Penelitian ini melakukan penelusuran terhadap berbagai literatur. Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif,
16
di mana peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi dari bahan-bahan atau buku-buku
yang mendukung sesuai dengan subjek penelitian dan hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Selanjutnya peneliti bertindak sebagai aktivis yang ikut
memberi makna secara kritis pada realitas yang dikonstruksi subjek penelitian.
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara bertahap di Perpustakaan MUI, tepatnya di Jl. Proklamasi No.51 Menteng Jakarta Pusat. Di tempat ini juga penulis
melakukan wawancara dengan sekretaris Komisi Fatwa MUI.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yakni dimulai dari observasi, wawancara dam dokumentasi.
a. Observasi
Observasi dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama
dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer, sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun
pembanding. Dalam hal ini peneliti menggunakan data primer dan sekunder dalam mengumpulkan data-data.
1 Data Primer Primary-Sources, yaitu hasil wawancara yang
mendalam dengan sekretaris Komisi Fatwa MUI.
16
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, h.3
2 Data sekunder secondary-sources, yaitu berupa buku-buku dan
tulisan berkaitan dengan masalah yang menjadi objek studi ini. a.
Field Work Research, yaitu mengumpulkan data dari penelitian yang dilakukan secara langsung di lapangan. Untuk mempermudah
penelitian di lapangan perlu ditentukan teknik pengumpulan data agar yang dihimpun dapat efektif dan efisien.
b. Library Research, yaitu suatu penelitian dengan cara mempelajari
dan mengumpulkan berbagai bacaan atau literatur, dokumen, serta media massa yang ada hubungannya dengan penulisan penelitian.
b. Wawancara
Wawancara terstruktur, wawancara yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebagai pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Penulis mewancarai dua nara sumber dari komisi fatwah, Drs. H. Ashrorun Niam Shaleh, M.Ag dan
Drs. H. Aminudin Yakub, MA
c. Dokumentasi
Dokumentasi bisa berupa dokumen publik ataupun privat. Dokumen publik contohnya adalah media cetak ataupun media online. Adapun
dokumen privat adalah dokumen yang merupakan arsip instansi ataupun perorangan.
17
3. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam pendekatan kualitatif-konstruktif didahului oleh upaya mengungkap trutsworthiness dari para subjek penelitian. Yaitu menguji
17
Kriyantono, Rachmat, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2006, h.388
kebenaran dan kejujuran subjek penelitian dalam mengungkap realitas. Trustworthiness ini diuji melalui pengujian: credibility subjek, dengan
menguji jawaban-jawaban pertanyaan berkaitan dengan pengalaman dan pengetahuan mereka yang khas. Berikutnya adalah menguji authenticity, yaitu
peneliti memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail. Selanjutnya peneliti melakukan traingulation
analytis, yaitu menganalisis jawaban subjek peneliti dengan meneliti autentitasnya berdasar data empiris yang ada. Peneliti menjadi fasilitator
menguji keabsahan setiap jawaban dokumen atau data lain, serta reasoning yang logis.
Tahapan berikut adalah menguji intersubjectivity analysis. Artinya semua pandangan, pendapat ataupun data dari subjek penelitian, didialogkan dengan
pendapat, pandangan, ataupun data dari subjek lainnya.
18
Setelah melakukan dialog dan menguji keabsahan sumber, maka penulis melakukan analisis SWOT Streengt, Weakness, Opportunity, Traethment,
menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk mensosialisasikan fatwa haram korupsi. Kekuatan apa saja yang dimiliki MUI,
baik itu media, ataupun jaringan di pemerintah, kelemahan apa saja yang menghambat sosialisasi, peluang apa saja yang dimiliki MUI, dan ancaman
apa saja yang menghambat sosialisasi fatwa. Adapun dalam penulisan berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah; Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, ceQda Centre for Quality Development and Assurance UIN Jakarta.pada tahun 2007.
18
Kriyantono, Rachmat, Teknis Praktis Riset Komunikasi, h.161
E. Tinjauan Pustaka
Majelis Ulama Indonesia bukan organisasi yang baru. Terhitung dari awal didirikannya pada tahun 1975, saat ini Majelis Ulama Indonesia menginjak tahun
ke tiga puluh lima. Tentunya dengan perjalanan waktu yang sedemikian panjang, banyak juga para akademisi yang menulis dan membahas organisasi wadah Ulama
Indonesia ini. Abdul Aziz misalnya, menulis mengenai Majelis Ulama Indonesia pada masa Prof. Dr. Hamka 1975-1981. Penelitiannya menggunakan pendekatan
historis, namun dengan menggunakan analisa deskriptif mengenai capaian- capaian yang dilakukan MUI pada masa kepemimpinan Hamka. Namun tidak
disinggung sama sekali mengenai sosialisasi fatwa pada masa masa kepemimpinan Hamka.
Muhammad Atho Mudzhar juga menulis mengenai Fatwa-Fatwa MUI; Sebuah Studi Tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia 1975-1988 yang
diterbitkan oleh INIS Indonesian-Netherland Islamic Studies. Buku tersebut sangat komprehensif dalam membahas Majelis Ulama Indonesia daripada tulisan
Abdul Aziz. Dalam hal ini Muhammad Atho Mudzhar tidak hanya menjelaskan mengenai pemikiran hukum Islam di Indonesia melalui kacamata MUI, melainkan
juga membahas sejarah MUI dengan disertai analisis yang sangat kritis, terutama dalam hal hubungan MUI dengan pemerintah. Namun kekurangan dalam tulisan
tersebut ia tidak menjelaskan mengenai bagaimana strategi dan implementasi sosialisasi fatwa yang dilakukan MUI.
Nampaknya tulisan Saripudin yang berjudul Strategi Manajemen MUI Kab. Bogor dalam misi dakwah Islam lebih dekat dengan penelitian ini. Namun
sayangnya penelitiannya tersebut sebatas pada MUI di Bogor, bukan di pusat.