3. Terhindarnya acara pengadaan yang bersifat rush order dan persediaan yang berlebihan.
2
Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk dan merencanakan jumlah produk yang akan diproduksi oleh perusahaan yang
bersangkutan dalam satu periode yang akan datang. Perencanaan produksi merupakan bagian dari perencanaan operasional di dalam perusahaan. Dalam
penyusunan perencanaan produksi, hal yang perlu dipertimbangkan adalah adanya optimasi produksi sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah
untuk pelaksanaan proses produksi tersebut. Perencanaan produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk memproduksi barang-barang pada suatu
periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan atau dijadwalkan melalui pengorganisasian sumber daya seperti tenaga kerja, bahan baku, mesin dan
peralatan lainnya. Perencanaan produksi menuntut penaksir atas permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan perusahaan di masa yang akan
datang.
3.2. Pengukuran waktu
3
Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku
standard time penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja
work measurement atau time study. Pengukuran waktu kerja ini akan
2
Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 11.
3
Wignjosoebroto. Sritomo. 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.
Surabaya: Guna Widya. Hal.169- 170.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Secara singkat pengukuran kerja adalah
metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.
Pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu kerja ini dapat dibagi atau dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu:
1. Pengukuran waktu kerja secara langsung Pengukurannya dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan
yang diukur dijalankan. Misalnya pengukuran kerja dengan jam henti stopwatch time study dan sampling kerja work sampling.
2. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung Pengukurannya dilakukan dengan menghitung waktu kerja tanpa si pengamat
harus ditempat kerja yang diukur. Di sini aktivitas yang dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel-tabel waktu yang
tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Cara ini bisa dilakukan dalam aktivitas
data waktu baku standard data dan data waktu gerakan predetermined time system
.
3.2.1. Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti Stopwatch Time Study
4
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti stopwatch time study pertama diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu.
4
Ibid. Hal. 171-173.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Metode ini terutama sekali baik untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang repetitive. Dari hasil pengukuran maka akan
diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian pekerjaan bagi semua
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu. Langkah-langkah pengukuran waktu kerja dengan menggunakan
stopwatch time study adalah :
1. Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih
untuk diamati dan supervisor yang ada. Dalam penentuan tujuan tersebut, dibutuhkan adanya tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang digunakan
dalam pengukuran jam henti. 2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan
seperti layout, karakteristikspesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan.
3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetil-detilnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak, tes
pula keseragaman data yang diperoleh.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Tetapkan rating factor operator. Rating factor ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performansi operator.
7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performansi kerja yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
8. Tetapkan waktu longgar allowance time guna memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti
kebutuhan yang bersifat personal, kelelahan, dan keterlambatan material. 9. Tetapkan waktu kerja baku standard time yaitu jumlah total antara waktu
normal dan waktu longgar.
3.2.2. Uji Keseragaman Data
5
Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menyebar seragam atau tidak. Selama melakukan pengukuran,
operator mungkin mendapatkan data yang tidak seragam. Untuk itu digunakan alat yang dapat mendeteksinya yaitu peta kendali. Data dikatakan seragam jika
berada dalam batas kontrol dan data dikatakan tidak seragam jika berada diluar batas kontrol. Rumus untuk menghitung keseragaman data adalah :
n Xi
X
1
2
n X
Xi
z X
BKA
5
Sutalaksana, Iftikar Z., dkk. 2005. Teknik Perancangan Sistem Kerja .Bandung: ITB. Hal. 131- 135.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
z X
BKB
dimana : X
: waktu rata-rata : simpangan baku
BKA : Batas Kontrol Atas BKB : Batas Kontrol Bawah
Z : tingkat ketelitian
3.2.3. Uji Kecukupan Data
6
Uji kecukupan data berguna untuk memastikan bahwa jumlah sampel yang telah dikumpulkan telah cukup mewakili populasi, sehingga dapat digunakan bagi
pengolahan data selanjutnya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan rumus:
2 2
2
. t
t t
n s
k N
dimana: t = waktu pengamatan setiapelemen kerja untuk tiap siklus yang diukur
k = angka deviasi standar yang besarnya tergantung pada tingkat keyakinan confidence level yang diambil, dimana:
- 90 confidence level : k = 1,65
6
Wignjosoebroto, S. 2003. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Surabaya:Guna Widya. Hal. 134-135.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- 95 confidence level : k = 2,00 - 99 confidence level : k = 3,00
s = derajat ketelitian dari data t yang dikehendaki, yang menunjukkan maksimum penyimpangan yang bisa diterima dari nilai t yang sebenarnya.
n = jumlah siklus pengamatanpengukuran awal yang telah dilakukan untuk elemen kegiatan tertentu yang dipilih.
N‟ = jumlah siklus pengamatanpengukuran yang seharusnya dilaksanakan agar dapat diperoleh presentase kesalahan error minimum dalam mengestimasi
t. Jumlah pengukuran waktu dikatakan cukup apabila jumlah pengukuran
minimum dibutuhkan secara teoritis lebih kecil atau sama dengan jumlah pengukuran pendahuluan yang sudah dilakukan N‟ n. Jika jumlah pengukuran
masih belum mencukupi maka harus dilakukan pengukuran lagi sampai jumlah pengukuran tersebut cukup.
3.2.4. Rating Factor dan Allowance
7
Rating factor adalah perbandingan performansi seorang pekerja dengan
konsep normalnya. Salah satu cara menentukan faktor penyesuaian adalah dengan menggunakan cara Westinghouse. Terdapat 4 faktor yang dianggap sangat
menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu:
7
Sutalaksana, Iftikar Z., dkk. opcit. Hal. 138-153.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Keterampilan Skill Keterampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai tingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang
dapat diberikan oleh pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan merupakan aptitude untuk pekerjaan yang bersangkutan.
2. Usaha Effort Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan
atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Usaha mempunyai korelasi yang kuat dengan keterampilan.
3. Kondisi Kerja Condition Yang dimaksud dengan kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungannya
seperti keadaan pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja merupakan faktor di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator
tanpa banyak kemampuan mengubahnya. Oleh sebab itu, faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen karena pihak inilah yang dapat dan
berwenang merubah atau memperbaikinya. 4. Konsistensi Consistency
Faktor ini merupakan konsistensi pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dari suatu kerja ke kerja yang lain tanpa mengalami banyak perubahan yang
berarti Kelonggaran Allowance diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah
kebutuhan di luar kerja, yang terjadi selama pekerjaan berlangsung.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu: 1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi personal
Kelonggaran yang termasuk di dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-
cakap dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam sewaktu bekerja.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Fatique
merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari melakukan suatu pekerjaan.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar
kekuasaankendali pekerja, seperti mesin macet, listrik padam, dan lain-lain. Angka-angka yang diberikan pada setiap kelas dari faktor westinghouse
dan nilai kelonggaran allowance dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2.5. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku
8
Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja
menyelesaikan pekerjaan pada kecepatantempo kerja yang normal. Waktu normal merupakan waktu siklus dengan telah mempertimbangkan rating factor. Waktu
baku adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan
8
Wignjosoebroto. Sritomo. Opcit. Hal.200-203.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang dilakukan menurut metode kerja tertentu pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan allowance. Adapun rumus waktu normal dan waktu baku
adalah: Wn = Wt x Rf
dimana : Wn = waktu normal Wt = waktu terpilih
Rf = rating factor 1 + westinghouse factor
100 100
Wn Wb
All
dimana : Wb = waktu baku All = allowance
3.3. Data Kapasitas Stasiun Kerja