rencana. Berikut adalah beberapa catatan evaluasi yang sekaligus dijadikan sebagai rekomendasi:
a. Keberhasilan
a.1. Adanya respon positif dari Departemen Komunikasi dan Informatika.
18
a.2. Pemerintah merespon preassure MUI dan masyarakat sehingga
membuat UU Pemberantasan Korupsi, di antaranya : UU RI No.20 Tahun 2001, UU RI No.30 Tahun 2002, UU RI No.7 Tahun 2006.
19
a.3. Tindakan tegas oleh KPK dan lembaga-lembaga penegak hukum
lainnya terhadap kasus-kasus korupsi.
b. Kekurangan
b.1.Kurangnya sosialisasi via media. MUI hanya terfokus pada media yang dimilikinya, seperti website dan buku Himpunan Fatwa MUI yang
beredar terbatas Padahal MUI sudah mendapat dukungan dari Menkominfo. Ironisnya pada Januari 2004, Ketua KPK,
Taufikurrahman Ruki belum mengetahui adanya fatwa haram korupsi, sehingga pada acara Banten Outlook 2003-2004 yang diadakan di
Gedung DPRD Banten ia meminta dukungan MUI dalam melakukan pemberantasan korupsi.
20
b.2.Bidang-bidang koordinasi dalam MUI belum sepenuhnya terlaksana. Meskipun pada dialog di KPK, Ahmad Nazri Adlani salah satu ketua
18
Website Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, diakses pada 15 Februari 2010
http:www.depkominfo.go.idberitaberita-utama-beritamui-dukung-batasan-pemberian- parsel
19
KPK, Kumpulan Undang-Undang Pemberantasan Korupsi, edisi pertama, Jakarta: KPK, 2006. h. 45
20
TEMPO|interaktif, berita diakses pada 15 Februari 2010 dari : http:www.tempointeraktif.comhgnasional20040110-06,id.html
MUI mengatakan bahwa fatwa haram korupsi sudah ada sejak tahun 2000 dan sudah disosialisasikan ke MUI di daerah-daerah.
21
b.3.Lambatnya kegiatan dalam bentuk seminar dengan lembaga terkait. Terhitung dari keluarnya fatwa MUI pada tahun 2000, seminar
diadakan pada tahun 2003 bekerjasama dengan Fakultas Hukum Univ. Udayana Bali.
C. Analisis Optimalisasi Sosialisasi Fatwa Haram Korupsi
Dari banyaknya kegiatan dan respon berbagai pihak, ternyata hasil dari strategi sosialisasi MUI belum maksimal, seperti kurang maksimalnya media
sosialisasi, kurangnya koordinasi di tingkat daerah dan lambatnya pelaksanaan seminar atau loka karya dalam rangka menanggulangi tindak pidana korupsi.
Beberapa bukti kurangnya sosialisasi fatwa haram korupsi yang dikeluarkan MUI antara lain:
1. Pada tanggal 29 Januari 2009, ketika fatwa haram golput dan rokok
dikeluarkan MUI, muncul desakan sebagian kalangan umat Islam agar Majelis Ulama Indonesia MUI lebih memilih membuat fatwa haram
korupsi dibandingkan rokok dan golput. Dalam hal ini, seperti yang diberitakan Republika Online, Pengasuh
Pondok Pesantren Benda Kerep Cirebon, KH M Miftah sempat mendesak agar MUI lebih baik membuat fatwa korupsi dibandingkan fatwa rokok.
Fatwa tentang korupsi lebih penting dibandingkan rokok. Apalagi menurutnya saat ini, korupsi masih merajalela. Korupsi lebih merugikan
21
Berita Detik News, diakses pada 15 Februari 2010 dari: http:www.detiknews.comread20081202163133104676810kpk-gandeng-pemuka-agama-
berantas-korupsi-di-daerah