dengan bekerja, seseorang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk diri sendiri dan keluarganya dan tidak membutuhkan manusia. Sesungguhnya Islam menghendaki kemakmuran bagi kaum muslimin dan itu tidak dapat tercapai kecuali dengan bekerja dan tidak membutuhkan bantuan manusia. Para imam Ahlulbait berusaha mendorong kaum muslimin untuk bekerja. Untuk itu, mereka pun bekerja dengan tangan mereka sendiri demi memberi keteladanan pada kaum muslimin. Imam Ja’far Shadiq yang merupakan pemimpin kebangkitan intelektualisme di dunia Islam, juga bekerja di kebunnya. Ini sebagaimana diriwayatkan Abu Umar asy- Syaibani yang berkata, “Aku melihat Abu Abdillah dan pacul ditangannya. Beliau mengenakan sarung kasar dan pada saat itu keringatnya bercucuran. Maka aku berkata kepadanya, „Biarlah aku yang mengerjakannya ” Namun Imam menjawab, „Sungguh aku ingin kakiku ini merasakan kepedihan terik matahari dalam mencari rezeki’. Tujuan bekerja dalam Islam adalah untuk memberi pelajaran yang berharga kepada kaum muslimin tentang Islam, bahwa Islam itu menyuruh 39 Baqir Sharief Qorashi, Keringat Buruh Hak Dan Peran Pekerja Dalam Islam, h. 10 bekerja dan melarang bersikap malas dan lemah. Juga bahwa seseorang, walaupun posisinya agung dan kedudukannya tinggi, tetap diperintahkan untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya tanpa perlu bantuan manusia. 40 Setelah Islam mulai berkembang pesat, maka negara makin banyak membutuhkan pekerja untuk bekerja dalam memajukan Islam seperti dalam bidang sekretaris negara, kementrian, kepolisian, kemiliteran dan sebagainya, yang diupah melalui kas negara yang sering disebut dengan baitul mal. Dan terdapat pula tenaga kerja yang bekerja dalam jalur perdagangan dengan bekerja dari orang lain seperti usaha dengan modal sendiri dan bekerja sebagai pegawai orang lain karyawan. Dahulu gelar kepolisian syurthah merupakan profesi yang baik, polisi dimutlakkan kepada kelompok pilihan dari pasukan, kemudian dipergunakan dalam makna ajudan amir yang menjaga keamanan dan berjaga malam. As- Suyuthi beranggapan bahwa orang yang menetapkan sistem kepolisian ini di dalam Islam adalah Amr bin Ash ketika menjadi Gubernur Mesir. Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa orang yang pertama menggunakan syurthah ini adalah muawiyah. Tentang etika kepolisian dan tugasnya, maka sebagian ulama mengatakan, “Adapun petugas kepolisian maka dia adalah orang yang aris, berwibawa, banyak berfikir, dan jauh dari agretifitas. Harus keras terhadap ahli keraguan dalam tindakan rekayasa, sangat tanggap, bersih, mengetahui tingkatan 40 Baqir Sharief Qorashi, Keringat Buruh Hak Dan Peran Pekerja Dalam Islam, h. 109 dan hukuman, dan tidak tergesa-gesa. Wajib menegakan hukum had sebagaimana disebutkan dalam Al- Qur’an dan mengamalkannya. Harus mencegah orang yang dizhalimi untuk melakukan balasan sendiri. 41 Selanjutnya militer atau menjadi tentara merupakan profesi paling mulia dalam pandangan Islam dan tidak ada satu profesipun yang lebih mulia dari ini. Tugas kemiliteran dan juga kepala negara, seperti membentuk pasukan-pasukan khusus atau sariyah, mengangkat komandan pasukan, mengatur jadwal operasi- operasi militer dan bahkan terjun langsung memimpin pertempuran-pertempuran besar. Islam mengharuskan semua muslim menjadi tentara atau terlibat didalam dunia kemiliteran untuk menguasai ilmu persenjataan yang sesuai dengan tuntutan zaman termasuk cara-cara menggunakannya dengan sebaik-baiknya melalui pendidikan dan latihan sehingga mereka benar-benar menjadi tentara yang professional. Dan Islam melarang keras bagi siapa saja yang telah memiliki dan menguasai kemampuan tersebut kemudian menyia-nyiakannya. 42 Angkatan bersenjata atau militer merupakan lambang kedaulatan negara dan penahanan utama bagi kemungkinan serangan negara, baik dari luar maupun dari dalam. Sejak 15 abad lalu Allah SWT telah mewajibkan kaum muslimin untuk membangun kekuatan militer sebagai persiapan menghadapi musuh, dari luar maupun dari dalam. Al- Ustadz Sayyid Qutb menyatakan bahwa Islam harus 41 Amir Aliyah, Sistem Pemerintahan Islam Adat Dalam Islam, Jakarta: Khalifa, 2004, h. 72. 42 Debby M. Nasution, Kedudukan Militer Dalam Islam dan peranannya pada masa Rasulullah saw, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yoga, 2003, h.46. memiliki kekuatan militer yang mendampinginya dipermukaan bumi untuk membebaskan semua manusia, maka tugas pertama kekuatan militer ini di lapangan dakwah ialah menghilangkan semua rintangan dan kezaliman yang menghalangi k ebebasan manusia untuk memilih aqidah’ Islam atau tetap kepada keyakinan semula dan kemudian melindungi setiap individu yang telah memilihnya. Selain itu tugas militer adalah menghancurkan semua kekuatan lain di muka bumi yang menempatkan dirinya sebagai Tuhan, menindas manusia serta tidak mau mengakui tuhan Allah satu-satunya tuhan. Kesekretariatan al-makatib adalah profesi yang baik di dalam kelembagaan negara, bahkan tampak pula bahwa aspek kemashlahatan al- mahlahah dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam pembentukan lembaga kesekretariatan. Dalam rangka untuk kepentingan tertib administrasi sekretariat negara dipimpin oleh sekretaris yang bertugas mengurus dan melaksanakan administrasi negara secara baik dan rapi untuk mewujudkan efektifitas dan efesiensi pemerintahan. Umar bin Khattab dianggap selaku perintis awal pembentukan lembaga ini, yang di dalamnya dilakukan penyempurnaan- penyempurnaan seperti yang dilakukan pada masa dinasti Umayah. Al-katib terdiri dari sekretaris negara al-katib al-rasail, sekretaris pendapatan negara al- katib al-kharaj, sekretaris militer katib al-jund, sekretaris kepolisian katib al- syurthat, dan panitera katib al-qadha. Katib al-rasail dianggap paling penting posisinya, Karena itu pejabatnya selalu orang terpercaya dan pandai serta dari keluarga kerajaan. Rakyat terdiri atas beberapa golongan dan tingkatan, masing- masing saling melengkapi dan memerlukan sehingga mereka yang bekerja sebagai sekretaris maupun di pemerintahan digaji dari uang kas negara. Diantaranya tentara pejuang dijalan Allah adalah para juru tulis, para penegak hukum, para pekerja, para pertugas jizyah dan kharaj, para pedagang, tukang dan karyawan. Mereka juga yang berada ditingkat terbawah, yang sangat membutuhkan bantuan dan tidak cukup penghasilannya. Semua mereka itu telah dirinci dan ditetapkan oleh Allah SWT bagiannya masing-masing. Pada hakikatnya setiap manusia memang harus bekerja untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Seorang wali negeri tidak akan mampu melaksanakan semua kewajibannya kecuali dengan mencurahkan perhatian yang besar dan memohon bantuan Allah SWT dan harus menguatkan tekad untuk mempertahankan kebenaran dan bersikap sabar dalam segala hal yang ringan baginya maupun yang berat. 43 Juru tulis adalah seorang penulis yang berkepribadiannya mencangkup sebanyak mungkin akhlak luhur. Yaitu yang tidak berpengaruh mengenai kedudukan penting dalam pekerjaan. Tugasnya adalah sebagai seseorang yang memegang amanat yang merupakan bukti ketulusan pada tuannya, yang melaporkan apapun dan mengirimi jawaban yang tepat pada tuannya serta menjadi sekretaris pribadi. 43 Ridwan H.R, Fiqh Politik Gagasan, Harapan Dan Kenyataan, Yogyakarta: FH UII PRESS, 2007, h. 317. Pedagang atau tukang adalah orang yang berusaha bekerja ditempat atau yang berpindah-pindah dengan hartanya ataupun berpenghasilan dengan tenaganya, dan mereka bersedia menyediakan bahan-bahan kebutuhan masyarakat dan barang-barang kebutuhan sehari-hari sehingga rela membawa dari tempat yang jauh dan pusat didarat, dilaut, di kota, dan di pegunungan, yang kebanyakan rakyat tidak dapat mencapainya ataupun pergi kesana. Mereka juga orang-orang yang mencintai kedamaian. Mengenai unsur pekerjaan unsur-unsur pekerjaan di dalam Ketenagakerjaan, terutama yang berhubungan yaitu pemberi kerja, pekerja, perjanjian kerja kontrak kerja, masa kerja, dan upah kerja. Unsur pemberi kerja yaitu orang yang mempekerjakan orang lain dan memperhatikan hak-hak pekerja. Unsur pekerja yaitu orang yang menjalankan tugaspekerjaan yang diberikan oleh pemberi kerja. Unsur Perjanjian Kerja yaitu antara kedua belah pihak mengadakan kesepakatan dan pemahaman untuk mengikat para pihak dalam menjalankan hak dan kewajibannya sehingga tidak ada yang lalai atau wanprestasi. Perjanjian dikenal dengan istilah al- „aqad sebagai pertalian antara ijab dan Kabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih yang mewujudkan akibat-akibat hukum. Unsur Masa Kerja yaitu waktu tertentu yang digunakan dalam melaksanakan tugas tertentu sebagaimana disepakati kedua belah pihak. 44

B. KETENAGAKERJAAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13

TAHUN 2003 Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerjaburuh serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan. Keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum dan sesudah masa kerja tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain mencakup pengembangan sumberdaya manusia, 44 Muchlis M.Hanafi, Kerja dan Ketenagakerjaan Tafsir Qur’an Tematik. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010, h.157. peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial. 45 Hukum ketenagakerjaan dahulu disebut dengan hukum perburuhan. Pemakaian istilah tenaga kerja, pekerja, dan buruh pada dasarnya harus dibedakan, berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 1 UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yaitu segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Menurut Undang- undang ini Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barangjasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 UU No. 13 Tahun 2003, pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Di dalam isi Undang-undang ini di antaranya mengenai hubungan kerja, hubungan Industrial, Serikat pekerja, upah tenaga kerja, jaminan sosial tenaga kerja, pemutusan hubungan kerja PHK dan perselisihan Hubungan Kerja. Isi yang terkandung di dalam UU Ketenagakerjaan hanya mencangkup ketentuan yang mengatur hubungan kerja yang dilakukan oleh pengusaha atau pemberi kerja dengan buruh, pekerja atau penerima kerja, serta hal-hal lainnya yang berkaitan. Dan belum 45 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan sama sekali mengatur tentang hubungan kepegawaian, pekerja yang informal, dan pengangguran. Berdasarkan pasal 3 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pembangunan ketenagakerjaan di selenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah, sehingga bertujuan untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan, meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Berdasarkan pasal 1 angka 14 Undang-undang No. 13 Tahun 2003, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerjaburuh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah. Berdasarkan pasal 1 angka 30 Undang-undang No. 13 Tahun 2003, kemudian Upah adalah hak pekerja buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 14 Undang-undang No. 13 Tahun 2003, perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Pengertian hubungan industrial berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 16 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 yaitu suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang terdiri atas unsur pengusaha, pekerja dan pemerintah yang didasarkan pada nilai pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun bentuk kebijakan pengupahan yang melindungi pekerjaburuh diatur dalam ketentuan pasal 88 ayat 3 Undang- undang No. 13 Tahun 2003 mengenai upah minimum, kemudian pasal 99 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 setiap pekerja berhak untuk memperoleh Jaminan Sosial tenaga kerja dan pelaksanaannya diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 terdapat pemutusan hubungan kerja PHK berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 25 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja buruh dan pengusaha. Selain itu Undang-undang No. 13 Tahun 2003 mengenal bentuk penyerahan pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Kegiatan ini sering disebut outsourching, yaitu pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar perusahaan penyedia jasa outsourcing. 46 46 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 53.

Dokumen yang terkait

Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003-Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang)

4 62 98

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 100/PUU-XI/2012 PERIHAL PEMBATALAN PASAL 96 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

1 12 23

Wacana Pemberlakuan Hukum Pidana Islam Dalam Kompetensi Absolut Peradilan Agama (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/Puu-Vi/2008)

0 27 119

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS HUKUM MAJELIS KEHORMATAN HAKIM KONSTITUSI PASCA PUTUSAN PEMBATALAN UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2014

0 3 77

ANALISIS POLITIK HUKUM ISLAM TERHADAP UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

0 1 114

ANALISIS HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI YANG MENOLAK PENGUJIAN MATERIL TErHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN.

0 0 6

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 27/PUU-IX/2011 MENGENAI PENGHAPUSAN PASAL OUTSOURCING DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KET.

0 0 1

STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 7/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI (KAJ.

0 1 1

4 PELAKSANAAN KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

0 1 65

Model dan Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang (Studi Putusan Tahun 2003-2012)

0 0 34