pada fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam teori klasik, yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi yang meliputi : perencanaan,
investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan.
Dalam ranah sektor publik, Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD merupakan instrumen manajerial pembangunan daerah yang dipimpin oleh
seorang kepala SKPD. Aspek-aspek dalam manajemen pembangunan daerah terwadahi dalam satu atau beberapa SKPD. Penyusunan kebijakan dan koordinasi
diwadahi dalam sekretariat, pengawasan diwadahi dalam bentuk inspektorat, perencanaan diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung dalam penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga teknis daerah, sedangkan aspek pelaksana urusan daerah diwadahi dalam dinas
daerah. Kinerja kepala SKPD menentukan kinerja pada tiap aspek manajemen pembangunan daerah, yang pada gilirannya, menentukan kinerja daerah dalam
mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah.
2.1.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Sektor Publik Kepala SKPD
Mahmudi 2005 ada beberapa elemen pokok yang mempengaruhi kinerja manajerial sektor publik, yaitu :
1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi. 2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi. 4. Evaluasi kinerjafeed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Sutemeister dalam Srimulyo 1999 mengemukakan pendapatnya, bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1 Faktor Kemampuan, yang meliputi :
pengetahuan dan termasuk didalamnya pendidikan, pengalaman, latihan dan minat, ketrampilan dan termasuk didalamnya kecakapan dan kepribadian. 2
Faktor Motivasi, yang dikelompokkan atas : a Kondisi sosial : organisasi formal dan informal, kepemimpinan dan b Serikat kerja kebutuhan individu : fisiologis,
sosial dan egoistic dan c Kondisi fisik : lingkungan kerja. Tiffin dan Cormick dalam Srimulyo 1999 mengelompokkan faktor –
faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial terbagi kedalam 3 tiga kelompok, yaitu faktor atau variabel individual, situasional dan organisasional. Variabel
individual locus of control Brownell, 1981, 1982b, Motivasi Brownell dan Mclnnes, 1986; Mia, 1988, dan sikap terhadap pekerjaan dan perusahaan
Millani, 1975; Mia, 1998. Karakteristik sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan peran manajerial dalam pengelolaan keuangan daerah Antarwarman,
2008, Cost Consciousness Syafruddin, 2006 dan Antarwaman, 2008. Sedangkan Variabel organisasional akan dihadapkan pada kondisi ketidakpastian
lingkungan dimasa yang akan datang, dimana untuk mengantisipasi ketidakpastian
lingkungan tersebut. Dalam struktur organisasi yang terdesentralisasi para manajer diberikan wewenang dan tanggungjawab yang lebih
besar dalam pengambilan keputusan dan melakukan kegiatan daripada dalam struktur organisasi yang tersentralisasi
Galbraith, 1973 dan Antarwaman, 2008
.
2.1.4. Cost Consciousness
Konsep kepedulian terhadap cost consciousness dikembangan oleh Shields dan Young 1994. Konsep ini menekankan pada tingkat dimana para manajer
mempunyai kaitan dengan konsekuensi biaya dari pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan dalam jangka panjang, keputusan dan tindakan manajer
menyebabkan biaya kecuali manajer yang bisa membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk peduli terhadap biaya.
Pada pemerintahan daerah, kepedulian cost consciousness merupakan indikator terpenting mengingat selama ini birokrasi di pemerintahan daerah
merupakan proses manajemen yang menghasilkan cost tidak efisien dan efektif, bahkan cendrung memunculkan praktek-praktek tidak sehat seperti korupsi
Syafruddin, 2006. Kepedulian cost dapat digunakan untuk mengukur kinerja pimpinan SKPD
dalam hal penilaian keefektifan dan efisiensi dalam pengelolaan kegiatan rutin kantor. Kinerja pimpinan yang bagus dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pendelegasian wewenang. Individu yang menerima pendelegasian wewenang tersebut akan memiliki hak keputusan formal yang
memiliki legitimasi yang kuat. Birnberg et al., 1990 mengatakan Cost consciousness dapat dinilai
melalui kepedulian manajer terhadap biaya. Biaya dijadikan pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan dan upaya manajer memperketat biaya untuk
mencapai anggaran atau efisiensi biaya. Lebih lanjut Birnberg et al., 1990 mengatakan dalam kaitannya dengan struktur kewenangan dan cost
consciousness, terdapat dua hubungan baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang terjadi melalui SIA. Penggunaan SIA akan meningkatkan
pentingnya cost consciousness bagi para manajer. Tujuan SIA tersebut dapat memperkuat pentingnya sumber daya manajemen dan konsekuensi biaya dari
pengambilan keputusan. Penilaian keputusan formal diharapkan berpengaruh pada
komitmen dan tujuan sistem dihubungkan dengan efisiensi Steer,1977, sedangkan kewenangan informal yang diperoleh melalui kekuasaan kemungkinan
mempunyai pengaruh negatif pada kesadaran biaya. Penilaian kinerja organisasi dalam hal ini pemerintahan daerah dapat
dilakukan dengan menelaah APBD. Saat ini dalam perencanaan, pelaksanaan serta pelaporan APBD menggunakan SIKD. Pemilihan dan keputusan penggunaan
rancangan sistem informasi keuangan daerah SIKD diharap dapat berguna bagi Kepala Daerah dan pimpinan SKPD dalam membuat keputusan dan pengendalian
keputusan dan selanjutnya diharapkan mempunyai dampak pada perilaku manajerial para pimpinan SKPD yaitu kepedulian terhadap biaya yang timbul atau
cost consciousness Syafruddin, 2006. Young dan Shields, 1994, mengatakan terdapat 7 tujuh hal yang patut
dipertimbangkan untuk menghasilkan cost consciousness, antara lain : 1 Pengetahuan jumlah alokasi dana operasional; 2 Pengetahuan membelanjakan
anggaran; 3 Pengetahuan sasaran dan batasan belanja; 4 Kemampuan mengelola biaya operasional; 5 Minimalisasi biaya; 6 Belanja berbasis harga; dan 7 Sadar
akan biaya yang terjadi.
2.1.5. Struktur Kewenangan