sejajar, menjalankan negosiasi, memotivasi bawahan, menyelesaikan konflik, membangun jaringan informasi dan membayar informasi, membuat keputusan
dalam kondisi ambiguitas yang ekstrim, dan mengalokasikan sumber daya yang ada. Disamping itu seorang manajer perlu untuk instrospeksi mengenai tugas dan
perannya sehingga dapat mencapai kinerja yang maksimal. Peran manajerial Pengelola Keuangan Daerah memungkinkan tercapainya kinerja dan mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif Rohman, 2007. Peran menunjukkan partisipasi seseorang dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Peran manajerial Pengelola Keuangan Daerah menunjukkan tercapainya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif. Desentralisasi
memberikan kesempatan Pengelola Keuangan Daerah untuk mendorong kreatifitas Pengelola Keuangan Daerah. Individu yang terlibat dan diberi
tanggungjawab dalam penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan, sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi Rohman, 2007
Mintzberg dalam Rohman 2007 mengatakan terdapat 9 sembilan peran manajerial didalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu :: 1 Simbol; 2
Motivator; 3 Mediator; 4 Pengendali; 5 Menyebarkan informasi; 6 Delegator; 7 Kreatif dan inovatif; 8 Pemberi solusi dan 9 Negosiator.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Theoritical Mapping
Studi eksplorasi yang dilakukan dalam penelitian ini tidak menemukan adanya penelitian yang sama persis dengan penelitian ini dan yang paling
mendekati adalah penelitian Hermaningsih 2009 yang mengangkat judul penelitian “Pengaruh Partisipasi Dalam Penganggaran dan Peranan Manajerial
Pengelola Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Studi Empiris
pada Pemerintah Kabupaten Demak”. Hermaningsih 2009 dalam penelitiannya menemukan bahwa Partisipasi dalam penganggaran dan peran manajerial
pengelola keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.
Penelitian lain yang dianggap masih memiliki nilai relevansi dengan penelitian ini, diantaranya : Young dan Salman 1985 meneliti pengaruh
kekuasaan dengan penggunaan SIA oleh manajemen puncak atau mengendalikan perilaku. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kekuasaan memberikan
kewenangan informal untuk membuat keputusan strategi yang memungkinkan mereka menghindari usaha manajer puncak untuk menggunakan SIA dalam
mengendalikan perilaku mereka. Young dan Shields 1994 dalam penelitiannya mengembangkan konsep cost consciousness yang menekankan pada tingkat
dimana para manajer mempunyai kaitan dengan konsekuensi biaya dari pengambilan keputusan. Abernethy dan Stoelwinder 1995 menemukan bahwa
manajer dengan kekuasaan akan menentang usaha manajemen puncak untuk menerapkan sistem administrasi yang professional.
Kurunmaki 1999 menyimpulkan bahwa kekuasaan ditentukan oleh distribusi nilai capital dan dasar mekanisme pengendalian. Abernethy dan Lilis
2000 menunjukkan struktur desentralisasi menyediakan kondisi yang potensial untuk pembagian sumber daya dan peningkatan hasil yang efektif, dan gilirannya
dapat berpengaruh pada kemampuan manajer dalam mengendalikan dan mengkoordinasikan aktivitas kinerja operasi pada level bawah dalam
organisasi.penelitian. Luth dan Shields 2003 dalam penelitiannya menemukan bahwa struktur kewenangan formal berpengaruh pada penggunaan SIA untuk
memudahkan manajemen keputusan. Penilaian keputusan yang tepat cenderung
terjadi pada struktur organisasi yang bersifat otonomi atau desentralisasi. Abernethy dan Vagoni 2004, menguji kembali hubungan SIA dengan cost
consciousness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peran SIA dengan cost consciouness. Ranitawati 2004 dalam penelitiannnya
menemukan sistem informasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajer, namun tidak ada pengaruh postif terhadap kinerja dengan ketidakpastian
lingkungan yang dipersepsikan tinggi dalam kultur budaya organisasi yang berorientasi pada orang. Riyanto 1996 dalam penelitiannya menemukan
pelimpahan wewenang terdesentralisasi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial
Antarwaman 2008, yaitu : Pengaruh Struktur Kewenangan, Karateristik Sistem Informasi Keuangan Daerah Dan Perilaku Manajer Terhadap Cost
Consciousness. Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kota Ambon Provinsi Maluku. Dalam penelitiannya Antarwaman 2008 menyimpulkan bahwa
penggunaaan sistem informasi keuangan daerah SIKD untuk manajemen keputusan berpengaruh positif terhadap cost consciousness tetapi sistem informasi
keuangan daerah SIKD untuk pengendalian keputusan tidak berpengaruh terhadap cost consciousness. Hasil pengujiannya menunjukan struktur
kewenangan formal dan struktur kewenangan informal tidak berpengaruh terhadap pengendalian keputusan dan manajemen keputusan maupun tidak
berpengaruh langsung terhadap pentingnya kepedulian biaya cost consciuousness. Karateristik sistem informasi keuangan daerah tidak
berpengaruh terhadap manajemen keputusan dan pengendalian keputusan maupun terhadap cost consciousness. Soetrisno 2010 dalam penelitiannya menemukan
pelimpahan wewenang berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial dengan hasil sedang
Untuk lebih jelasnya, beberapa hasil penelitian di atas ditabulasi dalam matriks berikut ini.
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul Peneliti
Variabel Yang Digunakan
Kesimpulan
1. Young dan
Salman 1985
The Hospital Power Equilibrium,
Physician Behavior and Cost Control
Kekuasaan, kewenangan informal untuk membuat
keputusan strategidan penggunaan
menggunakan SIA dalam mengendalikan
perilaku. Kekuasaan memberikan
kewenangan informal untuk membuat keputusan strategi
memungkinkan mereka menghindari usaha manajer
puncak untuk menggunakan SIA dalam mengendalikan perilaku
mereka.
2. Young dan
Shields 1994
Managing Innovation Costs : A
Study of Cost Conscious behavior
by R D Professionals
Struktur kewenangan ,cost consciousness dan
sistem informasi akuntansi.
Struktur kewenangan Dan cost consciousness berhubungan baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap sistem
informasi akuntansi.
3. Abernethy
dan Stoelwinder
1995 The Role of
Professional Control In The Management
of Complex Organizations
Kekuasaan dan sistem administrasi yang
professional. Manajer dengan kekuasaan akan
menentang usaha manajemen puncak untuk menerapkan sistem
administrasi yang professional.
4. Kurunmaki
1999 Professional VS
Financial Capital In The Eld of Health
Care – Struggles For The Redistribution
of Power and Control
Kekuasaan, distribusi nilai kapital dan dasar
mekanisme pengendalian.
Kekuasaan ditentukan oleh distribusi nilai kapital dan dasar
mekanisme pengendalian.
5. Abernethy dan
Lilis 2000 Interdependencies In
Organization Design : A Test In Hospitals
Struktur desentralisasi, Kemampuan manajer
dalam mengendalikan dan Mengkoordinasikan
aktivitas kinerja operasi Struktur desentralisasi
menyediakan kondisi yang potensial untuk pembagian
sumber daya dan peningkatan hasil yang efektif, dan gilirannya
dapat
berpengaruh pada kemampuan manajer dalam
mengendalikan dan mengkoordinasikan aktivitas
kinerja operasi pada level bawah dalam organisasi.penelitian.
6. Luth dan
Shields 2003
Mapping management
accounting : making structural models
from theory – based Struktur kewenangan
formal dan penggunaan SIA untuk memudahkan
manajemen keputusan. Struktur kewenangan formal
berpengaruh pada penggunaan SIA untuk memudahkan
manajemen keputusan.
empirical research 7.
Abernethy Vagnoni
2004 Power, Organization
design and Managerial
Behaviours Organizations
Variabel terikat : Pengendalian keputusan
dan Manajemen keputusan
Variabel bebas : Kewenangan formal,
Karakteristik informasi, Kewenangan informal,
Terdapat hubungan yang signifikan antara kewenangan
formal dan penggunaan SIA untuk pengendalian keputusan
dan manajemen keputusan, tidak terdapat hubungan signifikan
antara karakteristik desain sistem dengan pengendalian perilaku,
demikian pula dengan kewenangan informal. Terdapat
hubungan antara peran SIA dengan cost consciousness.
8. Ranitawati
2004 Analisis Pengaruh
Ketidakpastian Lingkungan dan
Kultur Organisasional
Sebagai Variabel Moderating terhadap
Hubungan Informasi Akuntansi terhadap
Kinerja Manajer. Variabel terikat :
Kinerja manajer Variabel bebas :
Informasi akuntansi, Variabel moderating :
Ketidakpastian lingkungan yang
dipersepsikan, Kultur organisasi, Kinerja
manajer Sistem informasi berpengaruh
positif terhadap kinerja manajer, namun tidak ada pengaruh postif
terhadap kinerja dengan ketidakpastian lingkungan yang
dipersepsikan tinggi dalam kultur budaya organisasi yang
berorientasi pada orang.
9. Riyanto
1996 Pengaruh
Pelimpahan Wewenang terhadap
Kinerja Manajerial Studi Empiris Pada
Pemerintah Daerah Kota Semarang
Maluku Variabel terikat:
Kinerja manajerial Variabel bebas:
Pelimpahan wewenang Pelimpahan wewenang yang
bersifat Sentralisasi berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial
10. Antawarman 2008
Pengaruh Struktur Kewenangan,
Karateristik Sistem Informasi Keuangan
Daerah Dan Perilaku Manajer Terhadap
Cost Consciousness. Studi Empiris Pada
Pemerintah Daerah Kota Ambon
Provinsi Maluku Variabel terikat :
Cost consciousness Variabel bebas
Struktur kewenangan, Struktur kewenangan
formal, struktur kewenangan informal
dan karakteristik sistem informasi keuangan
daerah. Variabel intervening :
Pengendalian keputusan dan manajemen
keputusan Penggunaaan sistem informasi
keuangan daerah SIKD untuk manajemen keputusan
berpengaruh positif terhadap cost consciousness
tetapi sistem informasi keuangan daerah
SIKD untuk pengendalian keputusan tidak berpengaruh
terhadap cost consciousness.
Hasil pengujiannya menunjukan struktur kewenangan formal dan
struktur kewenangan informal tidak berpengaruh terhadap
pengendalian keputusan dan manajemen keputusan maupun
tidak berpengaruh langsung terhadap pentingnya kepedulian
biaya cost consciuousness. Karateristik sistem informasi
keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap
manajemen keputusan dan pengendalian keputusan maupun
terhadap cost consciousness.
11 Hermaningsih
2009 Pengaruh Partisipasi
dalam Penganggaran dan Peran
Manajerial Pengelola Keuangan
Daerah terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah Studi Empiris pada
Pemerintah Kabupaten Demak
Variabel Bebas : Partisipasi dalam
Penganggaran X
1
Peran Manajerial Pengelola Keuangan
Daerah X
2
Variabel Terikat : Kinerja Pemerintah
Daerah Y Partisipasi dalam penganggaran
dan peran manajerial pengelola keuangan daerah berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.
12 Soetrisno
2010 Pengaruh partisipasi,
motivasi dan pelimpahan
wewenang dalam penyusunan
anggaran terhadap kinerja manajerial
studi empiris pada dinas daerah dan
lembaga teknis daerah di kabupaten
rembang Variabel terikat :
Kinerja manajerial Variabel bebas :
Partisipasi, motivasi dan pelimpahan wewenang
dalam penyusunan anggaran
Partisipasi dalam penyusunan anggaran dan pelimpahan
wewenang berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kinerja manajerial dengan hasil sedang, sedangkan variabel
motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka sebagaimana diuraikan pada bab terdahulu, maka digambarkan hubungan variabel dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 3.1. Keragka Konsep Hubungan Variabel Kewenangan Formal dan Informal, SIKD, Peranan Manajerial Dalam Pengelolaan
Keuangan Daerah, Cost Consciousness dan Kinerja Kepala SIKD.
Schiff dan Lewin dalam Srimulyo 1999, mengemukakan bahwa
anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran digunakan sebagai sistem pengendalian untuk
mengukur kinerja manajerial. Mahoney, dkk, 1963 memberikan definisi kinerja manajerial adalah seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi
yang meliputi : perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan. Mahmudi 2005 mengatakan bahwa
Kewenangan Formal X
1
SIKD X
2
Peranan Manajerial dalam Pengelola
Keuagan Daerah X
3
Kewenangan Informal
Kinerja Kepala SKPD Y
Cost Consciousness Z
30