Pengaruh Pelayanan Pramuwisata Terhadap Kunjungan Wisatawan Ke Mesjid Raya Medan

(1)

PENGARUH PELAYANAN PRAMUWISATA TERHADAP

KUNJUNGAN WISATAWAN KE MESJID RAYA

MEDAN

KERTAS KARYA

OLEH

MARIATUL QIPTIA 102204015

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PELAYANAN PRAMUWISATA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN KE MESJID RAYA MEDAN

OLEH

MARIATUL QIPTIA 102204015

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Solahuddin Nasution,SE,MSP

NIP. 19570322 198602 1 002 Drs. Marzaini Manday, MSPD


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : PENGARUH PELAYANAN PRAMUWISATA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN KE MESJID RAYA MEDAN

Nama : MARIATUL QIPTIA

NIM : 102204015

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,

NIP. 19640821 199802 2 001 Arwina Sufika, S.E., M.Si.


(4)

ABSTRAK

Sumatera Utara merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia yang memiliki potensi dan peluang dalam pembangunan kepariwisataannya. Di daerah ini banyak pilihan wisata yang dapat diandalkan sebagai destinasi wisatawan, salah satunya objek wisata Mesjid Raya Medan. Usaha pemerintah menggalakkan pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara sejak pencanangan Visit Indonesia Year 1991 perlu didukung secara nyata oleh semua pihak yang berkecimpung dalam bidang ini. Baik itu pengusaha industri pariwisata, para duta kita di luar negeri, maupun pencetak tenaga-tenaga profesional serta pramuwisata yang merupakan pihak yang langsung berhubungan dengan wisatawan.. Pramuwisata mempunyai peranan penting dalam meningkatkan promosi pariwisata Indonesia. Dengan memberikan pelayanan yang baik, sehingga dapat memuaskan wisatawan. Sehubungan dengan upaya peningkatan kepariwisataan di Sumatera Utara, maka penting sekali pengadaan pramuwisata pada objek-objek wisata di Sumatera Utara untuk melengkapi sarana dan prasarana objek wisata yang tersedia, serta untuk memberikan pelayanan yang lebih memuaskan kepada wisatawan. Dengan adanya pramuwisata pada setiap objek wisata akan dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat mengenai sejarah serta hal-hal yang berkaitan dengan objek dan atraksi wisata, selain itu juga sebagai kawan yang menyenangkan bagi wisatawan selama mengunjungi objek wisata tersebut. Dengan pertimbangan di atas, diharapkan pramuwisata akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Sumatera Utara.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang selalu setia menemani dan memberikan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan judul, “Pengaruh Pelayanan Pramuwisata Terhadap Kunjungan Wisatawan ke Mesjid Raya Medan”.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, banyak dukungan dan bantuan baik dari segi moril, doa dan materi yang penulis peroleh dari berbagai pihak selama menjalankan perkuliahan dan sampai selesainya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih teristimewa kepada kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Yusmainur Yusuf Akip dan Ibunda Madinatul Hasnawari Lubis yang selama ini telah membesarkan, menjaga, mendidik dan memberikan segenap kasih sayang yang tulus dan murni kepada penulis.

Dalam kesempatan yang berharga ini, penulis tidak lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pariwisata

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Solahuddin Nasution, SE., MSP., selaku dosen pembimbing yang telah


(6)

4. Bapak Drs. Marzaini Manday, MSPD selaku dosen pembaca yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membaca serta mengoreksi kertas karya ini.

5. Bapak Solahuddin Nasution, SE, MSP., selaku Koordinator Praktek Jurusan

Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis.

6. Seluruh Dosen program studi Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, dan Para Staff Pegawai dan Pegawai Perpustakaan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh karyawan di SILK AIR khusus di Polonia Internasional Airport dan di bagian pelayanan yang telah membimbing penulis selama Praktek Kerja Lapangan.

8. Seluruh karyawan di PT. Bali Travel yang telah memberi izin selama Praktek Kerja Lapangan.

9. Buat saudara-saudara penulis, Kakak dan Abang yang tercinta, Rima Savitri, dan Ahmad Dahiqa Mayusa yang memberikan hangatnya kasih sayang dan dukungan kepada penulis. Serta keponakan tersayang Muhammad Faiz Abiyyu dan Muhammad Farruf Mulaziibna atas hiburannya.

10.Buat teman- teman seperjuangan Usaha Wisata angkatan 2010, Intan, Uci,

Erta, dan Zaza. Terima kasih atas perhatian dan pengertian kalian selama ini yang membuat penulis selalu merasa bahagia apabila berada di dekat kalian.


(7)

11.Buat sahabat-sahabat penulis, Lola, Lisa, Noe, Gina dan Mia. Kalian adalah sahabat terhebat yang pernah ada.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan kertas karya ini, baik ditinjau dari segi pengalaman, penyusunan, materi maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan kertas karya ini.

Demikianlah harapan penulis dan semoga kertas karya ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2013 Penulis

NIM 102204015 MARIATUL QIPTIA


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2Pembatasan Permasalahan ... 2

1.3Tujuan Penulisan ... 2

1.4Metode Penelitian ... 3

1.5Sistematika Penulisan ... 3

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA 2.1 Pengertian Pariwisata ... .. 5

2.2 Pengertian Wisatawan ……… 6

2.3 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ………....…... 8

2.4 Pengertian Sarana dan Prasarana ……… 11

2.5 Pengertian Pramuwisata ………... 14

2.5.1 Peranan Pramuwisata ……… 16

2.5.2 Pesyaratan Pramuwisata ……… 17


(9)

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN DAN MESJID RAYA MEDAN

3.1 Letak Geografis Kota Medan ... 24

3.2 Sejarah Kota Medan ... 25

3.3 Penduduk dan Mata Pencaharian …….………. 27

3.3.1 ODTW di Kota Medan ... 29

3.4 Sejarah Singkat Mesjid Raya Medan ... 33

3.5 Mesjid Raya Medan Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata ….. 36

BAB IV : PENGARUH PELAYANAN PRAMUWISATA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN KE MESJID RAYA MEDAN 4.1 Pengaruh Pelayanan Pramuwisata Terhadap Kunjungan Wisatawan ke Mesjid Raya Medan ……….. 43

4.2 Sikap Pramuwisata dalam Menghadapi Wisatawan yang Komplain 47 4.3 Meningkatkan Sikap Pramuwisata dalam Memberi Pelayanan …... 50

4.4 Memperbaiki Cara dan Teknik Pelayanan Pramuwisata ………….. 53

BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Mesjid Raya Medan ... 33 3.2 Ruangan Dalam Mesjid Raya Medan ... 36


(11)

DAFTAR TABEL

3.1 Jumlah Penduduk Kota Medan………... 28 3.2 ODTW di Kota Medan... 30 4.1 Tanggapan Wisatawan Terhadap Pelayanan dan Informasi yang


(12)

ABSTRAK

Sumatera Utara merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia yang memiliki potensi dan peluang dalam pembangunan kepariwisataannya. Di daerah ini banyak pilihan wisata yang dapat diandalkan sebagai destinasi wisatawan, salah satunya objek wisata Mesjid Raya Medan. Usaha pemerintah menggalakkan pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara sejak pencanangan Visit Indonesia Year 1991 perlu didukung secara nyata oleh semua pihak yang berkecimpung dalam bidang ini. Baik itu pengusaha industri pariwisata, para duta kita di luar negeri, maupun pencetak tenaga-tenaga profesional serta pramuwisata yang merupakan pihak yang langsung berhubungan dengan wisatawan.. Pramuwisata mempunyai peranan penting dalam meningkatkan promosi pariwisata Indonesia. Dengan memberikan pelayanan yang baik, sehingga dapat memuaskan wisatawan. Sehubungan dengan upaya peningkatan kepariwisataan di Sumatera Utara, maka penting sekali pengadaan pramuwisata pada objek-objek wisata di Sumatera Utara untuk melengkapi sarana dan prasarana objek wisata yang tersedia, serta untuk memberikan pelayanan yang lebih memuaskan kepada wisatawan. Dengan adanya pramuwisata pada setiap objek wisata akan dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat mengenai sejarah serta hal-hal yang berkaitan dengan objek dan atraksi wisata, selain itu juga sebagai kawan yang menyenangkan bagi wisatawan selama mengunjungi objek wisata tersebut. Dengan pertimbangan di atas, diharapkan pramuwisata akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Sumatera Utara.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Di Indonesia, sektor pariwisata merupakan salah satu andalan pemasukan devisa, penyedia lapangan kerja dan penggerak pada perekonomian disekitar objek wisata. Karena itu komponen bangsa harus turut mendukung kemajuan sektor pariwisata, baik menyangkut tata kelola kebijakannya maupun pengembangan potensi dan pelestarian objek wisatanya. Sebagai layaknya komoditi lain, yang dapat menghasilkan devisa dan memperbaiki neraca pembayaran hutang luar negeri.

Pariwisata dapat dikategorikan sebagai komoditi ekspor. Pariwisata dapat mendatangkan keuntungan bagi Indonesia. Indonesia bisa mendapat pemasukan yang luar biasa dari sektor pariwisata jika dikelola dengan baik dan benar. Berbagai kebijakan pemerintah setiap tahunnya ditempuh agar peningkatan mutu, pelayanan informasi, teknologi, komunikasi, sarana prasarana dan peningkatan kualitas pramuwisata dapat menjadi lebih baik.

Kota Medan merupakan daerah kunjungan wisata yang utama di Provinsi Sumatera Utara. Berbagai objek wisata menarik terdapat di kota ini, salah satunya adalah Mesjid Raya Medan. Mesjid Raya Medan merupakan Mesjid terbesar di Sumatera Utara yang dibangun oleh Sultan Deli. Mesjid Raya Medan


(14)

ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan mesjid lain karena masih terjaga keaslian bangunannya.

Demi menunjang kemajuan objek wisata Mesjid Raya Medan, maka sangat dibutuhkan partisipasi pramuwisata yang berkualitas menuju wisata di Kota Medan. Berdasarkan sudut pandang tersebut, penulis tertarik mengurai secara mendetail mengenai segala hal yang diperlukan untuk dapat menjadi seorang pramuwisata. Oleh karena itu penulis memilih judul kertas karya “Pengaruh Pelayanan Pramuwisata Terhadap Kunjungan Wisatawan ke Mesjid Raya Medan”.

1.2 Pembatasan Permasalahan

Berbicara mengenai pariwisata dewasa ini, pembahasannya akan sangat luas dan beranekaragam maka penulis tidak membicarakan secara menyeluruh. Karena itu penulis membatasi penulisan ini hanya mengenai “Pengaruh Pelayanan Pramuwisata Terhadap Kunjungan Wisatawan ke Mesjid Raya Medan”.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya

Program pendidikan Diploma III, Jurusan Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.


(15)

2. Untuk mengetahui sejauh mana pentingnya pramuwisata sebagai penunjang perkembangan kepariwisataan di Kota Medan.

3. Menambah pengetahuan penulis dibidang kepramuwisataan.

1.4 Metode penulisan

Dalam menyusun kertas karya ini penulis mengumpulkan data dengan dua cara, yaitu :

1. Studi pustaka (library research), yaitu pengumpulan data/teori dengan

membaca buku-buku perkuliahan dan bahan yang ada sangkut pautnya dengan kepariwisataan, serta yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Studi lapangan (field research), yaitu metode yang dilakukan dengan secara

langsung ke lapangan, guna memperoleh data-data dan informasi dengan mengadakan wawancara langsung ke narasumber.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini mengurai tentang alasan Pemilihan Judul Pembatasan Permasalahan, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.


(16)

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA Bab ini terdiri dari pengertian pariwisata, pengertian wisatawan, pengertian objek wisata dan daya tarik wisata, pengertian sarana dan prasarana pariwisata, pengertian pramuwisata, peranan pramuwisata, persyaratan pramuwisata, serta penggolongan pramuwisata.

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN DAN MESJID RAYA MEDAN

Dalam bab ini akan membahas tentang letak geografis Kota Medan, sejarah Kota Medan, penduduk dan mata pencaharian, ODTW kota Medan, sejarah singkat Mesjid Raya Medan, dan Mesjid Raya Medan sebagai objek dan daya tarik wisata.

BAB IV : PENGARUH PELAYANAN PRAMUWISATA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN KE MESJID RAYA MEDAN

Dalam bab ini akan membahas tentang pengaruh pelayanan pramuwisata dalam objek wisata Mesjid Raya Medan, sikap pramuwisata dalam menghadapi wisatawan yang komplain, meningkatkan sikap pramuwisata dalam member pelayanan, dan memperbaiki cara dan teknik pelayanan pramuwisata.

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA

2.1 Pengertian Pariwisata

Kata Pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu “ Pari dan Wisata

“(Yoeti,1985:102-103). Pari berarti berkali-kali, sedangkan wisata berarti perjalanan. Maka secara harfiah dapat disimpulkan Pariwisata adalah sebagai perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk lebih jelas, penulis telah mengutip beberapa pendapat para ahli tentang Pariwisata.

Wahab (dalam Pendit, 1986 : 29) memberikan batasan tentang pengertian pariwisata sebagai berikut :

“… Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya” Schulalard, seorang ahli ekonomi bangsa Austria, dalam Yoeti (1996 : 114) telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut:

“Tourism is the sum of operations,mainly of an economic nature,Which directly related to the entry,stay and movement of foreigner, Inside certain country,city or region”.

Freuler (dalam Yoeti, 1996 : 115 ) merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut :


(18)

“Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan ( cinta ) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat. Manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan”.

Menurut Hunziger dan Krapf dari Swiss (dalam Pendit, 1986 : 33),

“… Pariwisata didefenisikan sebagai sejumlah hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yg bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh.

Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata yang sesungguhnya adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubugan dengan wisata, termasuk pengelola dan penyelenggara objek serta daya tarik sehingga dengan usaha itu orang/wisatawan datang untuk mengunjunginya.

2.2 Pengertian Wisatawan

Ditinjau dari segi etimologi, wisatawan berasal dari kata “wisata”, yang artinya perjalanan dapat disamakan dengan kata travel dalam bahasa inggris.


(19)

Dalam pengertian ini orang melakukan perjalanan, maka wisatawan sama artinya dengan traveller.

Menurut Dirjen Pariwisata ( 1980 : 10 ) Wisatawan adalah merupakan:

“Setiap orang yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara di luar tempat tinggalnya untuk keperluan apapun kecuali mencari nafkah tetap/gaji”. Seseorang dapat dikatakan wisatawan apabila melakukan perjalanan dari tempat asalnya ke tempat lain dengan berbagai tujuan tetapi bukan untuk tinggal menetap.

Panitia Statistik Liga Bangsa-Bangsa (dalam Yoeti, 1996 : 137) pada sidang dewan yang diselenggarakan tanggal 22 Januari 1937, telah pula memberikan batasan tentang wisatawan sebagai berikut:

“. . .Istilah wisatawan hendaklah dimaksudkan, setiap orang yang mengadakan perjalanan selama 24 jam atau lebih dalam suatu negara yang lain dari negara di mana ia biasanya tinggal”.

Instruksi Presiden (InPres) No.9 Tahun 1969 mengatakan wisatawan adalah:

“...setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu”.

Pendapat Soekadijo (1997 : 3) mengatakan wisatawan adalah :

“…orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatangi”.

Holloway (dalam Pendit, 1986 : 30), mendefenisikan wisatawan sebagai:

“…seseorang yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengeluh bila ia membayar sesuatu yang tidak sesuai”.


(20)

Dari berbagai defenisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa wisatawan sebenarnya adalah seseorang ataupun sekelompok orang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan motif yang berbeda-beda tetapi bukan untuk tinggal menetap ataupun mencari nafkah.

2.3 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata merupakan salah satu faktor yang utama bagi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah atau negara. Membicarakan objek wisata dan daya tarik wisata ada baiknya dikatikan dengan pengertian produk dari industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu, karena sampai sekarang masih dijumpai perbedaan pendapat antara beberapa ahli mengenai produk usaha pariwisata disatu pihak dan objek daya tarik wisata dilain pihak. Menurut UU No. 9 tahun 1990 objek wisata ialah segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan manusia yang diciptakan oleh alam, sedangkan daya tarik wisata ialah segala sesuatu yang membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi daerah tersebut, dimana manusia harus mempersiapkan terlebih dahulu.

Bentuk objek wisata dan daya tarik wisata terdiri dari:

1. Objek wisata dan daya tarik ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud

keadaan alam, flora dan fauna.

2. Objek wisata dan dan daya tarik hasil karya manusia, yang berwujud

bangunan bersejarah, museum, peninggalan purbakala, seni budaya, wisata agro, wisata rekreasi, wisata alam, dan tempat hiburan.


(21)

Jenis objek wisata dan daya tarik wisata terdiri dari: 1. Objek dan daya tarik wisata alam.

2. Objek dan daya tarik wisata budaya. 3. Objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata diantaranya:

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang termasuk ke

dalam kelompok ini adalah:

a. Iklim, misalnya cuaca daerah, banyaknya sinar matahari dan sebagainya.

b. Bentuk tanah dan pemandangan, misalnya lembah pegunungan, danau,

sungai, air terjun, gunung merapi dan lain-lain.

c. Hutan belukar, misalnya lautan yang luas, banyak pohon-pohon dan lain

sebagainya.

d. Flora dan Fauna, seperti tanaman yang aneh, burung-burung cagar alam,

daerah perkebunan, dan sebagainya.

e. Pusat-pusat kesehatan (Health Center), dan yang termasuk dalam

kelompok ini, misalnya sumber air mineral, mandi air sulphur, sumber air panas. Semuanya itu dapat diharapkan meyembuhkan macam-macam penyakit .

2. Hasil ciptaan manusia (Man made Suply) berupa benda-benda yang

bersejarah, kebudayaan dan keagamaan (historical,cultural,danreligius), misalnya:


(22)

a. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau manusia. b. Museum, Art Gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handy carft.

c. Upacara tradisional, pameran festival, upacara perkawinan, dan lain-lain. d. Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, gereja, kuil, candi, dan pura. 3. Tata cara hidup masyarakat (the way of life)

Tata cara hidup tradisional dari suatu masyarakat adalah salah satu sumber yang sangat penting untuk ditawarkan pada wisatawan, bagaimana keadaan hidupnya, adat istiadat, semuanya merupakan daya tarik bagi wisatawan di daerah itu.

Ditinjau dari sudut pemasaran pariwisata terutama dalam pengembangan suatu daerah menjadi daerah tujuan wisata agar ia dapat menarik dikunjungi oleh wisatawan, ia harus memiliki 3 syarat, yaitu:

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut “something to see”, artinya di tempat tersebut harus ada objek dan daya tarik wisata yang berbeda, harus memiliki daya tarik khusus, disamping itu dia harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat disajikan sebagai entertainment bila orang datang kesana.

b. Di daerah terebut harus tersedia apa yang disebut “something to do”, artinya di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat dilihat dan disaksikan, sehingga mereka betah tinggal lebih lama dengan adanya kesibukan.


(23)

c. Daerah itu harus memiliki apa yang disebut dengan istilah “something to buy”, artinya di tempat tersebut harus tersedia tempat berbelanja (shoping) terutama barang-barang souvenir hasil kerajianan tangan rakyat sebagai oleh-oleh dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. Fasilitas untuk berbelanja ini tidak hanya menyediakan barang-barang yang dapat dibeli tapi harus pula tersedia sarana-sarana untuk lebih memperlancar, seperti: money changer, bank, kantor pos, telekomunikasi, dan lain-lain.

2.4 Pengertian Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah unsur penting dalam penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan agar semua kegiatan kepariwisataan dapat berjalan dengan lancar dan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Sarana dapat berupa transportasi, akomodasi, dan restauran, sedangkan prasarana dapat berupa prasarana jalan, rumah sakit dan lain-lain.

Sarana kepariwisataan dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu:

1. Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure) adalah

perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik

secaralangsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya sangat

tergantung kepada wisatawan. Contoh hotel, restauran, biro perjalanan umun, agen perjalanan, objek dan atraksi wisata.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure)


(24)

Fungsi sarana pelengkap ini tidak hanya untuk melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi juga untuk membuat wisatawan tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata, sarana pelengkap ini berupa sarana olahraga seperti kolam renang, lapangan golf, dan lapangan tenis.

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure)

adalah semua perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yang fungsinya bukan saja membuat wisatawan lebih lama berdiam disuatu daerah tujuan wisata, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah mengusahakan agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di daerah yang dikunjunginya. Contohnya Night Club, diskotik, kasino dan lain-lain.

Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian prasarana adalah sebagai berikut:

1. Menurut Lothar A. Krecht (Yoeti, 1981:hal 186-192), membagi prasarana

dalam dua bagian, yaitu:

a. Prasarana Perekonomian (Economic Infrastructure) terdiri dari

pengangkutan, prasarana komunikasi, prasarana utilities seperti air, listrik, dan prasarana sistem perbankan.

b. Prasarana Sosial (Social Infrastructure) terdiri dari sistem pendidikan, pelayanan kesehatan, faktor keamanan, petugas yang lagsung terlibat dalam pelayanan wisatawan.

2. Menurut Prof. Salah Wahab (Yoeti, 1981:hal 192-194), membagi prasarana


(25)

a. Prasarana umum (general infrastructure) adalah prasarana yang menyangkut orang banyak, yang pengadaannya untuk kelancaran roda perekonomian. Contohnya: air bersih, sistem irigasi, perhubungan, dan lain-lain.

b. Prasarana kebutuhan masyarakat banyak (Basic needs of Civil Life),

seperti bank, kantor pos dan rumah sakit.

c. Prasarana Kepariwisataan (Tourism Infrastructure) adalah prasarana yang menyangkut kepariwisataan, prasarana ini dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:

1. Receptive Tourist Plan adalah segala bentuk badan usaha mengurus kedatangan wisatawan: seperti agen perjalanan, BPU.

2. Residential Tourist Plan adalah semua fasilitas yang disediakan untuk menampung wisatawan, seperti: restauran, dan hotel.

3. Recreative dan Sportive Tourist Plan adalah semua fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan olahraga, seperti: kolam renang dan lapangan golf.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana kepariwisataan merupakan faktor penting dalam menjalankan kegiatan kepariwisataan sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.


(26)

2.5 Pengertian Pramuwisata

Pramuwisata merupakan orang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang suatu objek wisata. Sesuai dengan pengertian pramuwisata yang dikeluarkan oleh Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No:KM/82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998, yang dimaksud pramuwisata adalah: “Seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang objek wisata, serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan” .(Yoeti 2000:11)

Dari sudut pandang wisatawan, pramuwisata adalah seseorang yang bekerja pada suatu biro perjalanan atau suatu kantor pariwisata (Tourist Office) yang bertugas

memberikan informasi, petunjuk dan advis secara langsung kepada wisatawan

sebelum dan selama dalam perjalanan wisata berlangsung.

Di dalam perjalanan tugas seorang pramuwisata selalu berusaha agar para anggota rombongannya, mereka yang mendengarkannya, dapat mengerti dan selalu memperhatikan apa yang selalu disampaikannya. Oleh karena itu pramuwisata harus selalu dapat menarik perhatian seluruh anggota rombongan yang dibawanya. Apa yang dibicarakan, dikomentari, harus dapat member kesan (image) tentang kota atau daerah dan bahkan keharuman nama negara dan bangsanya .

Berikut ini pengertian pramuwisata menurut beberapa sumber: 1. International Travel Dictionary


(27)

From the point of tourist view, the tour guide is a person employed, either directly by the traveller, an official or private tourist organization or travel agent to infrom directly and advice the tourists before and during his journey. 2. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English

A person employed to point bout interesting sights on a journey or visit. 3. R.S Damardjati (Istilah-istilah Dunia Pariwisata, 2001:101)

Seoarang yang telah memiliki serifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata dan telah memiliki tanda pengenal (badge), sehingga berhak untuk menyelenggarakan bimbingan perjalanan serta pemberian penerangan tentang kebudayaan, kekayaan alam, dan aspirasi kehidupan bangsa Indonesia atau penduduk suatu wilayah dan mengenai suatu objek spesialisasi khusus terhadap para wisatawan baik sebagai perorangan atau dalam suatu kelompok, dengan menggunakan satu atau beberapa bahasa tertentu.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pramuwisata adalah seseorang yang mengarahkan sebuah tour. Pramuwisata merupakan kunci utama yang akan membawa wisatawan mendapat pengalaman-pengalaman selama tour. Pramuwisata juga merupakan seseorang yang memimpin wisatawan dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang memilii daya tarik bagi wisatawan dengan komitmen, keyakinan diri, persiapan yang baik dan tidak buru-buru.


(28)

2.5.1 Peranan Pramuwisata

Di dalam kepariwisataan seorang pramuwisata dituntut sedemikian rupa agar citra pariwisata Indonesia, citra negara dan bangsa Indonesia berada dipundaknya. Karena itu, peranan pramuwisata sangat penting. Ibarat dalam pertempuran, pramuwisata merupakan pasukan tempur yang harus memenangkan perang.

Dilihat dari pihak wisatawan yang akan diberikan pelayanan, maka pramuwisata adalah teman dalam perjalanan yang dianggap serba tahu dan kepadanya nasib diserahkan selama perjalanan wisata yang diselenggarakan. Bagi wisatawan,

pramuwisata dianggap sebagai “guru besar” yang ahli dalam bidangnya untuk

memberikan penjelasan tentang Indonesia secara umum, termasuk penduduk, sejarah, potensi ekonomi, politik, seni budaya, lambang negara, dan falsafah Pancasila.

Kenyamanan wisatawan selama perjalan merupakan tujuan utama seoarang pramuwisata. Apabila pelayanan yang diberikan oleh seorang pramuwisata selama penyelenggaraan wisata kurang memuaskan wisatawan, maka sudah sewajarnya jika

wisatawan mengeluh (complaint) kepada perusahaan perjalanan yang dipakai

wisatawan tersebut. Wisatawan akan meminta pertanggungjawaban perusahaan atas perjanjian yang telah disepakati bersama.

Itulah yang harus diingat oleh pramuwisata, bahwa ia tidak dapat melakukan kegiatannya secara bebas, namun terikat oleh aturan dan tanggungjawab yang diberikan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Seorang pramuwisata bertanggungjawab terhadap semua kegiatan perjalanan kepada perusahaan yang memperkerjakannya. Majunya suatu perusahaan perjalanan juga tergantung kepada pelayanan yang


(29)

diberikan oleh pramuwisata. Pelayanan yang diberikan baik maka image yang muncul juga baik. Sebaliknya pelayanan yang diberikan buruk, maka akan memberikan image yang buruk pula terhadap suatu perusahaan perjalanan.

Dalam industri pariwisata, seoarang pramuwisata harus memberikan cerminan dari kehidupan bangsa sendiri dengan segala kepribadiannya dan selalu dapat dan ingin bekerja sama dengan segala jenis bangsa yang datang ke Indonesia. Dalam memberikan pelayanan, seorang pramuwisata dipantangkan membedakan pemberian pelayanan kepada wisatawan yang dilayaninya. Bagi seorang pramuwisata semua manusia adalah sama tanpa membedakan ras, bangsa, dan agama, karena dalam kepariwisataan orang hanya dikenal secara universal.

Secara lebih luas pramuwisata adalah duta bangsa atau duta daerah tempat bertugas. Pengekspresian pramuwisata dianggap oleh wisatawan sebagai cerminan karakter masyarakat setempat. Demikian pula dengan segala sesuatu yang disampaikan oleh pramuwisata. Mengingat hal tersebut, maka seorang pramuwisata hendaknya dapat memberikan informasi dengan benar dan baik menyangkut negara, kota, maupun suatu desa, objek wisata, budaya dan lain-lain.

2.5.2 Persyaratan Pramuwisata

Secara formal untuk menjadi seoarang pramuwisata (Tour Guide) sesuai

dengan Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No.KM.82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998, khususnya dalam Pasal 8 Bab III, syarat-syarat untuk menjadi pramuwisata ditentukan sebagai berikut:


(30)

1. Untuk menjadi pramuwisata dan pengatur wisata diisyaratkan memiliki sertifikasi sebagai hasil mengikuti kursus dan ujian, serta diberika tanda pengenal (badge) sebagai ijin operasional.

2. Materi ujian, bentuk sertifikat, dan tanda pengenal (badge) pramuwisata dan pengatur wisata ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pariwisata.

3. Sertifikat dan tanda penegenal (badge) pramuwisata oleh Gubernur

Kepala daerah Tingkat I atau pejabat yang ditunjuk. Untuk mengikuti kursus dan ujian Pengatur Wisata disyaratkan:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 25 (duapuluh lima) tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar;

d. Memiliki keterampilan membawa rombongan wisata;

e. Memiliki sertifikat Pramuwisata Madya atau telah berpengalaman di

bidang pramuwisata selama 5 (lima) tahun;

f. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu

bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan serta atraksi pariwisata di seluruh Indonesia;

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Muda disyaratkan:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun;


(31)

d. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah Tingkat II tempat Pramuwisata Muda dan Daerah Tingkat I secara umum;

e. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Madya disyaratkan sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 22 (duapuluh dua) tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar;

d. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu

bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah Tingkat I tempat Pramuwisata Madya dan Indonesia secara umum;

e. Memiliki kemampuan membawa rombongan wisata;

f. Memiliki sertifikat Pramuwisata Muda atau telah berpengalaman di

bidang Pramuwisata selama 3 (tiga) tahun;

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Oleh karena itu setiap orang yang berkeinginan untuk menjadi seorang pramuwisata harus melalui prosedur tersebut diatas. Hal ini dianggap perlu karena pemerintah saat ini sedang melakukan penertiban terhadap pramuwisata liar yang tidak terdaftar demi menjaga nama baik korp pramuwisata dari petualang.


(32)

2.5.3 Penggolongan Pramuwisata

Pada Pasal 2 Bab II Surat Keptutusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi tersebut di atas atau sesuai dengan penggolongan yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pariwisata, pramuwisata dapat digolongkan sebagai berikut: Pertama : Pramuwisata Muda, yakni pramuwisata yang bertugas di wilayah Daerah

Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I tempat sertifikat keahliannya diberikan.

Kedua : Pramuwisata Madya, yaitu pramuwisata yang bertugas dan beroperasi dalam Wilayah Daerah Tingkat I, tempat sertifikat keahliannya dikeluarkan.

Kita mengenal ada macam-macam pramuwisata, yang dibedakan dari keahlian dan tempat objek pramuwisata bekerja. Oleh karena itu, pramuwisata dapat dikelompokkan sesuai dengan sudut pandang berikut ini:

1. Berdasarkan Status, yaitu: a. Payroll Guide

Payroll Guide adalah pramuwisata yang berstatus sebagai pegawai tetap

perusahaan perjalanan (travel agency) dengan mendapat gaji tetap

disamping komisi dan tip yang diterima dari wisatawan. b. Part timer/Free lance Guide

Part timer/Free lance Guide adalah pramuwisata yang bekerja pada suatu perusahaan perjalanan tertentu dan dibayar untuk tiap pekerjaan yang dilakukan serta tidak terikat oleh suatu perusahaan perjalanan tertentu.


(33)

c. Member of guide Association

Member of guide Association adalah pramuwisata yang berstatus sebagai peserta dari suatu asosiasi pramuwisata dan melakukan kegiatannya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh asosiasi tersebut.

d. Government Officials

Government Officials adalah pegawai pemerintah yang bertugas untuk memberikan informasi kepada tamu tentang suatu aktivitas, objek, atau suatu wilayah tertentu.

e. Company Guide

Company Guide adalah karyawan sebuah perusahaan yang bertugas memberikan penjelasan kepada tamu tentang aktivitas atau objek perusahaan.

2. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang dipandu, yaitu: a. Individual Tourist Guide

Individual Tourist Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan individu.

b. Group Tour Guide

Group Tour Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan rombongan.

c. Domestic Tourist Guide

Domestic Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan nusantara/domestik.


(34)

d. Foreign Tourist Guide

Foreign Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan mancanegara.

3. Berdasarkan ruang lingkup kegiatannya, yaitu: a. Transfer Guide

Transfer Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya menjemput wisatawan di bandara, pelabuhan laut, stasiun atau terminal menuju ke hotel atau sebaliknya mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel lainnya.

b. Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide

Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya memandu wisata dalam suatu tour.

c. Local/Expert Guide

Local/Expert Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya khusus memandu wisatawan pada suatu objek atau atraksi wisata tertentu, misalnya museum, wisata agro, river rafting, goa, gedung bersejarah dan lain-lain.

d. Common Guide

Common Guide adalah pramuwisata yang dapat melakukan kegiatan baik transfer maupun tur.


(35)

e. Driver Guide

Driver Guide adalah pengemudi yang sekaligus berperan sebagai pramuwisata. Pramuwisata yang bertugas mengantar wisatawan ke objek atau atraksi wisata yang dikehendaki sekaligus memberikan informasi yang diperlukan.


(36)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN DAN MESJID RAYA MEDAN

3.1 Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini di lalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C. Kota Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Labuhan dengan luas sebesar 36,67 km². Luas Kota Medan secara keseluruhan adalah sebesar 265,10 km


(37)

3.2 Sejarah Kota Medan

Kota Medan dahulu dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah yang berawa-rawa ± seluas 4.000 Ha. Sejumlah sungai melintasi Kota Medan yang semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai tersebut adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus yang lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan - Deli).

Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang populer. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Pada awal perkembangannya, Medan merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura,


(38)

tidak jauh dari Jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung Medan Putri yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.

Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik. Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Alqur'an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip buku "Deli in Woord en Beeld" yang ditulis oleh N. Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat di pertemuan antara dua sungai yakni Sei Deli dan Sei Babura. Rumah Administrateur terletak di seberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuanku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.


(39)

3.3 Penduduk dan Mata Pencaharian 1. Penduduk

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India.

Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain-lain. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan yang lain.

Komposi Penduduk Kota Medan tidak hanya dilihat berdasarkan suku, tetapi juga berdasarkan jenis kelamin, agama, mata pencaharian, dan pendidikan. Komposisi penduduk Kota Medan juga dapat dilihat dari agama yang dianut oleh penduduk Kota Medan. Mayoritas Penduduk Kota Medan menganut agama Islam disusul kemudian oleh agama Kristen, dan Budha. Sementara agama Hindu merupakan agama yang paling sedikit dianut oleh penduduk Kota Medan.

Mayoritas penduduk Kota Medan bekerja pada sektor keuangan, usaha persewaan bangunan, dan jasa perusahaan.


(40)

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya. Pada tahun 2009, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.121.053 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 216.780 jiwa (11,38 %). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km, kepadatan penduduk mencapai 8.001 jiwa/km.

Table 3.1

Jumlah Penduduk Kota Medan

Tahun Jumlah

2005 2.036.185 jiwa

2006 2.067.288 jiwa

2007 2.083.156 jiwa

2008 2.102.105 jiwa

2009 2.121.053 jiwa

2010 2.109.339 jiwa

2011 2.257.259 jiwa

2012 2.970.032 jiwa


(41)

2. Mata Pencaharian

Perekonomian Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (35,02%), yang disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 19,70%. Dari besaran nilai kedua sektor tersebut maka dapat dikatakan bahwa potensi unggulan yang paling mungkin berkembang di Kota Medan adalah sektor perdagangan dan industri. Seperti diketahui, dengan status Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia maka wajar bila arahan pembangunan kota lebih menitikberatkan pada kedua sektor tersebut, apalagi dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang ada.

Di Kota Medan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang. Rata-rata para pengusaha Medan ini menjadi pedagang di komoditas perkebunan. Di sektor perdagangan ini dikuasai oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Orang-orang Mandailing menguasai bidang pemerintahan dan politik, sedangkan dalam bidang pendidikan, hukum, kesehatan, jurnalistik banyak dilakukan oleh orang Minangkabau yang menetap di Medan.

3.3.1 ODTW di Kota Medan

Adapun berbagai ODTW di Kota Medan yang telah dikelola dan dikembangkan oleh pihak pemerintah maupun swasta dapat dilihat di bawah ini. Lihat Tabel 3.2


(42)

Tabel 3.2

Jumlah ODTW yang terdapat di Kota Medan

No ODTW di Kota Medan Jenis Objek

1 Istana Maimoon Sejarah

2 Mesjid Raya Bangunan

3 Klenteng Gunung Timur Sejarah

4 Rahmat Gallery Fauna

5 Kuil Shri Mariamman Bangunan

6 Kebun Binatang Fauna

7 Asam kumbang Taman Budaya

8 Tjong A fie Mansion Sejarah

9 Menara Tirtanadi Sejarah

10 Museum Perjuangan Sejarah

Sumber : (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan, 2012) .

Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumut melalui 3 (tiga) pintu masuk pada Januari 2013 tercatat 17.277 orang, turun sebesar 31,61% dibanding Desember 2012 (25.263 orang). Jumlah tersebut juga turun 4,75% dibanding bulan yang sama tahun lalu

1. Istana Maimoon

Istana Maimoon merupakan salah satu objek wisata utama di Medan. Istana ini dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun Al-Rasyid memerintah dari tahun 1873-1924. Arsiteknya adalah TH.Van Erp bekerja sebagai tentara KNIL. Rancangannya melambangkan Bangunan Tradisional Melayu dan India Muslim. Sedangkan gaya arsitekturnya perpaduan antara Indonesia, Persia, dan Eropa.


(43)

2. Mesjid Raya

Mesjid ini sebagai lambang Kota Medan. Mesjid ini dapat menampung sekitar 1500 jamaah. Mesjid ini dibangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid di desain oleh Dengimans dari Belanda dengan gaya Moorish dan berdiri pada tahun 1906.

3. Klenteng Gunung Timur

Vihara Gunung Timur dikenal sebagai Vihara Budha tertua di Medan. Didirikan oleh umat Budha pada tahun 1962, terletak di suatu lokasi strategis ditepi sungai Babura. Vihara ini digunakan untuk bersembahyang setiap hari dan juga digunakan untuk acara ritual lainnya dalam agama Budha seperti memperingati hari ulang tahun Sidharta Gautama biasanya tanggal 4-15 April setiap tahun, Perayaan Imlek dan sebagainya.

4. Rahmat Gallery

Rahmat International Wildlife Museum & Gallery adalah satu-satunya di Asia yang memiliki ± 850 koleksi satwa dari berbagai negara. Keseluruhan species diawetkan dengan penampilan eksperif dan anatomi estetika berkualitas tinggi sehingga benar-benar terlihat seperti binatang hidup. Museum yang terbagi dalam 6 bagian, menampilkan kelompok binatang menyusui, unggas, binatang melata, amphibi, ikan dan serangga. Keseluruhan binatang dikumpulkan secara profesional melalui kejuaraan berburu yang sesuai dengan peraturan konservasi binatang liar internasional.


(44)

5. Kuil Shri Mariamman

Kuil Shri Mariamman merupakan kuil Hindu tertua di Medan. Dibangun pada tahun 1884 oleh umat Hindu dan berada di jalan Zainul Arifin.

6. Kebun Binatang

Kebun Binatang ini dikelola oleh Pemerintah Kota Medan yang berisi berbagai jenis hewan tropis, hewan-hewan mamalia, reptil, dan lain-lain. Luas areal sekitar ± 30 hektar dengan jarak 10 km dari pusat kota, terletak di Jalan Pintu Air IV Kelurahan Simalingkar B Medan Tuntungan. Buka setiap hari pukul 09.00-17.00 Wib.

7. Asam Kumbang

Lo Than Mok pemilik 2600 ekor buaya, yang mulai pemeliharaan sejak 1959. Terletak di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang, luas area ± 2 hektar, jaraknya 10 km dari pusat kota.

8. Tjong A Fie Mansion

Merupakan rumah tua yang merupakan peninggalan Tjong Afie dengan desain perpaduan Tionghoa Melayu dan Eropa. Disini kita bisa menikmati sejarah kehidupan , mempelajari budaya perpaduan Melayu dan Tioghoa serta peningalan yang bersejarah baik itu lukisan, maupun perabitan rumah tangga keluarga Tjong Afie. Lokasi Tjong Afie di Jl. Ahmad Yani Kesawan Medan dan mudah untuk ditemukan, tak jauh dari Merdeka Walk.


(45)

9. Menara Tirtanadi

Satu ciri lagi khas Kota Medan adalah bangunan Menara Air yang kini menjadi milik Perusahaan Air Minum Daerah Tirtanadi. Menara Tirtanadi sebagai tangki penyimpanan air bersih kebutuhan warga kota sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang.

10. Museum perjuangan

Museum Militer ini dibuka pada tahun 1971. Museum ini merupakan salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi yang menyimpan benda-benda sejarah perjuangan ABRI dan rakyat di Sumatera Utara seperti senjata, obat-obatan dan pakaian seragam yang digunakan pada perang kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun 1958. Museum ini terletak di Jalan Zainul Arifin.

3.4 Sejarah Singkat Mesjid Raya Medan

Gambar 3.1 Mesjid Raya Medan


(46)

Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di mesjid ini. keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan memang sengaja membangun mesjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Thionghoa yang sejaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyid turut berkontribusi mendanai pembangunan mesjid ini.

Mesjid Al -Mashun Medan yang terletak di jantung kota tepatnya di Jalan Sisingamangaraja, meski usianya 100 tahun lebih atau seabad (1906 - 2000), namun bangunan dan berbagai ornamennya masih tetap utuh dan kokoh. Peninggalan kerajaan Islam Melayu Deli hingga kini masih menjadi kebanggaan umat Islam Medan dan Sumut, bahkan menjadi salah satu keunikan sejarah Islam masyarakat Melayu di Sumatera maupun di Malaysia. Karenanya, rumah Allah ini tidak pernah sepi dari kunjungan umat baik untuk beribadah atau sekedar ber itikaf siang atau malam, apalagi kalau saat-saat bulan Ramadhan seperti ini pintu bangunan tua ini nyaris tidak ditutup selama 24 jam. Masjid yang menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah


(47)

biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18.

Merupakan salah satu peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9 Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 - 1924 . Masjid Raya Al- Mashun sendiri dibangun tahun 1906 diatas lahan seluas 18.000 meter persegi, dapat menampung sekitar 1.500 jamaah dan digunakan pertama kali pada hari Jum’at 25 Sya’ban 1329 H ( 10 September 1909). Peninggalan Sulthan Ma’moen lainnya yang hingga kini masih utuh bahkan menjadi andalan objek wisata sejarah Medan adalah Istana Maimoon yang selesai dibangun 26 Agustus 1888 dan mulai dipakai 18 Mei 1891, dan berbagai bangunan tua lainnya seperti residen pejabat kesulthanan, masjid dan ruang pertemuan yang tersebar di berbagai pelosok bekas wilayah kesulthanan Melayu Deli kini wilayah Kodya Medan, Kodya Binjai, Kab.Langkat dan Kab. Deli Serdang.

Mesjid Raya al-Ma`shun Medan terletak di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Baru, Kotamadia Medan, kira-kira 3 km dari bandara Polonia, dan 28 km dari pelabuhan Belawan. Di sebelah barat dibatasi dengan jalan Mahkamah, disebelah utara dibatasi dengan jalan Masjid, serta di selatan terdapat pemukiman yang dibatasi oleh jalan Sipiso-piso. Bangunan mesjid berdiri di atas sebidang tanah yang cukup luas meliputi 13.200 m2. Mesjid menghadap ke arah timur dan dikelilingi oleh pagar dari besi setinggi 1 m. Areal mesjid merupakan


(48)

sebuah kompleks yang terdiri atas bangunan pintu gerbang di sisi timur laut dan tempat wudhu di sisi timur. Di sebelah barat laut dan barat daya terdapat deskripsi bangunan.

3.5 Mesjid Raya Medan Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata

Sejarah adalah sesuatu kejadian di masa lalu yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak. Setiap daerah tentunya punya sejarah tersendiri, demikian pula dengan Kota Medan. Kota ini dulu dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah yang berawa-rawa ± seluas 4.000 Ha. Banyak tempat wisata bersejarah yg dapat dikunjungi salah satunya yaitu Mesjid Raya. Mesjid Raya adalah ikon Kota Medan karena mesjid yang merupakan salah satu mesjid yang paling indah dan masih ada di Indonesia. Arsitektur yang unik dan desain interior mesjid ini memberikan karakter yang khas.

Gambar 3.2 Ruangan dalam Mesjid Raya


(49)

Bila kita akan memasuki Mesjid Raya al-Ma’shun Medan harus melalui

gapura. Gapura ini memiliki dua bush ruangan yang terdapat pada sayap kiri dan

kanan gapura. Ruangan ini sekarang difungsikan sebagai kantor pengurus mesjid. Setelah kita memasuki gapura, di halaman mesjid akan dijumpai bangunan induk, di sisi timur terdapat bangunan tempat wudhu, dan di sisi utara dijumpai pondasi berbentuk lingkaran yang difungsikan sebagai taman, serta di sisi barat laut masjid terdapat menara mesjid. Bangunan Mesjid Raya Medan dikelilingi saluran air selebar 0,5 m, dan dalam 0,5 m. Bangunan mesjid ini berdiri di atas pondasi masif dan pejal dengan ketinggian 2,3 m dari permukaan tanah. Fondasi terbuat dari tembok denah mesjid berbentuk persegi delapan (oktagonaf). Ruangan-ruangan dalam bangunan induk terdiri atas serambi dan ruang utama mesjid.

Serambi

Untuk memasuki serambi pada bangunan induk melalui tangga dengan 13 anak tangga yang terletak pada sisi-sisi timur laut, tenggara, dan barat laut. Tangga ini berukuran lebar 4 m, tinggi 18 cm, terbuat dari bahan marmer berwarna putih. Serambi mengelilingi ruang utama mesjid yang berfungsi sebagai tempat shalat. Bangunan serambi terletak di sebelah barat, timur, utara, dan selatan berbentuk seperti lorong dan denahnya masing-masing berbentuk empat persegi panjang dengan


(50)

ukuran 18 × 3 m. Pada sudut tenggara, timur taut, barat taut, dan barat daya terdapat serambi yang lebih tertutup, mempunyai ruangan berbentuk persegi delapan dengan keempat sisi yang panjang berukuran 6 m, dan empat sisi pendek berukuran 3 m. Antara serambi yang terdapat di sebelah barat, timur, utara, dan selatan dengan serambi yang terletak di sudut-sudut terdapat lengkung ladam kuda yang bulat dengan ukuran tinggi sampai ke puncak lengkungan 3 m dan lebar 2 m. Serambi-serambi yang terletak di sudut masingmasing memiliki satu buah pintu masuk yang terbuat dari kayu dan berhiaskan geometris. Selain pintu, masing-masing juga memiliki dua buah jendela yang berhias. Sebelum memasuki serambi lebih dulu harus melalui pintu yang terdapat di sudut timur taut yang merupakan pintu depan/utama. Pintu yang lain terletak di sudut tenggara (pintu samping), dan sudut barat daya (pintu belakang mesjid). Pintu-pintu ini berbentuk lengkungan tiga. Pada sisi luar serambi utama, timur, selatan, dan barat masing-masing terdapat deretan sembilan buah tiang yang dihubungkan satu sama lain serta disusun secara horizontal. Tiang ini berdiameter 30 cm dan keliling 94,2 cm, tinggi 3 m. Bagian dasar (lapik tiang base) berbentuk bujur sangkar dengan sisi 45 cm, dan tinggi 10 cm. Di atasnya terdapat pelipit setengah lingkaran yang berbentuk sisi persegi delapan dengan tinggi 10 cm.Bagian puncak berbentuk bujur sangkar dengan sisi 45 cm dan tinggi 25 cm, dihias dengan pelipit rata dan lekukan-lekukan yang terdapat pada setengah bagian puncak hingga 15 cm dari atas kolum (bagian atas tiang atas). Lantai pada serambi timur, barat, selatan, utara dari tegel disusun secara memanjang. Bentuk tegelnya bujur sangkar dengan sisi berukuran 15 cm dan berbentuk oktagonal dengan sisi-sisi 5 cm. Demikian juga lantai


(51)

pads serambi di sudut tenggara, barat daya, barat laut, dan timur laut mesjid bentuknya sama dengan serambi-serambi tersebut.

Ruang utama

Dinding serambi bagian dalam merupakan dinding pembatas antara ruang serambi dan ruang utama mesjid. Ruang utama mesjid merupakan ruang bagian dalam mesjid, memiliki dinding berdenah persegi delapan dengan ketinggian 11,5 m. Pada sisi timur, selatan, barat dan utara dinding ini masing-masing memiliki satu buah pintu masuk yang terbuat dari kayu serta di sisi kiri dan kanan pintu ini terdapat dua bush jendela yang terbuat dari kaca berhias (starnet glass). Pada sisi tenggara, timur laut, barat daya dan barat laut ruang utama mesjid terdapat satu buah pintu masuk ke ruang utama terbuat dari kayu. Pintu ini berbentuk empat persegi panjang lebar 2 m, dan tinggi 3 m. Daun pintu ini berhiaskan pola geometris. Selain itu, pada dinding ruang utama masjid terdapat delapan bush jendela kaca yang berhias, masing-masing dua buah pada setiap dinding timur, selatan, barat, dan utara. Jendela ini berukuran lebar 0,5 m dan tinggi sampai kemuncak lengkungan 1,2 m, terdapat pada dinding ruang utama masjid sisi timur, barat, selatan, barat dan utara masing-masing empat buah. Di dalam ruang utama mesjid terdapat tiang, mihrab, mimbar, dan mimbar kedua (dikba).

Mihrab

Mihrab adalah sebuah ruangan di dalam mesjid tempat imam shalat, terletak di sisi barat laut mesjid sebagai tanda arah kiblat. Mihrab ini berupa relung berbentuk


(52)

lengkungan ladam kuda yang runcing dan menjorok ke depan sekitar 95 cm. Bahan mihrab dari marmer berwarna hijau dan krem. Ukuran mihrab lebar 2,5 m dan tinggi sampai ke puncak lengkungan 5,5 m. Di sisi kanan luar mihrab terdapat dua buah tiang semu terbuat dari marmer. Di bawah relung mihrab juga terdapat tiang tiang

semu (pilaster) yang menonjol dan berderetan berjumlah sepuluh buah dengan

ukuran tinggi 34 cm. Pada bagian atas pilaster dihubungkan dengan deretan lengkungan-lengkungan kecil yang tingginya 10 cm.

Mimbar

Di dalam ruang utama bangunan induk terdapat dua mimbar yakni mimbar I terletak di sebelah barat laut, tepatnya di sebelah kiri mihrab dan mimbar 11 terletak di sebelah timur. Mimbar I berdenah empat persegi panjang dengan ukuran panjang 4,5 m, lebar I m. Tinggi mimbar sampai ke puncak ± 6 m. Tinggi kaki mimbar 18 cm dari permukaan. Untuk memasuki mimbar melalui sembilan anak tangga. Di ujung kanan kiri tangga terdapat dua buah tiang yang berukuran tinggi 1,26 m dan terbuat dari marmer. Pipi tangga terbuat dari kayu, terdiri atas tiang tiang kayu yang disambungkan dengan lengkungan berbentuk melingkar-lingkar dari ujung anak tangga yang pertama sampai kesembilan dengan ketinggian 1,16 m. Tubuh mimbar terbuat dari manner berwarna kuning gading. Atap mimbar berbentuk kubah ditopang oleh delapan tiang berbentuk silinder dengan tinggi I m. Antara tiang satu dengan tiang lainnya dihubungkan dengan lengkungan. Pada bagian puncak kubah mimbar terdapat hiasan kemuncak atap. Atap dan tiang mimbar terbuat dari bahan tembaga


(53)

dan pada bagian dalam diukir dengan motif pilin berganda dan daun-daunan. Mimbar 11 ini disebut dikba, merupakan tempat wakil imam (bilal) untuk mengulang ucapan-ucapan imam dalam saat-saat tertentu, juga untuk tempat azan yang kedua, membuka acara shalat (khusus shalal Jum’at) dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an. Dikba merupakan bangunan yang terbuka tanpa atap dan mempunyai dua buah tangga naik berbentuk melingkar yang saling berhubungan. Tangga dikba berpagar setinggi 60 cm merupakan pipi tangga. Di bawah tangga terdapat pilar yang berfungsi sebagai penyangga. Pilar bagian bawah setinggi 35 cm dan berdiameter I m berbentuk oktagonal dengan pelipit rata yang makin ke atas makin mengecil dan dihiasi geometris. Pilar bagian tengah berbentuk oktagonal dengan garis tengah I m dan tinggi 50 cm. Bagian mil dihiasi dengan panil yang berbentuk persegi panjang dan geometris, serta pelipit rata. Pelipit-pelipit ini makin ke atas makin mengecil. Pilar bagian atas berbentuk oktagonal dan disekelilingnya terdapat 16 tiang berbentuk silinder yang disambungkan dengan lengkungan. Tinggi tiang 50 cm dan di atasnya terdapat pelipit-pelipit yang makin ke atas makin membesar.

Latar Sejarah

Mesjid Raya Al Ma’shun Medan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga Kerajaan Sultan Deli ini didirikan pada tanggal 21 Agustus 1906. Arsiteknya T.H. Van. Erp dari Belanda adalah seorang perwira Zeni Angkatan Darat KNIL, juga banyak mendesain bangunan-bangunan besar di Jakarta. Nama Al Ma’shun berarti “mesjid yang mendapat pemeliharaan dari Allah SWT”. Pembangunan mesjid selesai


(54)

dalam tiga tahun. Peresmian pernakaiannya bertepatan dengan hari dilaksanakan shalat Jum’at yang dihadiri oleh pembesar-pembesar kerajaan termasuk Sri Paduka All Ma’shun, Tuanku Sultan Amis, Abdul Jalal Rakhmadsyah dari Langkat dan Sultan Sulaiman Alamsyah dari negeri Serdang. Pada masa lalu mesjid ini merupakan tempat shalat Jum’at satu-satunya di wilayah Kesultanan Deli. Hal ini menunjukkan bahwa Mesjid Raya al-Ma’shun Medan merupakan mesjid Kesultanan tetapi tidak

terdapat tempat sembahyang khusus untuk Sultan (maksurah) seperti pada umumnya

mesjid-mesjid Kesultanan. Pada tahun 1970 M dilakukan pengecatan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata pada bagian luar dengan menyesuaikan wama aslinya. Tahun 1991 dilaksanakan perbaikan yang meliputi perbaikan jalan, taman, pekarangan, halaman, dan pergantian bola-bola lampu yang rusak. Perbaikan ini dilakukan oleh Proyek Rehabilitasi, Dinas Bangunan Kotamadia Daerah Tingkat II Medan.


(55)

BAB IV

PENGARUH PELAYANAN PRAMUWISATA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN KE MESJID RAYA MEDAN

4.1 Pengaruh Pelayanan Pramuwisata dalam Objek Wisata Mesjid Raya Medan

Pramuwisata juga mempunyai misi tersendiri selama menjalankan tugasnya, yaitu memperkenalkan kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam dengan jalan memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai objek wisata yang bersangkutan. Cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh pramuwisata harus dibuat semenarik mungkin supaya wisatawan yang dibawanya mengerti apa yang disampaikan oleh pramuwisata, sehingga misi yang dijalankan dapat tercapai. Apabila pramuwisata telah dapat melakukan hal tersebut di atas, maka wisatawan dapat menikmati kunjungannya ke objek wisata tersebut sehingga terpenuhilah tujuan dari ODTW untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wisatawan. Disinilah letak pengaruh pramuwisata terhadap objek wisata tersebut.

Di lain pihak, wisatawan akan merasa bahwa kunjungannnya ke objek wisata tersebut tidak sia-sia, karena mereka memperoleh apa yang mereka inginkan, yaitu informasi yang benar mengenai objek wisata yang mereka kunjungi dan juga pengetahuan baru mengenai kebudayaan Indonesia yang disampaikan melalui pramuwisata. Oleh karena itu, pramuwisata yang bertugas diharapkan betul-betul menguasai materi mengenai objek wisata yang bersangkutan, sehingga tidak


(56)

mengecewakan wisatawan karena tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka yang berhubungan dengan objek wisata tersebut.

Hal yang penting pada saat pertama kali bertemu dengan dengan wisatawan adalah bagaimana cara pramuwisata supaya wisatawan tersebut menaruh kepercayaan terhadapnya dengan sikap dan perkataannya. Hal ini penting artinya bagi pramuwisata, karena kalau pada saat pertama kali bertemu wisatawan sudah tidak mempercayainya, maka selanjutnya ia tidak akan begitu memperhatikan apa yang diucapkan oleh pramuwisata.

Seorang pramuwisata juga harus mengetahui kebiasaan-kebiasaan wisatawan dari berbagai negara. Pengetahuan ini penting, supaya pramuwisata dapat cepat beradaptasi dengan rombongannya. Dengan demikian proses penyampaian informasi akan lebih berhasil. Dalam tugasnya sehari-hari, pramuwisata di objek wisata Mesjid Raya Medan rata-rata membawa wisatawan tiga kali dalam sehari, bahkan mencapai tujuh kali pada waktu musim liburan. Status dari pramuwisata pada objek wisata tersebut adalah free lance, tetapi mereka diwajibkan untuk datang setiap hari seperti pegawai tetap. Sehingga statusnya dapat dikatakan setengah terikat setengah tidak terhadap objek wisata tersebut.

Gambaran seorang pramuwisata yang profesional menurut mereka adalah seseorang yang tahu apa yang dibutuhkan oleh wisatawan yang berkunjung serta mengetahui segala informasi mengenai objek wisata yang bersangkutan secara rinci, serta objek wisata lain yang berhubungan dengan objek wisata tersebut. Yang dimaksud dengan tahu apa yang dibutukan oleh wisatawan adalah mengetahui apa


(57)

tujuan wisatawan datang ke objek wisata tersebut, apakah untuk mengetahui sejarah tempat tersebut, apakah ingin mengambil gambar-gambar objek wisata, atau hanya ingin bersantai-santai saja. Apabila wisatawan bermaksud mengambil gambar-gambar objek wisata, pramuwisata dapat menunjukkan tempat yang cocok untuk pengambilan gambar. Hal lain yang perlu diingat, yaitu tidak mengganggu kesenangan wisatawan. Selama wisatawan asyik dengan kesibukannya, pramuwisata tidak boleh mengganggunya, misalnya dengan mengatakan waktunya sudah habis.

Disamping itu pengetahuan yang bersangkutan dengan lalu lintas, sarana dan prasarana yang tersedia, angkutan yang dipakai serta hotel, objek dan atraksi wisata yang perlu dilihat dengan prioritas didahulukan hendaknya sudah di luar kepala yang bersangkutan. Secara lebih rinci pramuwisata perlu mengetahui :

a. Jaringan transportasi yang menghubungkan objek-objek wisata, baik yang

berada dalam daerah operasinya maupun di luar jalur operasinya sehari-hari.

b. Sarana angkutan yang dapat digunakan dan jadwal kedatangan serta

keberangkatannya.

c. Akomodasi perhotelan dan restoran yang perlu direkomendasikan kepada

wisatawan.

d. Objek dan atraksi wisata yang perlu dilihat bila datang pada suatu daerah

tertentu.

e. Tempat-tempat penukaran uang (Money Changer) atau Bank yang terdekat

dengan nilai tukar uang yang bersaing.


(58)

g. Fasilitas pengiriman barang-barang cenderamata ke luar negri yang telah terjamin bahwa barang-barang akan sampai pada tujuan tepat pada waktunya dan tidak kurang satu benda apapun.

h. Taksi yang dianjurkan untuk keliling kota, dan lain-lain.

Selain pengetahuan tersebut di atas, pengetahuan yang juga penting adalah menyangkut materi, cerita serta sejarah objek dan atraksi wisata yang dijual kepada wisatawan, di samping keterampilan teknis untuk menyampaikan suatu presentasi dan penguasaan bahasa. Keyakinan pada diri sendiri dalam bertugas biasanya dimulai dari keyakinan kepada perusahaan tempat kita bekerja. Kemudian menyusul pada kualitas pelayanan yang akan kita berikan. Karena itu dalam hal ini pramuwisata hendaknya mempunyai keyakinan diri, terutama yang menyangkut dengan :

1) acara yang akan dilakukan akan berjalan dengan baik,

2) objek dan atraksi wisata yang akan diperlihatkan merupakan objek dan atraksi wisata pilihan dan menarik bagi wisatawan, dan kendaraan yang dipakai.

3) Fasilitas yang tersedia cukup baik serta pengemudi yang mengerti akan

tugasnya.

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh pramuwisata kepada wisatawan, maka dituntut suatu keprofesionalan dari pramuwisata yang ada. Untuk menjadi seorang pramuwisata yang profesional tidaklah mudah dan dituntut untuk memiliki atau paling tidak berusaha mempunyai jiwa dan sikap profesional. Sebagai pemberi pelayanan kepada wisatawan dalam kaitannya dengan tugasnya, maka otomatis pramuwisata yang profesional harus menguasai atau memiliki


(59)

kemampuan secara teknik yang berkaitan dengan tugas yang akan dijalankannya, yaitu :

a) menguasai etiket pergaulan dan sopan santun dengan baik,

b) menguasai teknik memandu, yaitu bagaimana memimpin, menerangkan,

mengatasi atau mengambil keputusan dalam menghadapi suatu masalah dan memberikan pelayanan yang sesempurna mungkin,

c) memenuhi syarat-syarat formal untuk menjadi seorang pramuwisata, misalnya

berlisensi,

d) mampu menguasai dan menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang

pramuwisata dengan baik,

e) menguasai segala hal yang berkaitan dengan bidang pekerjaannya,

f) mampu menjadi seorang entertainer yang mampu menghibur, membuat

suasana menjadi lebih baik, menyenangkan dan tidak pilih kasih, dan

g) mampu menguasai dirinya sendiri dan senantiasa berpikir rasional serta adil. Dengan terpenuhinya kriteria-kriteria di atas, diharapkan pengaruh pramuwisata yang profesional dan berkualitas, terlebih lagi bila ditambah dengan adanya kesadaran serta pemahaman akan peranan, tugas, dan fungsinya sebagai seorang pramuwisata terhadap kunjungan wisatawan ke objek wisata tersebut.

4.2 Sikap Pramuwisata dalam Mengahadapi Wisatawan yang Komplain Di dalam kepariwisataan, pramuwisata dituntut agar dapat menciptakan citra pariwisata Indonesia, citra negara dan citra bangsa Indonesia yang baik. Karena itu


(60)

peranan seorang pramuwisata sangat penting. Kualitas pelayanan itu sangat relatif, tetapi dalam memberi pelayanan kepada wisatawan atau berhubungan dengan orang-orang yang sifatnya silih berganti maka kualitas yang diharapkan sebenarnya tidak lain adalah, sikap, kemampuan, dan tingkah laku pramuwisata sendiri dalam memberikan pelayanan.

Pada saat menyampaikan informasi kepada wisatawan terkadang tanpa disadari pramuwisata bersikap seperti menggurui atau menguliahi wisatawan. Hal tersebut harus dihindari oleh pramuwisata, karena adakalanya wisatawan yang dibawanya merasa sudah mengetahui segalanya mengenai suatu objek wisata atau atraksi wisata, sehingga akan merasa tidak senang kepada pramuwisata. Kejadian seperti ini apabila tidak dihentikan akan berakibat semakin parah, sebagai contoh, pada saat pramuwisata melakukan kesalahan kecil dalam penyampaian informasi, maka wisatawan tersebut akan memanfaatkan peluang tersebut dengan membesar-besarkan masalahnya untuk melampiaskan rasa tidak senangnya.

Dalam menghadapi komplain, pramuwisata harus bersikap sopan dan tetap menghormati tamu, dan juga tidak boleh menyalahkan wisatawan, karena umumnya wistawan tidak mau disalahkan dan selalu merasa dirinya benar. Untuk itu pramuwisata harus memberikan pengertian secara halus kepada wisatawan supaya komplain tersebut tidak berlanjut. Kesan pramuwisata pada objek wisata Mesjid Raya Medan selama menjalankan tugasnya cukup banyak suka dukanya, karena mereka menghadapi bermacam-macam orang dari berbagai bangsa dan negara yang mempunyai kebiasaan dan sifat yang berbeda-beda, sehingga terkadang susah bagi


(61)

mereka untuk menyesuaikan diri. Kesan yang menyenangkan timbul apabila membawa wisatawan yang memang bermaksud untuk mengetahui segala sesuatu tentang objek wisata, karena apabila wisatawan puas dengan jawaban yang diberikan pramuwisata, itu mempunyai kepuasan tersendiri bagi wisatawan. Kesan yang kurang menyenangkan timbul apabila membawa wisatawan yang kurang menghargai nilai-nilai seni pada objek wisata tersebut. Pramuwisata harus cepat tanggap terhadap apa yang terjadi di sekitarnya, sebagai contoh apabila mengetahui seorang pengunjung yang membawa obat-obatan terlarang seperti narkotika, pramuwisata harus cepat-cepat memberi laporan kepada pihak keamanan setempat supaya cepat-cepat ditangani.

Tabel 4.1 Tanggapan Wisatawan Terhadap Pelayanan dan Informasi yang diberikan Pramuwisata di Mesjid Raya Medan

n=10

NO Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 a. Sangat Baik 1 10%

b. Baik 2 20%

c. Cukup 5 50%

d. Buruk 2 20%

Total 10 100%

Dari Tabel 4.1 dapat ditarik jawaban yaitu, 1 orang wisatawan atau 10% responden menyatakan bahwa pramuwisata memberikan pelayanan dan informasi dengan sangat baik, dan 2 orang wisatawan atau 20% responden menyatakan pramuwisata memberikan pelayanan dan informasi dengan baik, 5 orang wisatawan atau 50% responden menyatakan bahwa pramuwisata memberikan pelayanan dan


(62)

informasi dengan cukup dan 2 orang wisatawan atau 20% responden menyatakan bahwa pramuwisata memberikan pelayanan dan informasi dengan buruk.

Kesimpulannya, masih cukup banyak wisatawan yang merasa kurang puas dengan pelayanan dan informasi yang diberikan pramuwisata.

4.3 Meningkatkan Sikap Pramuwisata Dalam Memberi Pelayanan

Pengetahuan pramuwisata mencakup segala yang menyangkut informasi tentang Negara Republik Indonesia yang merupakan Negara Kesatuan yang mempunyai falsafah Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, dengan penduduknya yang bersifat Bhinneka Tunggal Ika, disamping mengetahui mengenai : jumlah penduduknya, agama, sosial dan politik serta budayanya. Dan yang lebih penting juga adalah potensi perekonomian yang dimilikinya dan hal-hal yang sangat erat kaitannya dengan kepariwisataan Indonesia.

Pengetahuan yang bersangkutan dengan lalu lintas, sarana dan prasarana yang tersedia, angkutan yang dipakai serta hotel, objek dan atraksi wisata yang perlu dilihat dengan prioritas didahulukan hendaknya sudah di luar kepala yang bersangkutan. Secara lebih rinci pramuwisata perlu mengetahui :

a. Jaringan transportasi yang menghubungkan objek-objek wisata, baik yang

berada dalam daerah operasinya maupun di luar jalur operasinya sehari-hari.

b. Sarana angkutan yang dapat digunakan dan jadwal kedatangan serta


(63)

c. Akomodasi perhotelan dan restoran yang perlu direkomendasikan kepada wisatawan.

d. Objek dan atraksi wisata yang perlu dilihat bila datang pada suatu daerah tertentu.

e. Tempat-tempat penukaran uang (Money Changer) atau Bank yang

terdekat dengan nilai tukar uang yang bersaing.

f. Toko cenderamata atau tempat-tempat perbelanjaan yang

direkomendasikan.

g. Fasilitas pengiriman barang-barang cenderamata ke luar negeri yang telah terjamin bahwa barang-barang akan sampai pada tujuan tepat pada waktunya dan tidak kurang satu benda apapun.

h. Taksi yang dianjurkan untuk keliling kota, dan lain-lain.

Selain pengetahuan tersebut di atas, pengetahuan yang juga penting adalah menyangkut materi, cerita serta sejarah objek dan atraksi wisata yang dijual kepada wisatawan, di samping keterampilan teknis untuk menyampaikan suatu presentasi dan penguasaan bahasa. Keyakinan pada diri sendiri dalam bertugas biasanya dimulai dari keyakinan kepada perusahaan tempat kita bekerja. Kemudian menyusul pada kualitas pelayanan yang akan kita berikan. Karena itu dalam hal ini pramuwisata hendaknya mempunyai keyakinan diri, terutama yang menyangkut dengan :


(64)

2) Objek dan atraksi wisata yang akan diperlihatkan merupakan objek dan atraksi wisata pilihan dan menarik bagi wisatawan, dan kendaraan yang dipakai.

3) Fasilitas yang tersedia cukup baik serta pengemudi yang mengerti akan

tugasnya.

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh pramuwisata kepada wisatawan, maka dituntut suatu keprofesionalan dari pramuwisata yang ada. Untuk menjadi seorang pramuwisata yang profesional tidaklah mudah dan dituntut untuk memiliki atau paling tidak berusaha mempunyai jiwa dan sikap profesional. Sebagai pemberi pelayanan kepada wisatawan dalam kaitannya dengan tugasnya, maka otomatis pramuwisata yang profesional harus menguasai atau memiliki kemampuan secara teknik yang berkaitan dengan tugas yang akan dijalankannya, yaitu :

a) Menguasai etiket pergaulan dan sopan santun dengan baik,

b) Menguasai teknik memandu, yaitu bagaimana memimpin, menerangkan,

mengatasi atau mengambil keputusan dalam menghadapi suatu masalah dan memberikan pelayanan yang sesempurna mungkin,

c) Memenuhi syarat-syarat formal untuk menjadi seorang pramuwisata, misalnya

berlisensi,

d) Mampu menguasai dan menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang

pramuwisata dengan baik,


(65)

f) Mampu menjadi seorang entertainer yang mampu menghibur, membuat suasana menjadi lebih baik, menyenangkan dan tidak pilih kasih, dan mampu menguasai dirinya sendiri dan senantiasa berpikir rasional serta adil.

Dengan terpenuhinya kriteria-kriteria di atas, diharapkan adanya pramuwisata yang profesional dan berkualitas, terlebih lagi bila ditambah dengan adanya kesadaran serta pemahaman akan peranan, tugas, dan fungsinya sebagai seorang pramuwisata.

4.4 Memperbaiki Cara dan Teknik Pelayanan Pramuwisata

Cara dan teknik yang dimaksudkan di sini adalah bila kita memberi pelayanan pada rombongan wisatawan hendaknya ada suatu keseragaman yang dapat dijadikan pegangan bagi seorang pramuwisata yang bertugas. Oleh karena itu berikut ini diturunkan beberapa petunjuk untuk memperbaiki cara dan teknik pelayanan bagi seorang pramuwisata.

1. Teknik Berbicara

Perbendaharaan kata yang memadai dan susunan kata yang baik dapat lebih disempurnakan pengutaraannya dengan jalan :

a) Jangan berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat, b) Atur volume suara dan nada suara,

c) Hindarkan sedapat mungkin pengucapatan logat daerah,

d) Ucapkan kata-kata dengan penuh gairah, dan


(66)

2. Pembicaraan di telepon

a) Berikan salam.

b) Sebutkan nama, jabatan, dan perusahaan kita.

c) Perhatikan dengan sungguh-sungguh cara kita berbicara, jangan

sekali-kali memotong pembicaraan.

d) Berbicaralah langsung mengenai persoalannya.

e) Letakkan kedudukan corong (mouth-piece) pada jarak yang tepat dengan

mulut kita.

f) Kalau pembicaraan tersebut memerlukan jawaban dan kita memerlukan

waktu untuk menjawabnya, katakanlah bahwa kita akan segera menelepon kembali.

g) Ucapkan terima kasih dan beri salam.

3. Membina hubungan

a) Berikan segera penghormatan atau salam sebelum kita didahului atau

sebelum yang bersangkutan memulai pembicaraan dengan kita.

b) Tunjukkan bahwa kita memperhatikannya.

c) Jangan memotong pembicaraan.

d) Usahakan agar kita selalu mengingat nama yang bersangkutan sebab

dengan sikap demikian, yang bersangkutan merasa diperhatikan.

e) Jangan membedakan pelayanan anatara yang satu dengan lainnya.

4. Melayani pengaduan


(67)

b) Jangan beradu argumentasi dengan wisatawan.

c) Usahakan untuk memahami alasan pengaduannya.

d) Kalau pengaduannya dapat diterima, sampaikan segera permintaan maaf

walaupun mungkin bukan kesalahan kita.

e) Dalam menerima pengaduan sekalipun bukan kesalahan dan tanggung

jawab kita, jangan sekali-kali melemparkan kesalahan kepada orang lain. 5. Menjual jasa pelayanan

a) Selalu perhatikan orang lain, ingat-ingatlah wajah dan nama-nama tamu. b) Ramah-tamahlah, baik dalam tingkah laku, suara maupun kata-kata.

c) Praktekkanlah perbuatan-perbuatan yang sopan dan ramah seperti

membantu wisatawan wanita, barang bawaan atau tas mereka.

d) Berikan pelayanan yang cepat. Jangan bercakap-cakap dengan petugas

lain kalau ada tamu yang sedang kita layani.

e) Jangan mengeluh di muka wisatawan tentang kesibukan atau kelelahan


(68)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah memaparkan objek yang menjadi penulisan karya ilmiah ini, maka untuk selanjutnya sebagai penutup perlu penulis sampaikan beberapa kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada bagian-bagian terdahulu. Kesimpulan ini akan penulis uraikan secara per poin saja, sehingga memudahkan bagi pembaca untuk mengetahui isi daripada karya ini sebenarnya.

Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat beberapa poin kesimpulan dari karya ilmiah ini, yaitu antara lain:

1. Perkembangan kepariwisataan di Mesjid Raya Medan umumnya belum

mendapat sentuhan yang optimal sesuai kaidah-kaidah kepariwisataan, demikian pula dengan kemasan dan pemasarannya.

2. Semua pelayanan pramuwisata yang kurang memuaskan menjadikan

wisatawan tidak betah berlama-lama di objek wisata tersebut bahkan ada yang tidak ingin kembali datang.

3. Pengaruh pelayanan pramuwisata belum menunjukkan konsep pelayanan yang

prima dari segi sikap.

4. Masih cukup banyak wisatawan yang merasa kurang puas dengan pelayanan


(1)

f) Mampu menjadi seorang entertainer yang mampu menghibur, membuat suasana menjadi lebih baik, menyenangkan dan tidak pilih kasih, dan mampu menguasai dirinya sendiri dan senantiasa berpikir rasional serta adil.

Dengan terpenuhinya kriteria-kriteria di atas, diharapkan adanya pramuwisata yang profesional dan berkualitas, terlebih lagi bila ditambah dengan adanya kesadaran serta pemahaman akan peranan, tugas, dan fungsinya sebagai seorang pramuwisata.

4.4 Memperbaiki Cara dan Teknik Pelayanan Pramuwisata

Cara dan teknik yang dimaksudkan di sini adalah bila kita memberi pelayanan pada rombongan wisatawan hendaknya ada suatu keseragaman yang dapat dijadikan pegangan bagi seorang pramuwisata yang bertugas. Oleh karena itu berikut ini diturunkan beberapa petunjuk untuk memperbaiki cara dan teknik pelayanan bagi seorang pramuwisata.

1. Teknik Berbicara

Perbendaharaan kata yang memadai dan susunan kata yang baik dapat lebih disempurnakan pengutaraannya dengan jalan :

a) Jangan berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat, b) Atur volume suara dan nada suara,

c) Hindarkan sedapat mungkin pengucapatan logat daerah, d) Ucapkan kata-kata dengan penuh gairah, dan


(2)

2. Pembicaraan di telepon a) Berikan salam.

b) Sebutkan nama, jabatan, dan perusahaan kita.

c) Perhatikan dengan sungguh-sungguh cara kita berbicara, jangan sekali-kali memotong pembicaraan.

d) Berbicaralah langsung mengenai persoalannya.

e) Letakkan kedudukan corong (mouth-piece) pada jarak yang tepat dengan mulut kita.

f) Kalau pembicaraan tersebut memerlukan jawaban dan kita memerlukan waktu untuk menjawabnya, katakanlah bahwa kita akan segera menelepon kembali.

g) Ucapkan terima kasih dan beri salam. 3. Membina hubungan

a) Berikan segera penghormatan atau salam sebelum kita didahului atau sebelum yang bersangkutan memulai pembicaraan dengan kita.

b) Tunjukkan bahwa kita memperhatikannya. c) Jangan memotong pembicaraan.

d) Usahakan agar kita selalu mengingat nama yang bersangkutan sebab dengan sikap demikian, yang bersangkutan merasa diperhatikan.

e) Jangan membedakan pelayanan anatara yang satu dengan lainnya. 4. Melayani pengaduan


(3)

b) Jangan beradu argumentasi dengan wisatawan. c) Usahakan untuk memahami alasan pengaduannya.

d) Kalau pengaduannya dapat diterima, sampaikan segera permintaan maaf walaupun mungkin bukan kesalahan kita.

e) Dalam menerima pengaduan sekalipun bukan kesalahan dan tanggung jawab kita, jangan sekali-kali melemparkan kesalahan kepada orang lain. 5. Menjual jasa pelayanan

a) Selalu perhatikan orang lain, ingat-ingatlah wajah dan nama-nama tamu. b) Ramah-tamahlah, baik dalam tingkah laku, suara maupun kata-kata.

c) Praktekkanlah perbuatan-perbuatan yang sopan dan ramah seperti membantu wisatawan wanita, barang bawaan atau tas mereka.

d) Berikan pelayanan yang cepat. Jangan bercakap-cakap dengan petugas lain kalau ada tamu yang sedang kita layani.

e) Jangan mengeluh di muka wisatawan tentang kesibukan atau kelelahan yang kita rasakan.


(4)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah memaparkan objek yang menjadi penulisan karya ilmiah ini, maka untuk selanjutnya sebagai penutup perlu penulis sampaikan beberapa kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada bagian-bagian terdahulu. Kesimpulan ini akan penulis uraikan secara per poin saja, sehingga memudahkan bagi pembaca untuk mengetahui isi daripada karya ini sebenarnya.

Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat beberapa poin kesimpulan dari karya ilmiah ini, yaitu antara lain:

1. Perkembangan kepariwisataan di Mesjid Raya Medan umumnya belum mendapat sentuhan yang optimal sesuai kaidah-kaidah kepariwisataan, demikian pula dengan kemasan dan pemasarannya.

2. Semua pelayanan pramuwisata yang kurang memuaskan menjadikan wisatawan tidak betah berlama-lama di objek wisata tersebut bahkan ada yang tidak ingin kembali datang.

3. Pengaruh pelayanan pramuwisata belum menunjukkan konsep pelayanan yang prima dari segi sikap.

4. Masih cukup banyak wisatawan yang merasa kurang puas dengan pelayanan dan informasi yang diberikan pramuwisata.


(5)

5.2 Saran

Setelah penulis membuat suatu kesimpulan, maka berikut ini ada baiknya penulis juga ingin menyampaikan beberapa saran demi pengembangan Mesjid Raya Medan sebagai salah satu objek wisata di kota Medan.

Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan antara lain:

1. Pramuwisata harus menunjukkan sikap bersahabat dalam memberikan pelayanan. Agar wisatawan merasa puas dan ingin berkunjung kembali ke Mesjid Raya Medan.

2. Pramuwisata harus dapat memberikan informasi lengkap yang dibutuhkan wisatawan yang datang ke Mesjid Raya Medan. Karena kepuasaan wisatawan sangat berpengaruh terhadap objek wisata tersebut.

3. Keluhan dari wisatawan harus diterima dan diberikan solusinya. Agar wisatawan merasa dihargai.

4. Peran pemerintah juga turut andil dalam mengembangkan objek wisata, serta membantu pramuwisata untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap wisatawan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Booklet. 1998. Gambaran Umum Kepariwisataan Sumatera Utara. Dinas Pariwisata Dati I Sumatera Utara.

Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan (2012), Brosur-brosur Pariwisata Kota Medan

Djoeli, Hazed. 1998. Travel Terminologi, diktat. Medan; Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara

Kepariwisataan. 1997. A. Hari Karyono. Grasindo

Pendit. S. Nyoman. 1986. Edisi Ketiga. Ilmu Pariwisata. PT. Pradaya Paramita. Jakarta

Pendit. S. Nyoman. 1994. Edisi Kelima. Ilmu Pariwisata. PT. Pradaya Paramita. Jakarta

Spillane J. James. 1994. Pariwisata Indonesia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Yoeti, A. Oka.2000. Guiding System. Penerbit Pradaya Paramita. Jakarta Yoeti. A. Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Angkasa. Bandung