Mesjid Raya Medan Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata

sebuah kompleks yang terdiri atas bangunan pintu gerbang di sisi timur laut dan tempat wudhu di sisi timur. Di sebelah barat laut dan barat daya terdapat deskripsi bangunan.

3.5 Mesjid Raya Medan Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata

Sejarah adalah sesuatu kejadian di masa lalu yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak. Setiap daerah tentunya punya sejarah tersendiri, demikian pula dengan Kota Medan. Kota ini dulu dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah yang berawa-rawa ± seluas 4.000 Ha. Banyak tempat wisata bersejarah yg dapat dikunjungi salah satunya yaitu Mesjid Raya. Mesjid Raya adalah ikon Kota Medan karena mesjid yang merupakan salah satu mesjid yang paling indah dan masih ada di Indonesia. Arsitektur yang unik dan desain interior mesjid ini memberikan karakter yang khas. Gambar 3.2 Ruangan dalam Mesjid Raya Sumber : www.medanku.com, 2013 Universitas Sumatera Utara Bila kita akan memasuki Mesjid Raya al-Ma’shun Medan harus melalui gapura. Gapura ini memiliki dua bush ruangan yang terdapat pada sayap kiri dan kanan gapura. Ruangan ini sekarang difungsikan sebagai kantor pengurus mesjid. Setelah kita memasuki gapura, di halaman mesjid akan dijumpai bangunan induk, di sisi timur terdapat bangunan tempat wudhu, dan di sisi utara dijumpai pondasi berbentuk lingkaran yang difungsikan sebagai taman, serta di sisi barat laut masjid terdapat menara mesjid. Bangunan Mesjid Raya Medan dikelilingi saluran air selebar 0,5 m, dan dalam 0,5 m. Bangunan mesjid ini berdiri di atas pondasi masif dan pejal dengan ketinggian 2,3 m dari permukaan tanah. Fondasi terbuat dari tembok denah mesjid berbentuk persegi delapan oktagonaf. Ruangan-ruangan dalam bangunan induk terdiri atas serambi dan ruang utama mesjid. Serambi Untuk memasuki serambi pada bangunan induk melalui tangga dengan 13 anak tangga yang terletak pada sisi-sisi timur laut, tenggara, dan barat laut. Tangga ini berukuran lebar 4 m, tinggi 18 cm, terbuat dari bahan marmer berwarna putih. Serambi mengelilingi ruang utama mesjid yang berfungsi sebagai tempat shalat. Bangunan serambi terletak di sebelah barat, timur, utara, dan selatan berbentuk seperti lorong dan denahnya masing-masing berbentuk empat persegi panjang dengan Universitas Sumatera Utara ukuran 18 × 3 m. Pada sudut tenggara, timur taut, barat taut, dan barat daya terdapat serambi yang lebih tertutup, mempunyai ruangan berbentuk persegi delapan dengan keempat sisi yang panjang berukuran 6 m, dan empat sisi pendek berukuran 3 m. Antara serambi yang terdapat di sebelah barat, timur, utara, dan selatan dengan serambi yang terletak di sudut-sudut terdapat lengkung ladam kuda yang bulat dengan ukuran tinggi sampai ke puncak lengkungan 3 m dan lebar 2 m. Serambi-serambi yang terletak di sudut masingmasing memiliki satu buah pintu masuk yang terbuat dari kayu dan berhiaskan geometris. Selain pintu, masing-masing juga memiliki dua buah jendela yang berhias. Sebelum memasuki serambi lebih dulu harus melalui pintu yang terdapat di sudut timur taut yang merupakan pintu depanutama. Pintu yang lain terletak di sudut tenggara pintu samping, dan sudut barat daya pintu belakang mesjid. Pintu-pintu ini berbentuk lengkungan tiga. Pada sisi luar serambi utama, timur, selatan, dan barat masing-masing terdapat deretan sembilan buah tiang yang dihubungkan satu sama lain serta disusun secara horizontal. Tiang ini berdiameter 30 cm dan keliling 94,2 cm, tinggi 3 m. Bagian dasar lapik tiang base berbentuk bujur sangkar dengan sisi 45 cm, dan tinggi 10 cm. Di atasnya terdapat pelipit setengah lingkaran yang berbentuk sisi persegi delapan dengan tinggi 10 cm.Bagian puncak berbentuk bujur sangkar dengan sisi 45 cm dan tinggi 25 cm, dihias dengan pelipit rata dan lekukan-lekukan yang terdapat pada setengah bagian puncak hingga 15 cm dari atas kolum bagian atas tiang atas. Lantai pada serambi timur, barat, selatan, utara dari tegel disusun secara memanjang. Bentuk tegelnya bujur sangkar dengan sisi berukuran 15 cm dan berbentuk oktagonal dengan sisi-sisi 5 cm. Demikian juga lantai Universitas Sumatera Utara pads serambi di sudut tenggara, barat daya, barat laut, dan timur laut mesjid bentuknya sama dengan serambi-serambi tersebut. Ruang utama Dinding serambi bagian dalam merupakan dinding pembatas antara ruang serambi dan ruang utama mesjid. Ruang utama mesjid merupakan ruang bagian dalam mesjid, memiliki dinding berdenah persegi delapan dengan ketinggian 11,5 m. Pada sisi timur, selatan, barat dan utara dinding ini masing-masing memiliki satu buah pintu masuk yang terbuat dari kayu serta di sisi kiri dan kanan pintu ini terdapat dua bush jendela yang terbuat dari kaca berhias starnet glass. Pada sisi tenggara, timur laut, barat daya dan barat laut ruang utama mesjid terdapat satu buah pintu masuk ke ruang utama terbuat dari kayu. Pintu ini berbentuk empat persegi panjang lebar 2 m, dan tinggi 3 m. Daun pintu ini berhiaskan pola geometris. Selain itu, pada dinding ruang utama masjid terdapat delapan bush jendela kaca yang berhias, masing- masing dua buah pada setiap dinding timur, selatan, barat, dan utara. Jendela ini berukuran lebar 0,5 m dan tinggi sampai kemuncak lengkungan 1,2 m, terdapat pada dinding ruang utama masjid sisi timur, barat, selatan, barat dan utara masing-masing empat buah. Di dalam ruang utama mesjid terdapat tiang, mihrab, mimbar, dan mimbar kedua dikba. Mihrab Mihrab adalah sebuah ruangan di dalam mesjid tempat imam shalat, terletak di sisi barat laut mesjid sebagai tanda arah kiblat. Mihrab ini berupa relung berbentuk Universitas Sumatera Utara lengkungan ladam kuda yang runcing dan menjorok ke depan sekitar 95 cm. Bahan mihrab dari marmer berwarna hijau dan krem. Ukuran mihrab lebar 2,5 m dan tinggi sampai ke puncak lengkungan 5,5 m. Di sisi kanan luar mihrab terdapat dua buah tiang semu terbuat dari marmer. Di bawah relung mihrab juga terdapat tiang tiang semu pilaster yang menonjol dan berderetan berjumlah sepuluh buah dengan ukuran tinggi 34 cm. Pada bagian atas pilaster dihubungkan dengan deretan lengkungan-lengkungan kecil yang tingginya 10 cm. Mimbar Di dalam ruang utama bangunan induk terdapat dua mimbar yakni mimbar I terletak di sebelah barat laut, tepatnya di sebelah kiri mihrab dan mimbar 11 terletak di sebelah timur. Mimbar I berdenah empat persegi panjang dengan ukuran panjang 4,5 m, lebar I m. Tinggi mimbar sampai ke puncak ± 6 m. Tinggi kaki mimbar 18 cm dari permukaan. Untuk memasuki mimbar melalui sembilan anak tangga. Di ujung kanan kiri tangga terdapat dua buah tiang yang berukuran tinggi 1,26 m dan terbuat dari marmer. Pipi tangga terbuat dari kayu, terdiri atas tiang tiang kayu yang disambungkan dengan lengkungan berbentuk melingkar-lingkar dari ujung anak tangga yang pertama sampai kesembilan dengan ketinggian 1,16 m. Tubuh mimbar terbuat dari manner berwarna kuning gading. Atap mimbar berbentuk kubah ditopang oleh delapan tiang berbentuk silinder dengan tinggi I m. Antara tiang satu dengan tiang lainnya dihubungkan dengan lengkungan. Pada bagian puncak kubah mimbar terdapat hiasan kemuncak atap. Atap dan tiang mimbar terbuat dari bahan tembaga Universitas Sumatera Utara dan pada bagian dalam diukir dengan motif pilin berganda dan daun-daunan. Mimbar 11 ini disebut dikba, merupakan tempat wakil imam bilal untuk mengulang ucapan- ucapan imam dalam saat-saat tertentu, juga untuk tempat azan yang kedua, membuka acara shalat khusus shalal Jum’at dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an. Dikba merupakan bangunan yang terbuka tanpa atap dan mempunyai dua buah tangga naik berbentuk melingkar yang saling berhubungan. Tangga dikba berpagar setinggi 60 cm merupakan pipi tangga. Di bawah tangga terdapat pilar yang berfungsi sebagai penyangga. Pilar bagian bawah setinggi 35 cm dan berdiameter I m berbentuk oktagonal dengan pelipit rata yang makin ke atas makin mengecil dan dihiasi geometris. Pilar bagian tengah berbentuk oktagonal dengan garis tengah I m dan tinggi 50 cm. Bagian mil dihiasi dengan panil yang berbentuk persegi panjang dan geometris, serta pelipit rata. Pelipit-pelipit ini makin ke atas makin mengecil. Pilar bagian atas berbentuk oktagonal dan disekelilingnya terdapat 16 tiang berbentuk silinder yang disambungkan dengan lengkungan. Tinggi tiang 50 cm dan di atasnya terdapat pelipit-pelipit yang makin ke atas makin membesar. Latar Sejarah Mesjid Raya Al Ma’shun Medan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga Kerajaan Sultan Deli ini didirikan pada tanggal 21 Agustus 1906. Arsiteknya T.H. Van. Erp dari Belanda adalah seorang perwira Zeni Angkatan Darat KNIL, juga banyak mendesain bangunan-bangunan besar di Jakarta. Nama Al Ma’shun berarti “mesjid yang mendapat pemeliharaan dari Allah SWT”. Pembangunan mesjid selesai Universitas Sumatera Utara dalam tiga tahun. Peresmian pernakaiannya bertepatan dengan hari dilaksanakan shalat Jum’at yang dihadiri oleh pembesar-pembesar kerajaan termasuk Sri Paduka All Ma’shun, Tuanku Sultan Amis, Abdul Jalal Rakhmadsyah dari Langkat dan Sultan Sulaiman Alamsyah dari negeri Serdang. Pada masa lalu mesjid ini merupakan tempat shalat Jum’at satu-satunya di wilayah Kesultanan Deli. Hal ini menunjukkan bahwa Mesjid Raya al-Ma’shun Medan merupakan mesjid Kesultanan tetapi tidak terdapat tempat sembahyang khusus untuk Sultan maksurah seperti pada umumnya mesjid-mesjid Kesultanan. Pada tahun 1970 M dilakukan pengecatan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata pada bagian luar dengan menyesuaikan wama aslinya. Tahun 1991 dilaksanakan perbaikan yang meliputi perbaikan jalan, taman, pekarangan, halaman, dan pergantian bola-bola lampu yang rusak. Perbaikan ini dilakukan oleh Proyek Rehabilitasi, Dinas Bangunan Kotamadia Daerah Tingkat II Medan. F.N Sumber Buku Mesjid Kuno Dirjen Kebudayaan Depdikbud Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENGARUH PELAYANAN PRAMUWISATA TERHADAP KUNJUNGAN

WISATAWAN KE MESJID RAYA MEDAN

4.1 Pengaruh Pelayanan Pramuwisata dalam Objek Wisata Mesjid Raya

Medan Pramuwisata juga mempunyai misi tersendiri selama menjalankan tugasnya, yaitu memperkenalkan kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam dengan jalan memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai objek wisata yang bersangkutan. Cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh pramuwisata harus dibuat semenarik mungkin supaya wisatawan yang dibawanya mengerti apa yang disampaikan oleh pramuwisata, sehingga misi yang dijalankan dapat tercapai. Apabila pramuwisata telah dapat melakukan hal tersebut di atas, maka wisatawan dapat menikmati kunjungannya ke objek wisata tersebut sehingga terpenuhilah tujuan dari ODTW untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wisatawan. Disinilah letak pengaruh pramuwisata terhadap objek wisata tersebut. Di lain pihak, wisatawan akan merasa bahwa kunjungannnya ke objek wisata tersebut tidak sia-sia, karena mereka memperoleh apa yang mereka inginkan, yaitu informasi yang benar mengenai objek wisata yang mereka kunjungi dan juga pengetahuan baru mengenai kebudayaan Indonesia yang disampaikan melalui pramuwisata. Oleh karena itu, pramuwisata yang bertugas diharapkan betul-betul menguasai materi mengenai objek wisata yang bersangkutan, sehingga tidak Universitas Sumatera Utara