Latar Belakang Masalah ANALISIS DAN HASIL TEMUAN - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -62 A.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak bisa kita pungkiri, Islam merupakan agama terbesar yang dianut masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sangat wajar jika ummat Islam Indonesia memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar bagi kemajuan Indonesia. Namun satu yang tidak boleh kita nafikkan bahwa ummat Islam masih menghadapi problem internal dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik ataupun budaya. Sejalan dengan perkembangan kehidupan kebangsaan pada era reformasi dewasa ini yang dimulai dengan adanya keinginan kuat untuk membangun suatu masyarakat Indonesia yang adil, sejahtera, demokrasi dan beradab. Maka adalah suatu keharusan bagi Ulama untuk meneguhkan jati diri dan i’tikad dengan suatu wawasan untuk menghela proses perwujudan peradaban Islam di dunia, khususnya perwujudan masyarakat hairul ummat. 1 Pasca Reformasi Indonesia pada tahun 1998, bangsa Indonesia dihadapkan pada masa transisi yang serba labil dalam segala aspek, sehingga bangsa Indonesia harus bersama-sama membenahinya. Dari sisi sosial, seluruh lapisan masyarakat harus bersama-sama memberantas korupsi yang sudah berakar sejak masa Orde Baru. Dalam hal ini Ulama tentunya ikut bertanggung jawab 1 Wawasan PDPRT MUI, Jakarta: Sekretariat MUI, 2005. h.3. 1 untuk menanggulangi tindak pidana korupsi sesuai dengan kapasitasnya sebagai ahli agama. 2 Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN di Indonesia telah menjadi penyakit sosial yang sangat membahayakan kelangsungan kehidupan bangsa dari upaya mewujudkan keadilan sosial, kemakmuran dan kemandirian, bahkan memenuhi hak-hak dasar kelompok masyarakat rentan fakir miskin, kaum jompo dan anak-anak terlantar. Menurunnya tingkat kesejahteraan menyengsarakan rakyat, kerusakan lingkungan sumber daya alam, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, hilangnya modal manusia yang handal, rusaknya moral masyarakat secara besar-besaran bahkan menjadikan bangsa pengemis merupakan cerminan dari dampak KKN. 3 Korupsi hingga kini masih merupakan permasalahan yang serius di Indonesia, karena korupsi merebak di segala bidang dan sektor kehidupan masyarakat secara meluas, sistematis dan terorganisir. Korupsi sudah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak ekonomi masyarakat. Korupsi menjadi penyebab timbulnya krisis ekonomi, merusak sistem hukum dan menghambat jalannya pemerintahan yang bersih dan demokratis. Dengan kata lain, korupsi sudah menggoyahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa, tetapi sudah merupakan kejahatan luar biasa extra ordinary crime. 4 2 Wawancara Dengan Bpk. Ni’am selaku anggota Komisi Fatwa MUI pada 3 Februari 2010. 3 Laporan Dwi Mingguan Ke XV Juni 2009 Sector Development Reform Project, h.1. 4 Tim Task Force, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi: Naskah Akademis dan RUU, Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum Nasional, 2008. h. 3. Survey dari Transparancy International TI tahun 2006 menempatkan Indonesia pada peringkat ke tujuh dari 163 negara dengan nilai index 2,4. Meskipun peringkat tersebut sedikit lebih baik dai tahun sebelumnya posisi keenam dari 159 negara, namun angka tersebut tetap menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang tinggi tingkat korupsinya. 5 KKN menjadi tumbuh subur pada suatu tatanan pemerintahan yang mengabaikan prinsif demokratisasi dasar yakni transparansi, partisipasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya publik. Dampaknya paling dirasakan oleh kelompok sosial masyarakat rentan baik secara ekonomi maupun akses, selain itu tumbuhkembangnya budaya dan relasi informal dalam pelayanan publik serta distrust terhadap pemerintahnya. Dalam hal ini Hernando de Soto 1992 yang dikutip Tim USDRP menjelaskan. “….terdapat perilaku rasional rational choice dari masyarakat untuk menjadi “informal” secara ekonomis terhadap pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Munculnya perilaku rational choice masyarakat tidak terlepas dari perilaku birokrasi yang selama ini dirasakan oleh masyarakat.” 6 Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi praktek-praktek korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai dengan Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, pemerintah juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa Kekayaan 5 Tim Task Force, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi: Naskah Akademis dan RUU, h. 6. 6 Laporan Dwi Mingguan Ke XV Juni 2009 Sector Development Reform Project, h. 1. Penyelenggara Negara KPKPN dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Upaya pencegahan praktek korupsi juga dilakukan di lingkungan eksekutif atau penyelenggara negara, dimana masing-masing instansi memiliki Internal Control Unit unit pengawas dan pengendali dalam instansi yang berupa inspektorat. Fungsi inspektorat mengawasi dan memeriksa penyelenggaraan kegiatan pembangunan di instansi masing-masing, terutama pengelolaan keuangan negara, agar kegiatan pembangunan berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis sesuai sasaran. Di samping pengawasan internal, ada juga pengawasan dan pemeriksaan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh instansi eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan BPK dan Badan Pengawas Keuangan Pembangunan BPKP. Selain lembaga internal dan eksternal, lembaga swadaya masyarakat LSM juga ikut berperan dalam melakukan pengawasan kegiatan pembangunan, terutama kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Beberapa LSM yang aktif dan gencar mengawasi dan melaporkan praktek korupsi yang dilakukan penyelenggara negara antara lain adalah Indonesian Corruption Watch ICW, Government Watch GOWA, dan Masyarakat Tranparansi Indonesia MTI. 7 Dilihat dari upaya-upaya pemerintah dalam memberantas praktek korupsi di atas sepertinya sudah cukup memadai baik dilihat dari segi hukum dan peraturan perundang-undangan, komisi-komisi, lembaga pemeriksa baik internal maupun eksternal, bahkan keterlibatan LSM. Namun, kenyataannya praktek korupsi bukannya berkurang malah meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan 7 Yogi Suwarno dan Deny Junanto, Strategi Pemberantasan Korupsi. h. 94. Indonesia kembali dinilai sebagai negara paling terkorup di Asia pada awal tahun 2004 dan 2005 berdasarkan hasil survei dikalangan para pengusaha dan pebisnis oleh lembaga konsultan Political and Economic Risk Consultancy PERC. Hasil survei lembaga konsultan PERC yang berbasis di Hong Kong menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling korup di antara 12 negara Asia. Predikat negara terkorup diberikan karena nilai Indonesia hampir menyentuh angka mutlak 10 dengan skor 9,25 nilai 10 merupakan nilai tertinggi atau terkorup. Pada tahun 2005, Indonesia masih termasuk dalam tiga teratas negara terkorup di Asia. Peringkat negara terkorup setelah Indonesia, berdasarkan hasil survei yang dilakukan PERC, yaitu India 8,9, Vietnam 8,67, Thailand, Malaysia dan China berada pada posisi sejajar di peringkat keempat yang terbersih. Sebaliknya, negara yang terbersih tingkat korupsinya adalah Singapura 0,5 disusul Jepang 3,5, Hong Kong, Taiwan dan Korea Selatan. 8 Melihat banyaknya akibat negatif yang ditimbulkan korupsi, Ulama dan ummat Islam juga mempunyai kewajiban untuk menyeru kepada kebaikan. Dakwah atau menyeru kepada kebaikan merupakan pelaksanaan atas seruan wahyu Ilahi dan juga merupakan tugas yang luhur tetapi juga tanggung jawab yang sangat berat. Karena esensi dari aktifitas dakwah adalah amar ma’ruf menyerukan kepada kebaikan dan nahyi ‘an al-munkar mencegah kemungkaran, yang aplikasinya berupa da’wah bi al-lisan dan da’wah bi al-hal. 9 Seiring dengan banyaknya problematika dakwah yang semakin kompleks, maka pelaksanaan dakwah tidak mungkin dilakukan oleh seorang saja, akan tetapi harus diselenggarakan oleh pelaksana dakwah yang bekerja sama dalam satu 8 Yogi Suwarno dan Deny Junanto, Strategi Pemberantasan Korupsi. h.95. 9 Abdul Hakim, Teologi Dakwah, Jurnal ilmu Dakwah, Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, vol.6 No.2 Oktober 2002, h.2. wadah. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan dakwah dapat terarah dengan baik. Untuk iu dibutuhkan sebuah sistem kerja yang efektif dan efisien. 10 Oleh karena itu penerapan manajemen mutlak digunakan untuk keberhasilan sebuah dakwah. Sebab dalam manajemen terdapat cara bagaimana sebuah wadah organisasi atau lembaga merencanakan sebuah kegiatan mengorganisasikan dengan mendelegasikan wewenang kepada personil organisasi, menggerakkan organisasi untuk melaksanakan program dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan dakwah selama waktu yang ditentukan. Karena tanpa adanya sebuah manajemen, maka sebuah wadah dakwah tidak akan berjalan dengan baik. Ini berarti visi dan misi serta tujuan yang diemban akan terbengkalai. 11 Majelis Ulama Indonesia MUI berperan sebagai lembaga yang merespon berbagai persoalan ummat dengan ijtihad sehingga kemudian menghasilkan fatwa yang semestinya dipatuhi oleh ummat Islam di Indonesia. Dengan demikian, sebagai lembaga penghasil fatwa, MUI harus mengakomodir dan menyalurkan aspirasi ummat Islam yang sangat beragam aliran, paham dan pemikiran serta organisasi keagamaan. 12 Fatwa yang dihasilkan MUI sebagai respon terhadap problematika ummat tentunya tidak hanya untuk diketahui oleh para ulama atau golongan tertentu, melainkan harus disosialisasikan kepada publik agar ummat Islam Indonesia tahu dan mengerti mengenai keputusan MUI dalam menanggapi sebuah masalah. 10 Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, h.101 11 Moekijat, Pengantar Sistem Informasi Manajemen, Bandung: PT Remaja Roesda Karyua, 1994, h.89. 12 Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII MUI Tahun 2005 Jakarta: Sekretariat MUI, 2005, h.24. Dengan demikian ummat Islam akan menjadikan fatwa MUI tersebut sebagai pegangan keagamaan dalam menjalankan kehidupan sosialnya. 13 Menyikapi persoalan korupsi yang mengakar lama di Indonesia sejak masa Orde Baru menggerakkan Majelis Ulama Indonesia untuk mengeluarkan fatwa menganai korupsi. Bersamaan dengan Musyawarah Nasional MUNAS VI, MUI mengadakan sidang fatwa yang membahas tentang suap risywah, korupsi ghulul, dan hadiah kepada para pejabat. Kemudian pada tanggal 29 Juli 2000 ditetapkanlah bahwa hukum korupsi adalah haram. 14 Dalam hal ini, yang menarik adalah menyoroti stretegi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa-fatwa yang lahir dari ijtihad ulama Indonesia. Setidaknya sejak berdirinya MUI, terdapat lebih dari seratus fatwa sudah dikeluarkan MUI melalui ijtihad Ulama. Sehingga wajar jika publik mempertanyakan bagaimana strategi yang digunakan MUI dalam mensosialisasi fatwa-nya?. Strategi komunikasi MUI sangatlah diperlukan dalam proses mensosialisasikan dakwah-fatwanya, karena berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika komunikasi dilakukan oleh media massa yang memiliki kelayakan lebih luas dan beragam, maka MUI seharusnya menyiapkan perencanaan yang matang dalam penyampaian pesan yang ingin disosialisasikan. Strategi komunikasi, baik secara makro planned multimedia strategy maupun secara mikro single communication medium strategy yang mempunyai fungsi ganda: 13 Wawancara Dengan Bpk. Ni’am selaku anggota Komisi Fatwa MUI pada 3 Februari 2010. 14 Keputusan Fatwa Haram MUI, Jakarta: Sekretariat MUI, 2000. 1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informasi persuasif, dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperluas hasil optimal. 2. Menjembatani cultural gap akibat kuatnya media massa yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya. 15

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah