Sejarah Singkat Mesjid Raya Medan

9. Menara Tirtanadi Satu ciri lagi khas Kota Medan adalah bangunan Menara Air yang kini menjadi milik Perusahaan Air Minum Daerah Tirtanadi. Menara Tirtanadi sebagai tangki penyimpanan air bersih kebutuhan warga kota sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang. 10. Museum perjuangan Museum Militer ini dibuka pada tahun 1971. Museum ini merupakan salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi yang menyimpan benda-benda sejarah perjuangan ABRI dan rakyat di Sumatera Utara seperti senjata, obat-obatan dan pakaian seragam yang digunakan pada perang kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun 1958. Museum ini terletak di Jalan Zainul Arifin.

3.4 Sejarah Singkat Mesjid Raya Medan

Gambar 3.1 Mesjid Raya Medan Sumber: www.medanku.com,2013 Universitas Sumatera Utara Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Mesjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 1 Rajab 1324 H. Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 25 Sya‘ban 1329 H sekaligus digunakan ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di mesjid ini. keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan memang sengaja membangun mesjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Thionghoa yang sejaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyid turut berkontribusi mendanai pembangunan mesjid ini. Mesjid Al -Mashun Medan yang terletak di jantung kota tepatnya di Jalan Sisingamangaraja, meski usianya 100 tahun lebih atau seabad 1906 - 2000, namun bangunan dan berbagai ornamennya masih tetap utuh dan kokoh. Peninggalan kerajaan Islam Melayu Deli hingga kini masih menjadi kebanggaan umat Islam Medan dan Sumut, bahkan menjadi salah satu keunikan sejarah Islam masyarakat Melayu di Sumatera maupun di Malaysia. Karenanya, rumah Allah ini tidak pernah sepi dari kunjungan umat baik untuk beribadah atau sekedar ber itikaf siang atau malam, apalagi kalau saat-saat bulan Ramadhan seperti ini pintu bangunan tua ini nyaris tidak ditutup selama 24 jam. Masjid yang menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah Universitas Sumatera Utara biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18. Merupakan salah satu peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9 Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 - 1924 . Masjid Raya Al- Mashun sendiri dibangun tahun 1906 diatas lahan seluas 18.000 meter persegi, dapat menampung sekitar 1.500 jamaah dan digunakan pertama kali pada hari Jum’at 25 Sya’ban 1329 H 10 September 1909. Peninggalan Sulthan Ma’moen lainnya yang hingga kini masih utuh bahkan menjadi andalan objek wisata sejarah Medan adalah Istana Maimoon yang selesai dibangun 26 Agustus 1888 dan mulai dipakai 18 Mei 1891, dan berbagai bangunan tua lainnya seperti residen pejabat kesulthanan, masjid dan ruang pertemuan yang tersebar di berbagai pelosok bekas wilayah kesulthanan Melayu Deli kini wilayah Kodya Medan, Kodya Binjai, Kab.Langkat dan Kab. Deli Serdang. Mesjid Raya al-Ma`shun Medan terletak di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Baru, Kotamadia Medan, kira-kira 3 km dari bandara Polonia, dan 28 km dari pelabuhan Belawan. Di sebelah barat dibatasi dengan jalan Mahkamah, disebelah utara dibatasi dengan jalan Masjid, serta di selatan terdapat pemukiman yang dibatasi oleh jalan Sipiso-piso. Bangunan mesjid berdiri di atas sebidang tanah yang cukup luas meliputi 13.200 m2. Mesjid menghadap ke arah timur dan dikelilingi oleh pagar dari besi setinggi 1 m. Areal mesjid merupakan Universitas Sumatera Utara sebuah kompleks yang terdiri atas bangunan pintu gerbang di sisi timur laut dan tempat wudhu di sisi timur. Di sebelah barat laut dan barat daya terdapat deskripsi bangunan.

3.5 Mesjid Raya Medan Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata