Strategi Sosialisasi MUI Penutup

BAB IV ANALISIS DAN HASIL TEMUAN STRATEGI SOSIALISASI FATWA HARAM KORUPSI

A. Strategi Sosialisasi MUI

Organisasi atau lembaga apapun, termasuk MUI jika mempunyai Visi, Misi, atau program tertentu, maka membutuhkan strategi agar tujuan tersebut dapat dicapai dengan maksimal. Dalam hal ini Majelis Ulama Indonesia merupakan organisasi keagaman yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang berkualitas khairul ummat, negara yang aman, damai dan diridhoi Allah swt baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Sebagai sebuah organisasi yang mempunyai program dan tujuan, yang jika dikerucutkan dalam pemabahasan ini adalah membersihkan negara dan bangsa Indonesia dari tindak pidana korupsi, maka tentu saja mempunyai strategi dalam penanggulangannya. Sebagai bagian dari usaha penanggulangan korupsi, sebenarnya MUI pada masa kepemimpinan K.H. Syukri Ghazali telah melakukan kajian yang mendalam mengenai fatwa untuk hidup sederhana. Tidak tanggung-tanggung, untuk membahas masalah tersebut MUI mengadakan sidang hingga empat kali, yakni pada tanggal 20 Okober 1975, 1 Nopember 1975, 26 Januari 1976 dan tanggal 8 Febmari 1976. Dalam sidang itu Majelis Ulama Indonesia mengemukakan prinsip-prinsip ajaran Islam yang melarang hidup dari harta yang haram seperti korupsi, manipulasi, penyelewengan, suap-menyuap, melarang hidup royal, berlebih- lebihan dan menganjurkan hidup sederhana secara wajar. Hal mana tidak - 62 - mengurangi kemungkinan adanya perbedaan hidup antara si kaya dan si miskin asal tidak terlampau besar perbedaan itu. Karena akibat dari segala penghasilan yang haram bukan saja merugikan diri sendiri yang melakukannya, tetapi juga merugikan masyarakat dan negara, apalagi mengingat bahwa harta peroranganpun adalah termasuk harta bangsa yang dalam Islam dinamakan harta ummat. 1 Untuk mencegah penghasilan yang tidak sah yang menyebabkan hidup berlebih-lebihan menurut MUI haruslah dilakukan : 1. Pengeluaran instruksi kongkrit kepada pejabat-pejabat mengenai anjuran hidup sederhana dan pelajaran hidup mewah atau berlebih-lebihan. 2. Penegasan-penegasan penegak Hukum terhadap semua pelangaran, hukum tanpa pandang bulu sebagaimana yang dinyatakan oleh Jaksa Agung. 3. Pemberatan hukum atas tindakan pidana tersebut dengan perundang-undangan seperlunya, antara lain dengan usaha memasukkan hukum pidana Islam dalam KUHP. 4. Perbaikan ekonomi umumnya terutama biaya hidup pegawai, agar mereka tidak melakukan penyelewengan. 5. Pengawasan yang keras dan ketat terhadap pelanggar hukum. 6. Pengamatan dan penelitian terhadap harta kekayaan pejabat-pejabat pemerintah dan perusahaan-perusahaan Negara untuk diambil tindakan sesuai hukum yang berlaku. MUI juga menganjurkan kepada Alim Ulama, Guru-guru, Mubaligh- mubaligh, Khatib-khatib dan Mass media untuk lebih menjelaskan ajaran Islam yang menganjurkan hidup sederhana dan melarang hidup mewah dan berlebih- 1 MUI, Himpunan Fatwa MUI; Hidup Sederhana, h.1 lebihan terutama dari hasil pencarian yang haram dan tidak sah. Menariknya MUI juga Menganjurkan kepada Presiden sebagai kepala pemerintahan agar melaksanakan hal-hal berikut: 2 1. Mengeluarkan instruksi kongkrit kepada pejabat-pejabat mengenai anjuran hidup sederhana dan pelarangan hidup mewah berlebih-berlebihan. 2. Menegaskan penagakan hukum terhadap semua pelanggar hukum tanpa pandang sebagaimana yang dinyatakan oleh Jaksa Agung. 3. Memberatkan hukuman atas tindak pidana tersebut dengan Perundang- undangan seperlunya, antara lain dengan usaha memasukkan Hukum Pidana Islam. 4. Perbaikan ekonomi umumnya terutama biaya hidup pegawai agar mereka tidak melakukan penyelewengan. 5. Mengawasi dengan keras dan ketat terhadap pelanggar-pelanggar hukum. Namun memang fatwa tersebut bukan menentukan haram atau halal dengan dilandasi dasar hukum Islam, namun hanya merupakan himbauan. Sehingga dalam fatwa tersebut MUI menyadari bahwa memang hidup sederhana adalah urusan pribadi seseorang dan merupakan pilihan individu. Ironisnya, himbauan terhadap presiden Soeharto selaku kepala negara untuk mengistruksikan hidup sederhana kepada para bawahannya, serta melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan perkara korupsi, justru menjadi pemerintahan paling korup dalam sejarah Indonesia. Hal ini tentu saja ironis, apalagi himbauan MUI tersebut muncul karena merujuk pada pidato presiden untuk hidup sederhana. 2 MUI, Himpunan Fatwa MUI; Hidup Sederhana h.2 Pasca jatuhnya kekuasaan Orde Baru, salah satu isu yang paling krusial untuk dipecahkan oleh bangsa dan pemerintah Indonesia adalah masalah korupsi. Hal ini disebabkan adanya dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan pejabat- pejabat Orde Baru. Namun kasus korupsi justru semakin banyak terjadi di Indonesia. Hal ini disinyalir terjadi di semua bidang dan sektor pembangunan. Apalagi setelah ditetapkannya pelaksanaan otonomi daerah, berdasarkan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, disinyalir korupsi terjadi bukan hanya pada tingkat pusat tetapi juga pada tingkat daerah dan bahkan menembus ke tingkat pemerintahan yang paling kecil di daerah. 3 Dalam merespon kondisi sosial demikian, MUI mengadakan Musyawarah Nasional VI pada tanggal 25 sampai 29 Juli 2000 untuk mengadakan sidang komisi fatwa dan memutuskan bahwa hukum korupsi adalah haram. Tentu saja agar fatwa yang dikeluarkan oleh MUI dapat menjadi dasar dan pegangan ummat Islam, maka harus ada strategi sosialisasi yang jitu, agar tujuan untuk mencapai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dapat tercapai.

B. Strategi Sosialisasi Fatwa Haram Korupsi dalam Praktek